2

160 39 26
                                    

Harus diakui, Ji Changwook memang keturunan asli Ji senior. Jika soal memikat klien, mengatur bisnis dia adalah ahlinya.

Pertemuan yang diadakan di Hyatt hotel itu berlangsung lancar dan sesuai kesepakatan yang pastinya memuaskan kedua belah pihak.

Aku beberapa kali berdecak, antara kagum kemudian disusul rasa kesal yang mendarah daging.

Lagi-lagi dia menyuruhku membawakan barang-barangnya yang kian bertambah. Kliennya berbasa-basi dan memberi Changwook banyak hadiah.

Jika bukan karena pekerjaan, semua yang ada di tanganku sudah aku lempar ke arah kepala Changwook agar otaknya menjadi lurus.

Orang-orang bilang aku seperti selirnya Ji junior—menemaninya, melayaninya—tidak! Aku lebih tepat dibilang kasim alias pembantu!

"Sekretaris Park bisa kau jalan lebih cepat, kenapa kau seperti siput?"

"Kenapa sajangnim menyuruhku membawa barang sebanyak ini?" Aku balas bertanya dengan ketus.

Changwook berhenti berjalan, aku nyaris menabraknya jika tidak segera berhenti.

"Kau tidak suka? Kau tidak cukup senang bekerja sebagai sekretarisku. Katakan saja." Changwook tersenyum miring.

Lihat wajah itu, aku bisa melihatnya berusaha mencari celah agar bisa memecatku. Aku tidak akan memberinya kepuasan itu.

"Sekalipun aku berkata tidak suka, apa yang bisa aku lakukan? Dan apa yang anda akan lakukan, sajangnim? Memecatku?" Aku mengangkat daguku.

Changwook mendekatkan wajahnya ke telingaku, lalu berbisik. "Aku tidak perlu memecatmu, kau yang akan merangkak padaku untuk mengundurkan diri."

Sesaat aku terdiam di tempatku, merenungi hal apa yang aku lakukan selama dua tahun belakangan ini yang membuat Ji Junior sangat membenciku.

Sejak pertama aku bertemu dengannya, semua orang tahu jika ia tak menyukaiku.

Entah apa alasannya, aku tidak mau pusing memikirkan itu. Lagipula tinggal sebentar lagi sebelum kontrakku sebagai sekretaris di Techno Ji berakhir dan aku bisa keluar dari tempat ini lalu menjadi pemilik gedung sesuai keinginanku.

Aku akan hidup sebagai ratu properti.

"Kau tahu sajangnim, kau adalah bos paling aneh yang pernah kutemui. Entah sentimen apa yang kau miliki sampai tidak menyukaiku seperti ini. Tapi, sajangnim tenang saja, begitu kontrakku berakhir aku akan segera keluar dari perusahaan dan kau tidak perlu melihatku lagi."

Aku melanjutkan langkahku lebih dulu tanpa mempedulikan jawaban Changwook. Ia harus tahu jika the feeling is mutual, i also didn't like him.

.

.

.

Aku bisa bernapas sedikit dari kesibukan kantor. Hari ini akhir pekan, dan aku tak perlu juga melihat wajah Ji–bodoh–Changwook selama dua hari ke depan.

Rasanya aku tak berniat kemana-mana. Hidupku seperti dikutuk setelah berurusan dengan keluarga Ji.

Waktuku semua dikuras untuk melayani dua keturunan mereka, bahkan berkencan atau sekedar menggoda pria aku tak punya waktu.

27 tahun, mulai disfungsi, aku masih single. Menyedihkan.

Hah, biarkan aku terpuruk hari ini dalam marathon Game of Thrones.

Aku berjalan ke dapur dan memasak sepanci ramyeon untukku sendiri, ekstra dengan gochujjang dan aku bahkan memesan minuman dari Starbucks, it's heaven.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, Sajangnim (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang