***
Biru itu orang aneh, semua orang mungkin bertanya-tanya kemana urat malunya itu hilang.
Bagaimana tidak, di kelas pun cowok itu tidak malu melakukan hal-hal yang aneh dan memalukan, tak jarang juga... memalukan!. Contohnya saja seperti sekarang, dia membuka baju seragamnya dengan santai saat semua orang menebalkan pakaian dan menghangatkan diri karena kedinginan.
Kalau alasannya adalah kegerahan, itu tidak bisa di pakai untuk keadaan cuaca hari ini, karena awan mendung sudah pagi-pagi sekali menampakan diri, dan kini, hujan deras datang dengan lebat.
Pernah suatu ketika Hesa-ketua kelas mereka bertanya mewakili teman-temannya tentang alasan kenapa cowok itu selalu membuka bajunya walau hujan atau udara sedang dingin, namun alasan yang diucapkan cowok itu membuat semua penghuni kelas XI IPA-5 menganga tak percaya sekaligus tak habis pikir.
Bagaimana tidak, apapun yang diucapkan Sabiru memang selalu membuat emosi semua orang naik.
"Karena gue suka." jawabnya santai lengkap dengan cengiran hangat dan wajah sok imut yang menjadi ciri khas.
Oke, sampai sini mereka paham.
Tidak ada yang berminat bertanya lebih banyak. Memilih mengabaikan dan pura-pura tidak tau saja dari pada memperpanjang masalah.
Karena, berdebat dengan orang seperti Biru tidak pernah akan menang.
Baru pukul sepuluh pagi namun hujan dengan angin kencang disertai petir yang saling bersautan di luar membuat beberapa dari mereka memilih tidur atau berbincang hangat setelah mendapat kabar gembira bahwa guru yang mengajar selama dua jam kedepan tidak dapat hadir.
Semua orang bersorak.
"Ru!" Gera memanggil.
Cowok berambut ikal itu mendenggus malas setelah melihat Biru yang terus tertidur di sebelahnya.
Entah kapan bangunnya orang ini.
"Ru! Biru!!!" dia mengguncang Biru kencang, membuat pelipis sahabatnya itu bahkan sampai membentur dinding sebelah kanannya. Gera tidak peduli kalau perbuatannya itu menyakiti sahabatnya atau tidak, karena kalau di bangunkan dengan baik-baik Biru memang tidak akan bangun.
Sekaligus ... pembalasan!.
Biru menggeliat pelan, dia menegakan tubuhnya. Menguap, kemudian memakai kembali baju seragamnya yang tergeletak di atas meja tanpa tenaga.
"Hmm" Dia bergumam.
Gera menghela napas pelan "Gue mau cerita, lo dengerin gue dong!."
Biru memasang kembali satu persatu kancing seragamnya. Dia menatap Gera sebentar kemudian memangkat alisnya.
"Ngomong." perintahnya.
Kembali menghela napas. Gera memerah.
"Ngeliat dia tuh gue suka, kalau senyum entah kenapa nyenengin banget, tingkahnya juga lucu, suaranya imut, kalau ketemu selalu buat stuk tiba-tiba," gera terdiam "Kira-kira gue kenapa?" dia tersenyum manis di akhir kalimatnya.
Hah?.
Biru berkedip, cowok itu melihat Gera serius.
"lo ngomong apa?" tanyanya polos.
Sudah Gera duga. Biru tidak akan mengerti. Saat sepenuhnya sadar pun Biru tidak akan mengerti atau mau peduli apalagi kalau baru saja bangun tidur seperti ini, mungkin Gera harus memukulnya lebih dulu baru menceritakan isi hatinya.
Menyebalkan sekali, lebih menyebalkan lagi karena Biru adalah sahabatnya satu-satunya.
Gera mengaruk belakang kepalanya frustasi. Seluruh wajahnya tiba-tiba memanas. Bisa-bisanya dia mempunyai sahabat seperti Biru. Tampang saja yang keren dan menyeramkan kenyataannya dia bodoh dan polos juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik.
Teen FictionKatakan atau diam? Semua orang menganggapnya gila. Apa yang bisa dia lakukan? Mengeluh? Sudahlah, dia sudah sangat bosan. Menangis? seandainya dengan itu bisa membuat semuanya lebih mudah. Mengakhiri? Ya, sepertinya itu bisa di pertimbangkan. Mung...