𝑭𝒂𝒊𝒏𝒕𝒆𝒔𝒕

689 64 27
                                    

𝐼 𝑑𝑜𝑛'𝑡 ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑖𝑑𝑒𝑎 𝑓𝑜𝑟 𝑏𝑒𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑜𝑚𝑒𝑡ℎ𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛 𝑚𝑦 𝑙𝑖𝑓𝑒. 𝐵𝑢𝑡, 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑓𝑙𝑦 𝑠𝑜 𝑓𝑎𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑖 𝑐𝑎𝑛'𝑡 𝑐ℎ𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑦 𝑡ℎ𝑖𝑠 𝑠𝑡𝑜𝑟𝑚.

***

Drake merasa tubuhnya begitu lemas terbangun di pagi ini. Kepalanya pun turut pusing dan perutnya serasa dikocok dari dalam. Hal ini membuatnya segera berlari kearah kamar mandi dikamarnya. Menyalakan keran wastafel dan berusaha mengeluarkan sisa makanan dilambungnya.

Hoekkk

Hoekkk

Suaranya terdengar memenuhi kamar mandinya. Semakin ia berusaha mengeluarkan isi perutnya, ia semakin merasa mual. Hingga akhirnya yang keluar dari mulutnya hanyalah air liurnya saja. Kakinya mulai goyah, tubuhnya semakin tak terkendali. Ia pun akhirnya jatuh terduduk dan menyender di dinding kamar mandinya. Pandangannya memburam dan akhirnya menggelap.

***

Sepasang suami istri –Andrew dan Angela Hartanto itu nampak sudah siap hendak menikmati sarapan mereka diruang makan. Namun, anak tunggal mereka belum terlihat batang hidungnya.

"Pa, aku mau ke kamar Drake dulu ya," ujar sang istri yang merasa gelisah. Karena menurutnya, sangat jarang sang anak sampai telat begini ke ruang makan. Sang suami yang semula hanya berfokus pada Tablet ditangannya pun mengalihkan pandangannya sejenak ke arah istrinya.

"Hm." Sahut lelaki itu.

Angela bergegas menghampiri kamar sang anak. Ia mengetuk pintu kamar sang anak berkali – kali. Namun, sang anak tak kunjung membukanya. Saat hendak membuka pintu kamar sang anak yang biasanya tidak dikunci, pintu itu tiba – tiba terbuka dari dalam. Sang anak yang membukakan pintu itu nampak begitu pucat pasi. Kulitnya yang memang berwarna terang nampak tak memiliki rona sama sekali ditambah baju sang anak yang juga dibasahi keringat.

"Are you sick, darl?" tanya wanita itu seraya mengusap peluh yang membasahi kening anaknya dengan tatapan khawatir. "I'm okay. Mungkin karna aku kemaren begadang ngerjain tugas aja." Sahut Drake seraya tersenyum.

Sang ibu memilih tak bertanya lagi. Karena ia tahu betul, kalau anaknya hanya akan mau minum obat atau menemui dokter kalau sudah tumbang sepenuhnya. "yaudah, kamu sarapan di kamar aja ya. Nanti, mama anterin kesini." ujar wanita itu.

"okay ma," jawab sang anak. Si ibu pun bergegas mengambilkannya makanan.

Sejujurnya tubuhnya bahkan masih lemas dan beberapa kali ia hendak limbung saat menemui ibunya. Ia pikir dirinya tadi akan pingsan, namun saat mendengar suara sang ibu memanggilnya seraya mengetuk pintu kamarnya berkali – kali. Ia berusaha untuk menghampiri sang ibu, karena ia tidak ingin ibunya lagi – lagi khawatir dengan dirinya.

Apalagi semenjak kejadian ia tak pulang semalaman karena termakan bujuk rayu temannya untuk pergi ke Bar padahal usianya belum legal. Sang ayah yang begitu marah sampai mendiaminya hingga saat ini dan mata sang ibu yang sembab karena menangis mengkhawatirkannya membuat ia tak ingin kedua orangtuanya kembali lagi khawatir dengan dirinya.

Ia berusaha untuk tidak terjatuh saat berjalan menuju ranjangnya. Ia memegangi apa saja disekelilingnya agar tidak limbung. Ditambah pusing dikepalanya yang tidak mereda juga, membuatnya lebih hati – hati.

Tak lama setelah ia berbaring di ranjangnya, sang ibu kembali membawa nampan yang berisi sarapan untuknya di temani ayahnya dan juga dua orang asisten rumah tangga yang membawakan nampan berisi sarapan untuk suami istri itu. Sebenarnya masih ada rasa takut dibenak Drake saat ayahnya menghampirinya, namun ia juga merasa bahagia karena sang ayah akhirnya mau dekat lagi dengannya setelah hampir satu bulan sang ayah mendiaminya.

Sang ayah membantunya bersender di kepala ranjangnya. "kita makan sama – sama," ujar sang ayah dengan nada datar. Namun, entah kenapa ia dapat menangkap kekhawatiran dari ucapan itu. Sang ayah mengkhawatirkannya dan tentunya sang ayah lebih memprioritaskan keadaannya saat ini dibandingkan dengan amarahnya.

Ia pun segera memeluk sang ayah dengan erat. Tak peduli jika masih ada asisten rumah tangga yang menyaksikan sikap manjanya. "Sorry," bisiknya ditelinga sang ayah seraya menangis. Entah kenapa perasaannya sangat sensitif belakangan ini. Sang ayah hanya mengelus lembut punggung putranya. Ia tahu, sangat tahu kalau putranya bukanlah berandal. Putranya hanya tidak mau terus – terusan dianggap anak manja oleh teman – temannya. Toh, padahal ia tidak pernah keberatan dengan sikap manja sang putra.

Sang istri yang divonis tak akan bisa memiliki keturunan ditahun ketiga pernikahan mereka, membuatnya begitu mencintai Drake lebih dari apapaun. Sang istri yang sempat depresi dan meminta cerai darinya membuatnya sempat merasa tertekan juga. Sampai dititik dimana ia dan sang istri berpasrah pada takdir, ditahun ketujuh pernikahan mereka Drake hadir. Wajahnya yang manis dengan binar jenaka membuatnya jatuh hati saat menimang putranya untuk pertama kali. Sejak saat itu ia bertekad untuk terus mencintai putranya apapun keadaannya.

Sang istri berusaha untuk menghentikan suasana haru ini. Ia tahu betul betapa putranya begitu manja pada suaminya begitu juga dengan betapa suaminya begitu memanjakan sang anak. Kejadian saat sang anak tak pulang karna ikut temannya ke Bar, menjadi pukulan telak bagi sang ayah. Sekalipun memendam rasa marah, ia tahu bahwa dibalik amarah yang tak seberapa itu tersimpan rasa kecewa untuk dirinya sendiri yang begitu besar. Karena merasa lalai menjaga putranya.

"Yah, mamanya gak laku lagi kayaknya," ujarnya seraya tertawa jahil. Sang anak dan suami segera melepaskan pelukan mereka. Keduanya menyadari bahwa asisten rumah tangga mereka sudah meninggalkan kamar Drake.

Sang istri segera menyiapkan meja kecil untuk menata sarapan Drake diatas tempat tidur. Sementara ia dan sang suami akan makan dimeja bundar yang menghadap langsung ke jendela kamar anaknya.

Ketiganya pun menikmati sarapan mereka dengan hikmat. Walau Drake berusaha menahan mualnya habis – habisan. Wajahnya yang semula tak begitu pucat lagi kini kembali memucat bahkan lebih pucat dan pasi dari sebelumnya. Ia pun menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Ia yakin, ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya kali ini.

tbc !

𝑺𝒐𝒎𝒆𝒐𝒏𝒆 𝑻𝒐 𝑯𝒐𝒍𝒅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang