Waktu menunjukkan pukul 4.30 pm ketika Haura dan Doyoung tiba di kontrakan baru milik Doyoung. Meskipun tadi mengatakan tidak, namun nyatanya disinilah Haura sekarang berada, membantu Doyoung pindahan. Itulah alasan yang menjelaskan mengapa penampilan Doyoung pagi ini sangat berantakan.
"Jam 6 gue harus balik, ada acara." Haura memberikan sebuah notifikasi pada Doyoung.
"Idih sok sibuk."
"Rese lu."
Langkah kakinya mengikuti langkah kaki lebar pemuda berambut hitam itu memasuki rumah berlantai dua dengan dinding berwarna hijau, sembari membawa beberapa kardus kecil seadanya.
"Gue ga mau angkat-angkat barang berat." Begitulah kesepakatan Haura-Doyoung tadi siang.
Rumah itu terlihat seperti bangunan baru, dengan sedikit halaman berumput. Terdiri dari 2 lantai namun tidak terlalu besar.
"Di lantai bawah ada 3 kamar, lantai atas 4 kamar, ada dapur, ruang tv, ruang tamu, bahkan ada peralatan gym juga di atas." Doyoung panjang lebar menjelaskan.
"Oh begitu ya Pak, kalo air dan listrik udah free belum ya Pak?" Haura menanggapi penjelasan Doyoung dengan bercanda.
"Oh free dong mbak, apa sih yang enggak free buat mbaknya?"
"Jijik sumpah."
Haura melihat-lihat seisi rumah tersebut. Tepat seperti yang Doyoung katakan, cukup lengkap.
"Doy, kok lo nggak tinggal di apart abang lo aja sih?" Kali ini Haura memanggil Doyoung dengan sebutan Doy, panggilan yang umum bagi Doyoung.
"Maunya sih gitu Ra, tapi abang gue emang anjir sih." Doyoung menjawab dengan umpatan kepada abangnya.
"Lah kok lo malah ngatain abang lo?"
"Ya habisnya gara-gara dia gue gagal tinggal di apart padahal bonyok gue juga udah setuju, masa katanya ntar gue jadi anti sosial kalo di apart, nyuruh gue cari sharing house aja, kan anjir."
"Hahahaha kasian amat lo, emang bener sih kalo tinggal sendirian lo pasti bakal jadi manusia purba hahaha." Haura tergelak sembari menyapu kamar laki-laki itu.
"Yah, salah emang gue cerita sama lo tuh." Ujarnya sembari meletakkan kardus diatas almari.
"Awalnya gue kekeuh mau tinggal di apart abang, tapi gegara insiden semalem anjir kapok gue."
"Apasih? Cerita tuh yang jelas, misuh mulu perasaan."
"Jadi... lo tau nggak Ra? Semalem gue tidur di mobil, abang gue nggak ngasih pintu, jadilah gue tadi ngampus pake kemeja lusuh yang kebetulan ada di mobil, dari pada gue pake baju kemarin kan ogah."
"Lah tumben abang lo jahat?"
"Ceweknya nginep Ra, bayangin adeknya sendiri ditendang demi cewek, habis tu orang kalo gue laporin nyokap gue." Ujarnya sembari meremas gagang kemoceng.
"Hahahahaa sumpah nasib lo lagi jelek banget." Tawa Haura seketika meledak mendengar penuturan Doyoung.
"Lo tadi beneran lihat penampakan di tangga?" Doyoung mencoba mengalihkan pembicaraan agar Haura berhenti meledeknya.
"Oh tadi di kampus?"
"Bakal lucky lo, Ra. Kata Kun, cowok yang duduk deket gue tadi, kalo lo bisa ngelihat penampakan di siang hari berarti tandanya lo bakal dapet banyak keberuntungan."
"Pisah dari lo misalnya?" Haura menjawab asal, yang membuat Doyoung bersikap seolah akan memukul gadis itu.
"Untung lo cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Together and To-get-her | YUTA NCT
Fanfic"Yut, lo kerjain sendiri ya?" "Widih males." "Yodah kerjain sama Haura gih" "Kagak ada orang lain apa?" "What the flute dude" "What??" "I give you a chance to make it right tho!" "Ahh... Iya iyaaa" laki-laki berambut coklat itu mengacak rambut panja...