Ch.6 - Campur Tangan -

295 39 2
                                    

Singto tidak menyangka sambutan terhadap drama terbarunya sedemikian bagus. Banyak yang memuji aktingnya. Tidak sedikit yang mengatakan dia hebat bisa memunculkan karakter yang berbeda dengan sifat asli dirinya.

Sutradara, produser, teman artis yang pernah bekerja sama dengannya juga memuji kemampuan aktingnya yang meningkat. Tawaran untuk bekerja bareng lagi dari sutradara yang lain pun mulai berdatangan.

Tidak hanya itu, permintaan untuk cover majalah, photobook, dan event-event lainnya juga tidak kalah ramai. Sampai-sampai Phi Jane kewalahan harus mengatur jadwal Singto, karena jadwal kuliah Singto yang mendekati tugas akhir juga tidak bisa diabaikan.

Sebaliknya, Singto tidak mendengar komentar apapun dari Krist bahkan setelah episode kelima ditayangkan. Padahal selama ini mereka selalu bertukar informasi. Mengomentari hasil pekerjaan mereka masing-masing.

Sama ketika Krist merilis single terbarunya. Singto memberinya ucapan selamat karena lagu barunya sukses diterima masyarakat. Hampir setiap hari radio-radio di penjuru Thailand memutar lagunya. Singto sendiri sudah menyimpan lagu tersebut dalam playlist musik hapenya.

Biasanya Krist menghubunginya setiap kali episode dari drama seri yang dia mainkan berakhir. Ada saja yang dia komentari apakah itu aktingnya, gaya pakaian di setiap adegan, lokasi ataupun jalan ceritanya. Anehnya, kali ini Krist diam saja.

Setiap kali mereka bertemu baik di kantor atau dimanapun itu, tidak pernah topik tentang drama itu keluar dari mulut Krist.

Tadi siang ketika mereka berkumpul di ruang rekreasi kantor GMM bersama teman-teman sesama artis, mereka mulai membicarakan jalan cerita episode yang baru dimainkan tadi malam, tapi Krist tiba-tiba menghilang entah kemana. Singto sendiri tidak punya kesempatan untuk menanyakan alasan sikap diamnya itu. Karena dia harus segera bertemu teman kampusnya untuk mengerjakan tugas akhir.

Off yang melihat sikap Krist akhir-akhir ini yang tidak biasa, tidak bisa tinggal diam. Krist yang dia kenal orangnya terbuka, ceria, dan selalu mengatakan apapun secara lugas. Aneh rasanya ketika dia melihat ada sesuatu yang sepertinya dia tahan. Dan mungkin Off tahu apa penyebabnya.

Krist hanya perlu dicerahkan.

Seperti sekarang.

Mereka sedang minum-minum berdua di salah satu bar langganan mereka. Hal yang sering mereka lakukan jika keduanya sedang tidak ada pekerjaan.

Jam di dinding sudah menunjukkan jam 11 malam, tapi Krist tidak menunjukkan tanda-tanda ingin pulang. Sudah 2 jam lebih mereka menghabiskan waktu di bar itu.

Awalnya Krist menghubunginya karena ada yang ingin didiskusikan, tapi dari tadi Krist hanya membicarakan tentang album barunya yang sudah sebulan dipromosikan dan masih dibicarakan baik di televisi maupun radio-radio lokal. Atau sesekali berubah topik ke project mereka bersama Gun mebuat lagu cover yang diproduseri oleh Krist sendiri.

Off hanya menimpali sesekali, menunggu Krist mengungkapkan hal yang sesungguhnya ingin dia bicarakan.

Tapi ketika Krist terdiam kehabisan kata-kata, dia melarikan diri ke minuman.

Seteguk, dua teguk, sampai Off tidak bisa menghitung lagi sudah berapa gelas yang dia minum. Off sudah tidak bisa membiarkan ini.

Sebelum Krist kehilangan kesadaran karena mabuk, dia harus bisa membuat Krist mengaku.

"Sudah cukup Kit," cegah Off sebelum Krist menenggak minumannya yang kesekian. "Aku tahu apa yang ingin kamu bicarakan. Tapi aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu," tegasnya.

Krist meletakkan gelasnya dan menghela napas berat.

"Kenapa harus Phi Off yang tahu lebih dulu," keluhnya, "kenapa dia malah tidak sadar sama sekali."

DI BALIK LAYAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang