"Bella buruan! Udah ditungguin yang lain!" teriak Rasti dari luar kelas. Pasalnya setelah doa bersama tadi, Bella tidak hentinya menangis karena katanya terharu. Senin depan mereka sudah dihadapkan dengan Ujian Nasional.
Bella keluar kelas dengan mata sembab dan hidung merah khas orang habis menangis. Ia menghampiri Rasti yang bersedekap dada bersandar di tiang depan ruang kelas.
"Cengeng amat lo," ejek Rasti.
"Ih, Rasti! Udah dibilang jangan ngejek gitu juga," ujar Bella cemberut. Sejak tadi keluar dari aula utama SMA Pemuda, Rasti terus mengejeknya karena tidak henti menangis. Padahal juga bukan cuman Bella saja yang menangis, tapi kenapa Rasti hanya mengejek Bella saja? Bahkan tadi Rasti juga sempat menangis.
"Ya udah ayo buruan! Yang lain udah nunggu di parkiran. Cuman nungguin lo nangis ini jadinya."
Bella sontak kembali memukul lengan Rasti membuat cewek itu meringis sakit. Namun setelah itu Rasti menggandeng tangan Bella untuk ke parkiran bersama.
Hari ini rencananya mereka akan makan dan doa bersama lagi di rumah Rasti. Memang makan-makan adalah hal yang tidak boleh terlupakan dalam setiap kegiatan. Apalagi kalau sudah ada Aldian, cowok itu siap sedia membagikan makanan untuk teman-temannya. Dan Ghena, siap untuk menghabiskan semuanya.
Bella naik ke boncengan motor Bayu, dan Rasti naik ke boncengan motor Lema. Mereka berdelapan melajukan motornya menuju rumah Rasti. Sengaja memilih rumah Rasti yang memang paling dekat dengan sekolahan, juga orang tua Rasti mau memasakkan untuk mereka makan-makan.
"Mau beli susu dulu gak?" tawar Bayu dari balik helm yang dikenakannya.
"Di kulkas masih banyak, Bay."
"Buat di rumah Rasti nanti?"
"Enggak perlu. Langsung ke rumah Rasti aja. Gak enak juga sama yang lain," tukas Bella.
"Santai aja kali, Bell. Kaya gak tau mereka aja. Paling Aldian juga mampir ke minimarket dulu."
Namun Bella masih bersikukuh untuk langsung ke rumah Rasti saja. Jujur saja uang jajan Bella sudah menipis akibat membeli susu terlalu banyak dan permen kapas tadi malam.
Bayu akhirnya menurut, ia langsung mempercepat laju motornya menuju rumah Rasti. Setibanya mereka di sana, belum semuanya sampai. Termasuk Lema dan Rasti yang katanya mampir mencari minum. Sementara Aldian dan Ghena mampir ke minimarket—membeli jajanan.
Rasti mengatakan kalau mereka sampai lebih dahulu langsung masuk saja ke rumahnya. Dan kini Bayu, Bella, Nugraha, beserta Septa sudah duduk manis di sofa ruang tamu rumah Rasti.
Seperti biasa, Bayu langsung menempatkan diri untuk tidur. Berbeda dengan Bella yang memilih memainkan ponselnya. Update status WhatsApp untuk meminta doa ke seluruh kontak WhatsApp-nya. Memang kebiasaan Bella yang sudah ada sejak dulu—senang sekali update status WhatsApp ataupun instastory di Instagram.
"Septa!" panggil Bella seraya mengarahkan ponselnya ke arah Septa berada. Septa yang paham Bella sedang merekam, lantas tersenyum manis sambil melambaikan tangan.
"Nugi senyum dong!" Kini ponsel Bella beralih terarah pada Nugraha. Mendengar perintah Bella, Nugraha menyunggingkan senyum lebarnya. "Gila! Nugi kalau senyum manis banget woy!" heboh Bella. Jarang-jarang Nugraha tersenyum lebar seperti tadi.
"Nah kalau ini kalian pasti udah pada tahu, kan? Yup, betul sekali. Bayu si tukang tidur." Bella merekam Bayu, namun cowok itu tidak merasa terganggu sedikit pun. Masih tetap memejamkan matanya dengan anteng.
Rasti dan Lema masuk dengan menenteng banyak jajanan di dalam kantong kresek. Jajan itu diletakkan di meja. Masih terpantau aman, karena belum ada Ghena yang hobi makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendsweet (SELESAI)
Teen FictionDalam kesendirian, hadirnya memberikan banyak perubahan meski hanya dalam zona pertemanan. Copyright © Juni 2020, Ainikta