Pagi hari, Jungkook menggeliat tidak nyaman kala merasakan sensasi tak asing disekitar wajahnya. Sesuatu yang dingin, terasa membelai lembut sebelah pipinya. Sembari menarik napas panjang, ia membuka mata malas setengah mengantuk. Namun begitu onyxnya menemukan sesosok pria duduk di tepi ranjang dan tersenyum bahagia kearahnya, ia mendadak sadar seutuhnya.
Seluruh kantuknya hilang tergantikan oleh kepanikan yang luar biasa. Lantas terbangun dengan memegang kepala merasa pusing seketika."Taehyung? Ini jam berapa? Maaf aku kesiangan?"
Ia menoleh kearah nakas sekadar mencari letak jam weker yang sialnya sama sekali tak terjangkau dari pengelihatannya. Raut wajah Jungkook terlihat panik dan merasa bersalah. Sebab ia sudah berjanji pada Junhyung akan menjemput pria itu dibandara pagi ini. Hanya tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya bocah itu jika tau dirinya ingkar janji.Namun, pria dihadapannya justru terkekeh samar sebagai jawaban. Tanpa bicara sepatah kata, sebelah tangan terulur mengusak rambut Jungkook yang teramat sangat berantakan. Perlahan, jemarinya bergerak turun dan berhenti tepat ditengkuk Jungkook. Mengusap halus sembari mendekatkan wajah keduanya. Tatapan mata saling mengunci hingga jarak wajah tidak lebih dari tiga senti, Jungkook lebih dulu menginterupsi.
"Aku belum sikat gigi." Suaranya pelan nyaris tak terdengar.Maka, Taehyung hanya mengembus napas kasar dan mempersilahkan Jungkook melenggang pelan menuju kamar mandi.
•
•
•
"Jadi kau sengaja mengubah jadwal penerbangan? Bukan karena aku terlambat datang menjemputmu?"
Jungkook masih menginterogasi Taehyung bahkan ketika pria itu hanya mengangguk karena begitu sibuk menikmati menu sarapan buatannya. Hanya ingin memastikan jika dirinya benar-benar tidak bersalah. Sebab, demi apapun Jungkook nyaris mati karena terlalu terkejut melihat Taehyung yang tiba-tiba didalam kamarnya. Ia sempat berpikir jika dirinya tidur terlalu lama sehingga membuat Taehyung jenuh menunggu kedatangannya dibandara.
"Joohyun?"
"Tidak ikut pulang." Taehyung menjawab seadanya. Meraih selembar tisu dan mengusap sisa saus maple di mulutnya.
"Karena Junhyung?" Anggukan kepala Taehyung menjadi jawaban. Dari tempatnya, Jungkook tampak meraih gelas kaca berisi susu segar dihadapannya dan meminum hingga sisa setengah. "Sebenarnya, kau tidak perlu seperti itu."
Taehyung tampak mengerutkan kedua alis sejenak. Tetap diam sembari menunggu Jungkook melanjutkan kembali ucapannya.
"Maksudku," Suara Jungkook begitu tenang. "Kau justru harus sering membawa Joohyun bersamamu dan Junhyung. Kalau terus seperti ini, kapan mereka berdua bisa saling mengenal?"
"Junhyung tidak menyukainya, Jungkook. Kau tau sendiri kan?"
"Itu maksudku. Junhyung masih kecil. Tidak terlalu sulit seharusnya membujuk dia untuk menyukai Joohyun. Kau saja yang tidak pernah berusaha."
Jungkook hanya sekedar berbicara. Namun Taehyung salah menangkap makna dan menganggap bahwa Jungkook sedang menghinanya.
"Kau juga tidak pecus membujuknya, kenapa menyalahkanku?" Suara Taehyung begitu dingin."Taehyung, kau tau bukan itu maksudku."
Menggerakkan tangan secepat mungkin untuk menggenggam kedua tangan Taehyung. "Okay, sudah ya. Jangan bicarakan ini lagi." Mengusap halus punggung tangan Taehyung memberi ketenangan. "Selesaikan makanmu dulu, nanti kita temui Junhyung. Dia sudah tidak sabar ingin menjemputmu sejak semalam."Suara Jungkook begitu lembut dengan senyuman hangat yang tampak begitu tulus. Menjadikan Taehyung kembali luluh dan menganggukkan kepala patuh.
Bagi Taehyung, Jungkook bukanlah siapa-siapa dalam hidupnya. Akan tetapi semenjak tahu Junhyung sangat menyayanginya, menjadikan Taehyung secara tidak sadar juga semakin bergantung padanya. Sebab semarah dan sekacau apapun dirinya, Jungkook selalu memiliki cara untuk membuatnya kembali tenang dan melupakan segala kegundahan hatinya.
Taehyung berfikir, bagaimana hidupnya tanpa Jungkook nantinya?
•
•
•
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [kth+jjk]
FanfictionLove is love no matter what. Taekook || Vkook Boyxboy Gay Boyslove