coffee breath

860 30 3
                                    

Minggu. Hari yang cocok untuk bermalas-malasan bagi orang seperti Aelesha. Apalagi kalau bukan rebahan sambil nonton drakor di laptopnya. Baginya tidak ada yang bisa menandingi kenikmatan ini. Mulutnya sibuk mengunyah ciki yang berada di dekapannya. Namun kesenangannya itu terganggu dengan dering telepon dari seseorang.

"Ck siapa sih?" Aelesha langsung duduk tegak saat melihat nama penelepon di ponselnya. Arion?! Pelaku yang menelepon Aelesha ialah Arion.

"Angkat nggak ya?" Aelesha terus menggumamkan kata itu berulang-ulang.

Masa bodoh dengan drama yang sudah terlewat beberapa menit. Masalah ini lebih serius karena menyangkut nyawa Aelesha. Terkesan lebay memang.

Dering ponselnya berhenti. Aelesha menghembuskan nafasnya lega. Untung saja ia tidak jadi menjawabnya tadi. Namun, ponselnya berbunyi lagi dari penelpon yang sama. Aelesha sudah mencak-mencak tidak jelas di atas kasur. Akhirnya ia memilih mendiamkannya saja, toh nanti mati sendiri juga. Lima detik kemudian memang berhenti, tapi notif pesan muncul.

Arion
Gue di depan rumah

Hah? Depan rumah? Depan rumah siapa. Aelesha membulatkan matanya dan langsung berlari ke jendela kamarnya. Benar saja Arion sudah di depan rumahnya dengan membawa mobil.

"Ngapain sih." decaknya. Aelesha langsung turun ke bawah menemui Arion.

Arion menggigit pipi bagian dalamnya menahan senyum saat melihat Aelesha yang turun kebawah masih dengan rambut berantakannya dan memakai baju rumahnya. Cowok itu berjalan mendekat tapi dihentikan oleh Aelesha.

"Stop disitu. Jangan deket-deket." Aelesha mengangkat tangannya. Arion menaikkan alisnya dan langsung diam di tempatnya. Aelesha terheran tumben, biasanya cowok itu tidak mendengarkannya sekarang nurut baguslah.

"Ngapain?" tanyanya.

"Mama papa lo mana?" tanya Arion karena tidak melihat ada mobil terpakir di halaman rumah Aelesha.

"Pergi." jawab Aelesha singkat. Arion mengangguk dan berjalan masuk melewati Aelesha.

"Eh eh eh mau ngapain?" cegatnya.

"Masuk." Arion tetap berjalan masuk dan langsung duduk di sofa tanpa permisi.

Aelesha menghela nafas, "Lo mau ngapain sih?" tanyanya kesal.

"Lo siap-siap gue mau ajak ke suatu tempat."

Aelesha menaikkan alisnya. "Ngapain?"

Arion mendecak. "Cepet." ucapnya.

Karena malas berdebat ia mengalah. Aelesha cepat-cepat berganti baju seadanya dan langsung turun ke bawah dengan totebag di tangannya. Ia hanya memakai kaos berwarna coklat dan jeans dengan sepatu sneakers andalannya. Toh ia juga tidak tahu mau diajak kemana 'kan.

☆☆☆

Aelesha menutup pintu mobil dan menatap bukit hijau di depannya. Sejuk. Satu kata yang menggambarkan perasaan Aelesha saat ini. Ia memejamkan matanya merasakan angin yang menerpa rambutnya.

Arion yang melihat Aelesha tersenyum kecil. "Lesha." panggilnya.

Cewek itu membuka matanya tersadar dan melihat Arion yang menenteng tas kecil di tangan kirinya. Arion mengajaknya untuk naik ke bukit itu.

Aelesha mengikuti langkah Arion dan berjalan di belakangnya.

Mereka berhenti di bawah pohon yang cukup besar dan teduh. Arion menaruh tas kecilnya dan mengeluarkan alas piknik di dalamnya. Arion lalu menggelar alas bermotif kotak kotak tersebut di atas rumput.

"Duduk." kata Arion.

Aelesha membuka sepatunya dan duduk. Arion menyusul duduk di dekatnya dan tetap menjaga jarak.

Pasangan itu saling diam belum ada yang berusaha memecahkan keheningan. Aelesha menatap Arion yang sedang melihat suasana di bukit itu. Cukup sepi.

Arion berdehem.

Aelesha sontak menoleh pada cowok itu.

"Lo suka tempat ini?" tanya Arion.

Aelesha mengangguk. "Suka. Lo tau tempat ini darimana?"

"Ini tempat yang udah lama nggak gue datengin." jawab Arion.

Aelesha mengangguk kecil sedikit ambigu dengan jawaban Arion, namun tidak ia ambil pusing.

"Lesha.." Arion menatap Aelesha yang menunduk menghindari tatapan cowok itu.

"Gue minta maaf." Arion mengusap tengkuknya entah kenapa ia merasa gugup.

Arion menunggu respon dari cewek di sebelahnya dengan perasaan tak karuan.

"Gue serius sama lo, Lesha." lanjut Arion.

Aelesha yang sedari tadi mendengarkan tetap menunduk mengatur napasnya yang tersendat. Cewek itu meremas tangannya untuk tetap tenang.

"Tapi, gue nggak bisa. Lo tau 'kan." ucap Aelesha.

Arion mengangguk mengerti. "Gue bakal jagain lo. Lo tau gue siapa."

Aelesha sangat sangat tahu Arion siapa. Ketua Rebels yang terkenal tidak suka dibantah.

"Arion gue nggak bisa." ucap Aelesha dengan penekanan.

Arion menatap Aelesha yang masih menunduk. "Liat gue." ucap Arion.

Aelesha menarik napasnya dalam menoleh ke Arion. "Kalo lo enggak nyaman sama hubungan ini lo bisa bilang. Tapi, jangan pernah putusin gue." ucap Arion yang terdengar mutlak.

"Lo egois." ucap Aelesha geram.

"Gue akuin gue egois tapi, lo yang udah bikin pikiran gue keusik Lesha." kata Arion.

Aelesha menggeleng lemah, "Gue takut. Tolong ngertiin gue."

"Gue bakal hilangin ketakutan lo, Lesha. Lo punya gue." ucap Arion

"Kalo ini nggak berhasil?" tanya Aelesha penuh harap.

"Aelesha. Trust me." Arion menatap Aelesha dalam.

Dengan penuh keraguan dan rasa percaya terhadap Arion cewek itu mengangguk.

Aelesha harap dengan ia memulai hubungan ini ketakutannya berkurang. Ia berharap semuanya berjalan lancar.

Aelesha harap.

{☆}

maaf kalo part ini agak gak jelas.

bad boy's game [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang