8th - Mulai Curiga

422 73 8
                                    

"Muka kalian mirip deh. Jangan-jangan kalian berjodoh."

Ucapan Mia di tempat les tadi membuat Fea kepikiran. Alhasil, sepanjang perjalanan pulang bersama Sabda, Fea mencari foto Hildan dan menanyakan kemiripannya pada Sabda berkali-kali.

"Lo nanya begitu kenapa? Seneng kalau ketemu jodoh sejak dini?"

Fea manyun. "Yeu, elu kok sewot sih. Kan gue cuma ingin memastikan. "

"Halah."

"Gue juga mau punya pacar kali. Masa nanti lo sama Rena terus Theo sama Lili, gue tetap seorang diri."

"Wah, udah kayak dukun, ya."

"Andaikan jadi dukun nggak dosa, udah buka lapak di Tokopedia."

Sabda nyengir. Mereka terus berjalan beriringan setelah turun dari bus. Sabda risih sendiri melihat Fea sibuk main hape dan memandangi foto Hildan yang entah nyolong dari mana itu. Tapi ya namanya dibilang mirip sama orang ganteng tentunya membuat Fea tidak bisa hanya sekadar mesem tipis.

"Seriusan nih nggak mirip?" sekali lagi Fea menanyakan hal yang sama pada Sabda.

Sabda menghela napasnya untuk ke sekian kalinya. "Nope."

"Masa sih?"

Sabda mendecak. "Lo tuh miripnya sama kucing gue, sama Hildan kebagusan. "

"Ya Allah gusti mulut Sabda."

"Tumben ingat Tuhan."

Kali ini Fea menabok Sabda cukup keras hingga Sabda melengkingkan suaranya.

"Bodo amat, gue mau balik."

Sambil sewot dan kaki menghentak, Fea mendahului Sabda. Sabda melihat kepergian Fea sambil mencibir kecil seraya mengusap-usap lengannya, sakit juga tabokan Fea.

Sabda tersentak begitu hapenya tiba-tiba berdering ketika dirinya baru saja sampai di depan rumahnya. Cowok itu menatap lurus-lurus layar hapenya, lalu tanpa pikir panjang mengangkat panggilan itu seraya berjalan masuk ke dalam rumah.

Fea bagaimana?

Dia sudah mengubah layarnya, bukan lagi tampilan foto Hildan, melainkan aplikasi FYI yang baru saja mengiriminya pesan. Fea menatap layarnya dengan harap cemas sembari meneguk lidahnya susah payah. Rupanya, itu dari San.

San: Let's meet on Saturday, Feaneeta!

Satu kalimat yang langsung mengendorkan persedian Fea yang semula tegang. Tumben-tumbenan juga San mengurusinya. Fea kira, San akan terus menelantarkannya.

"Oke, kayaknya gue mau nulis apa yang bakal mesti gue tanyakan ke San, deh."

Oke, sudah ditulis rapi di loose leaf tanpa garis, dikasih stabilo poin-poinnya, tapi San melanggar janjinya pada hari yang telah direncanakan. Fea sabar? Kagak. Dia geram sampai hampir melayangkan meja kamarnya ke langit-langit kamar. Saat dichat lewat aplikasi FYI, justru bot yang menjawabnya.

San is busy.

Begitulah kiranya pesan yang Fea dapatkan. Fea mencak-mencak kesal di kamarnya. Akhirnya, setelah tahu itu akhir pekan dan merasa puas mengumpati San dengan berbagai macam bahasa, Fea memutuskan untuk goleran di karpet bulu kamarnya sambil bermain hape.

Was Here | YJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang