nineth : closer and bittersweet

4.5K 489 31
                                    


nine.

——

Yuno, Yoshinori, Junkyu, Rachel dan Ryujin. Lima pemuda dengan almamater yang sama itu kembali merapatkan sesuatu, entah apa yang intinya masih berhubungan dengan pentas seni sekolah.

Tersisa dua bulan lagi, semua rencana sudah berjalan hanya tinggal menunggu waktu dan persiapan mereka matang.

“Ini space buat Art and Young nya deket sama panggung?” tanya Yoshinori.

Yuno sambil menggambar denah itu menggeleng. “Nggak terlalu deket, art and young stand nya disini deket food stand.” jelasnya.

Yoshinori mengangguk. “Paham!”

“Jin, minta dong?”

Ryujin berdecak. “Mana mau, tangan lo kan gak ada adab.” ketus gadis itu membuat Yuno terkekeh.

“DIH TANGAN GUE PUNYA ADAB LOH JIN—MINTAAAAA!!!” Junkyu merengek.

“NGGAK!”

“RYUJIN CANTIK MINTA DONG?”

“GOMBAL LO BAU AZAB!”

“HEH ORANG GANTENG DIKATAIN SEMBARANGAN—”

Rachel merebut ciki kemasan itu paksa dari pelukan Ryujin. “Ribut mulu, ciki doang padahal.”

“RACHEL DOANG EMANG YANG BAIK HM YANG ITU MAH PELIT HM.” sindir Junkyu siapa lagi kalau bukan ke Ryujin.

Ryujin makin naik darah. “UDAH AH! AWAS AJA LO MINTA LAGI!”

“Gue sumpahin kalian pacaran, liat aja.” celetuk Rachel mengundang pekikan keras dari keduanya.

“MANA ADA!”

“SIAPA YANG MAU SAMA DIA HAH!”

Rachel berdecak. “Nyenyenyenye. Siipi ying mii simi dii hih.” ejek nya.

“AAAA ANJIR SAKIT RYUJIN!” pekik gadis berlesung pipi itu karena Ryujin menarik ujung rambutnya kuat.

“Rasain—”

“HEH KOK JADI BERANTEM?!” Yuno menggeleng gelengkan kepalanya.

“Sini dulu, sebentar. Habis itu pulang deh kalian.” titah Yuno dan mereka bertiga pun mendekat.

Rapat itu sebenarnya rapat kecil, mereka melaksanakannya di bangku cafetaria yang menghadap ke arah lapangan.

Mereka kembali merundingkan siswa siswa yang terpilih untuk memamerkan lukisan dan maha karyanya di stand Art and Young nanti.


“Yang anak Jurnalis udah gue confirm semua, anak robotik juga, tinggal ini..

.. Julia.” ucap Yoshinori membulatkan nama Julia dari daftar dengan pulpennya.

Yuno menoleh. “Loh? Julia?”

Rachel mengangguk. “Gitu gitu.. Dia anak lukis, cuman nggak ikut eskulnya. Dia malu katanya.”

growth : sequel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang