Haura melihat jam yang melingkar di tangan kirinya, menunjukkan pukul 02.17 am. Ia melihat laki-laki disebelah kanan tengah memejamkan mata bulatnya sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada. Ia mengubah posisi duduknya menjadi sedikit miring ke arah kanan untuk lebih leluasa memandang lekat garis wajah laki-laki berambut coklat itu. Rambutnya yang sedikit panjang mengingatkan Haura pada aktor favorit di sinetron kesayangannya sewaktu ia kecil : Roger Danuarta.
Ia mengingat kembali awal perjumpaannya beberapa jam yang lalu dan tersadar begitu sampai di Bandung nanti mereka akan kembali menjadi orang asing. A perfect stranger.
Haura berharap dalam hati bahwa perjalanan mereka masih panjang sehingga ia bisa lebih lama berada di samping laki-laki itu, entah mengapa ia belum ingin berpisah darinya. Berharap keretanya akan mogok nampaknya bukan lah doa yang pantas ia panjatkan, tersadar malaikat mungkin akan menertawakan doanya. Ia pun menghembuskan nafas panjang. Kembali pada realita yang harus ia hadapi.
"Mikir apa lo sampe membuang nafas segitunya?" Laki-laki itu membuka mulut namun masih memejamkan mata.
"Mikir hidup." Jawabnya asal.
"3 am thought?"
"Hidup tu gini amat ya," Ujarnya sembari menghembuskan nafas kasar. "Kadang lucu."
"It's okay to have a concern. Menunjukkan kalo lo lagi berprogres," Jawabnya santai.
"tapi nggak usah dipikir berat-berat, nikmatin aja." Ia mengulurkan genggaman tangan kirinya pada Haura, menampilkan sebuah airpod berwarna putih begitu genggaman itu dibuka. Haura tersenyum mengambil benda kecil tersebut dan memasang di telinga kanannya.
"Mau lagu apa?"
"Ikut playlist lo aja." Laki-laki itu mengangguk kemudian memainkan layar smartphone-nya. Sesaat kemudian lantunan Location Unknown – Honne terdengar menyapa indera pendengaran mereka.
"Menurut lo, bisa nggak orang nikah tanpa ada rasa cinta?" Haura membuka narasi 3 am thought-nya itu disela sunyinya kereta malam. Suasana yang sangat mendukung untuk mengutarakan isi kepalanya.
"Bisa lah, kan penghulu banyak." Haura menatap tajam mendengar jawaban lelaki itu.
"Wah lo dikampus pasti banyak musuhnya deh"
"Kok lo bisa mikir gitu?"
"Hobinya ngerusak suasana sih!" Ujarnya sembari mendesis menatap laki-laki itu tajam.
"Wadaw, sadis amat jawabnya mbak hahaha." Ia terkekeh melihat respon Haura. Ingin sekali rasanya Haura menimpuk kepala laki-laki itu.
"Iya deh iya lanjutin mbak."
"Lo mau nggak kalo kayak gitu?"
"Ih amit-amit neng, mulutnya astagaaa kalo ngomong." Lelaki itu mengejek lagi, mencoba mencairkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together and To-get-her | YUTA NCT
Fanfiction"Yut, lo kerjain sendiri ya?" "Widih males." "Yodah kerjain sama Haura gih" "Kagak ada orang lain apa?" "What the flute dude" "What??" "I give you a chance to make it right tho!" "Ahh... Iya iyaaa" laki-laki berambut coklat itu mengacak rambut panja...