***
"Tolong, jangan!" Cewek dengan rambut panjang yang cantik itu menggeleng takut. Air matanya sudah banyak sekali jatuh dan merembes di seprei putih di bawahnya.
"Jangan.." isaknya lemah dengan sedu sedan yang tersekat di tenggorokan.
"You look so sweet, baby," ujar suara itu di dekat telinganya.
"Lavender, hm?" Pemilik suara itu terkekeh serak. "It's okay. Walaupun sebenarnya gue lebih suka aroma mawar." lanjut si pemilik suara itu.
"Let's see, is your taste as sweet like this." Bergidik ngeri ketika nafas panas itu kembali menyambangi telinga dan lehernya.
Cewek itu ingin berteriak, meronta sekuat mungkin, tapi apa daya. Kekuatannya seolah sudah hilang di sedot oleh ketakutan.
Tidak ada lagi yang mampu di lakukannya selain menangis dan tersedu.
Kedua tangannya sakit, karena di cengkeraman terlalu erat oleh jemari besar yang berada diatas kulitnya ini.
"T-tolong berhentㅡ" suaranya tersedak di tenggorokan. "Jangan!" cewek itu memekik lemah. Menggeleng kuat sekali lagi ketika material panas itu meninggalkan kecup basah di sepanjang leher jenjangnya. Serta tangan kokoh yang sekarang dengan lancang merobek cardigan yang cewek itu kenakan.
"Stop.. Aku mohon berhenti.." ujarnya lemah sekali lagi.
"Wow!" suara berat itu berguam kagum. "You are so beautiful, baby."
Tenaganya habis. Sungguhan. Ia hampir saja menyerah dengan keadaan. Pikirnya melayang jauh sekali memikirkan bagaimana masa depannya akan berjalan.
Apakah wanita tanpa kehormatan masih berharga di mata orang?
Menyesal. Takut. Penuh rasa bersalah. Seluruhnya berkerumun dan berdesakan memenuhi dadanya secara mengerikan.
Sebelum kemudian daun pintu yang semula tertutup rapat itu terbuka. Menabrak dinding hingga menimbulkan suara berdebam yang nyaring.
"Bajingan!"
Ekor matanya dapat menangkap sesosok cowok masuk dengan penuh kemarahan. Lantas menyeret cowok dengan bekas luka sayatan di perut tadi dan menghajarnya tanpa ampun.
Cewek itu menangis. Takut. Kalut. Duduk meringkuk memeluk lututnya diatas ranjang. Menyaksikan pertarungan mengerikan setelah dirinya hampir saja koyak tak beraturan. Isak sedunya seolah sebagai pengiring suara tulang yang berderak memenuhi ruangan.
"Lo emang bener-bener bajingan!" cowok yang tadi masuk mengumpat sekali lagi. Nafasnya napak terburu karena dadanya yang bergemuruh hebat dipenuhi emosi.
Bukannya melawan seperti tadi, cowok dengan bekas luka sayat di perut itu malah tertawa. Sembari terlentang diatas lantai dingin dengan giginya yang sudah merah di penuhi darah.
"Lo mau juga?" tanyanya jenaka seolah tidak mengindahkan nyawanya yang di ujung tanduk.
"Lo bisa pake abis gue. Sumpah! Dia wangi bangㅡ"
"Dia cewek gue, anjing!"
***
Alohaaa temen-temen!
Welcome to my first story.
My name is Nofi and selamat datang di dunia orenku haha
Sejujurnya aku udah nulis cerita ini dari kapan tahu, tapi malu buat publish
Setelah kemaren minta krisar sama temen, akhirnya aku beraniin diri buat publish.
Itung-itung ngasah kemampuan nulis sama nambah temen. Yakan? 😂Mohon mohon maaf aja ya buat yang ngerasa nggak nyaman waktu baca prologue hehe
Maapin aku kalau pikiran kalian jadi kemana manaSemoga suka dan betah ya bacanya hehe
Iloveuall💖
Sehat sehat ya semuaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Svana
RomanceSiapa yang tahu jika sebuah kejadian yang hampir saja membuatnya 'koyak tak beraturan' itu adalah langkah awalnya menuju pada susuatu yang tidak terduga. Yang hilang kembali kepadanya. Serta seseorang yang akhirnya mampu memberi tulus ada bersamanya...