Chapter 4: Bodoamat

28 7 3
                                    

Selamat membaca:v

Waktu yang di tunggu para murid pun tiba. Yap, bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Semua murid menghela nafas lega. Karna telah terbebas dari pelajaran yang membuat mereka pusing.

Kini, Meydina, Fika dan Alika tengah berjalan di koridor yang diselingi oleh candaan mereka.

Ketiganya berniat akan jalan jalan sebentar untuk mengusir penat setelah belajar dari pagi hingga sekarang. Eh nggak deng kan diselingi waktu istirahat jadi kagak sepenuhnya sii.

Mereka berjalan menuju ke parkiran untuk menghampiri mobil Fika. Emang paan dah maen hampiri segala'

Saat tiba di depan mobil Fika, ketiganya masuk ke dalam mobil tersebut.

Tapi belum sempat Meydina masuk ke dalam mobil...

"Meydina!" Pekik seseorang memanggil namanya, lantas ia menoleh ke arah sumber suara. Begitu juga dengan kedua sahabatnya.

Meydina menaikkan sebelah alisnya bingung. Ia melihat seorang cowok yang memanggilnya tadi tengah berjalan kearahnya diikuti kedua sahabatnya.

"Haii" sapa cowok itu ketika sampai dihadapan Meydina.

"Ada perlu apa ya panggil panggil gue" tanyanya ke cowok tersebut.

"Mm Lo pulang bareng siapa?" Tanya cowok itu. Lah tuh cowok kagak punya mata apa? Dah tau Meydina pulang bareng sahabatnya masa dia kagak ngeliat si tadi Dina mau masuk mobil Fika.

"Ckckck. Yailah Yan Yan, Lo tuh kagak liat atau pura pura gak liat si!" Tanya cowok yang Meydina yakin itu sahabatnya.

"Tau Lo!" Ucap cowok satunya lagi.

"Ck ganggu aja Lo pada. Orang gue nih lagi basa basi" jawab cowok yang tadi di panggil Yan itu.

Yap, dia adalah Dian Mahendra. Dan dua cowok yang tadi pasti tau la? Vian dan Iko.

"Dih paan coba masa basa basi kek gitu. Alah itu ma udah basi coy!" Sahut Iko.

"Biarin lah mulut mulut gue kok jadi Lo yang sewot!" Ketusnya kemudian.

"Yaudah, ini juga mulut gue jadi Lo kagak usah sewot juga!" Kata Iyan tak mau kalah.

Meydina, Fika, Alika, dan Vian menatap Dian dan Iko dengan tatapan datar.

"Lo yang duluan"

"Lo!"

"Lo!"

"Lo!"

"L--

Belum sempat Dian melanjutkan ucapannya, Meydina segera memotong ucapannya. "Udah?"

Keduanya menoleh sambil cengengesan. "Hhe peace" ucap Iko sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.

"Gada yang mau di omongin lagi kan? Kalo gitu gue sama Dina dan Alika mau cabut" kata Fika yang dari tadi kesal karna waktunya dan juga kedua sahabatnya itu terbuang sia sia saja oleh bacotan yang kagak jelas itu.

"Eh eh tunggu," kata Dian yang lagi dan lagi memberhentikan langkah mereka untuk masuk kedalam mobil.

"Paan sih!" Jengah Fika.

"Iya ih, kalo misalkan mau ngomong yang gak jelas kayak tadi gausah sekarang deh!" Sahut Alika ikut ikutan jengah.

"Emang kalian mau kemana?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Dian yang juga ikut penasaran dengan Iko. Sedangkan Vian? Ia hanya memperhatikan saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DiaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang