Oleh: James-Joseph
Kami mengais-ngais kebahagiaan dan memahami dunia
dari rintik hujan dan terik mentari yang membakar sekujur tubuh
Kami melewati restoran-restoran dan puas dengan sisa-sisa makanan
serta aroma harum masakan yang tersebar di udara
Itu lebih baik, kata ibuku yang sudah mati kelaparan
sebab ada hari di mana kami harus
berebutan makanan dengan anjing-anjing liar di tempat sampahKami ikut tersenyum saat anak-anak itu duduk di sana dengan orang tua
yang melindungi dan menjaga mereka
Perasaan bahagia untuk mereka yang melintas di hati kami
adalah hiburan yang sangat berarti
untuk mencairkan perasaan dingin yang menggerogoti sanubari kami
Kami memang pernah berharap memiliki nasib dan kebahagiaan yang sama
Tapi itu dulu, bertahun-tahun yang lalu
Sebab ketika hari berlalu dan musim berganti musim
Kami memang telah lupa cara untuk berharapKami sudah kebal dengan ekspresi muak dan terganggu
saat tangan dekil kami terjulur
Barangkali kami adalah anjing bulukan yang berwujud manusia
Sebab ekspresi jijik itu tak pernah berbeda
Kami tahu bahwa kami memang tak pernah diinginkan
Bahkan di hari pertama kami dilahirkan ke dunia iniKami bergulat dalam ketidakpastian seperti daun-daun kering
yang jatuh ke dalam selokan, terbawa arus dan terombang-ambing
Namun, kami tak pernah lagi merasa heran
Saat wajah-wajah itu menoleh kepada kami dari balik jendela mobil
Adalah hal yang sangat memalukan berharap mereka mengulurkan tangan
Sebab kami tahu, di hati mereka kami adalah simbol kesengsaraan
yang mereka gunakan untuk menjadi pengingat bahwa mereka tidak bernasib sama
Kami memang harus merayap dan tertatih-tatih di jalan
agar makna itu tetap memberikan perasaan bangga di hati merekaKami telah belajar untuk tidak menyalahkan siapa-siapa
Kesengsaraan ini telah menempa kami untuk menjadi puitis
Sebab seringkali kami juga merasa seperti pohon-pohon yang tumbuh
di pinggir jalan
Adakah pohon menyalahkan hujan yang jatuh menimpa
dan membuat mereka menggigil kedinginan?Di atas segalanya,
Kami tak pernah lagi bertanya kapan hari kebebasan itu akan tiba
Kami telah belajar untuk menunggu dengan cara terbaik
Tanpa melibatkan perasaan yang dapat mengganggu pikiran
Menunggu belas kasihan dari mata yang kebetulan melihat
dan detik-detik saat mereka menyadari bahwa sesungguhnya,
kami adalah bentuk lain dari sebuah tragedi dan kematianPontianak, 21 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
SECARIK RIMA
RandomKumpulan puisi karya member TMT yang akan membuat kalian terlena dalam setiap baitnya. Tinta Merah Tua Community Official.