BAB DUA PULUH SEMBILAN

466 86 32
                                    

"Jangan nunggu, Ra."

Kalimat itu terus berputar dikepalanya sejak dua hari yang lalu. Bagaimana bisa Aidan mengatakannya dengan begitu mudah? Bahkan tanpa rasa bersalah, malam itu ia langsung masuk ke dalam flatnya tanpa mau tau bagaimana perasaan Laura.

Malam itu menjadi malam yang panjang bagi Laura. Ia tidak bisa memejamkan matanya barang sebentar saja untuk beristirahat. Dan keesokan harinya Aidan kembali menjadi orang asing. Tidak ada sapaan saat mereka berpapasan. Tidak ada senyum. Tidak ada pesan. Dan tidak ada lagi kenangan indah antar mereka sejak hari itu.

Apa semudah itu melupakannya? Apa semudah itu menghilangkan semua kenangan yang ada? Apa semudah itu berpaling darinya?

Bahkan sampai hari ini Laura tidak tau seperti apa hubungan mereka. Aidan tidak pernah mengucap kata putus, begitupun Laura. Tapi keduanya semakin menjauh. Bahkan sekarang Laura merasa perannya tergantikan oleh seseorang. Seseorang yang sekarang hampir setiap saat berada di sisi Aidan. Fani.

Seperti saat ini, mereka tetap bersama bahkan saat di kantin sekalipun. Semua pasang mata menatap kagum kearah keduanya, tidak sedikit yang mengharapkan keduanya bersama. Padahal Aidan masih berstatus pacar dari Laura Maharani.

"Gak usah diliatin," ujar Hana sambil menyeruput minumannya. "Makan cepetan, udah mau bel masuk."

Laura kembali memakan makanannya, walaupun sebenarnya ia tidak ingin. Kalau bukan karena Hana yang memaksa mungkin jadwal makannya akan berantakan karena Laura bahkan tidak merasakan lapar saat jam makannya terlewat.

"Putus aja, Ra," ucap Hana tiba-tiba.

Laura mengangkat kepalanya. Ia menatap Hana sambil mengerutkan dahi. "Maksud lo?"

Hana menghembuskan napas lalu menatap Laura dengan intens. "Lo bahkan gak bahagia sama dia. Kenapa harus diterusin sih, Ra?"

"Karena gue sayang."

"Pret."

"Beneran, Han!"

Hana menatap malas kearah Laura. Memang susah menasehati orang yang sudah menjadi bucin level akut. Padahal yang ia bicarakan benar, untuk apa dipertahankan kalau cuman satu yang masih cinta? Padahal status pacaran itu tentang dua orang yang saling mencintai.

"Apa lo gak capek kayak gini terus? Orang-orang bahkan udah ngira kalian putus sejak kejadian itu."

"Gak ada habisnya kalau cuman ngikutin maunya orang-orang."

"Terus lo mau sampai kapan ada dihubungan yang gak jelas ini? Lo pacaran sama dia, tapi liat sekarang, dia malah sama yang lain. Kemana-mana sama Fani. Dimana ada dia pasti ada Fani. Lo gak capek ngeliatnya?" ujar Hana saking frustasinya menasehati.

Laura tidak menjawab. Ia hanya sibuk memakan makanannya, namun disisi lain otaknya berputar mencari alasan demi alasan. Karena selama ini yang Laura berikan hanya alasan. Tanpa adanya kenyataan.

"Mereka kan ngewakilin sekolah buat lomba debat, Han."

Hana memutar bola matanya lalu melipat kedua tangan di depan dada. "Lo gak pernah berubah ya, Ra?"

"Gak ada yang harus diubah juga, Han."

Selalu begitu. Diakhir perdebatan antara keduanya hanya ada dua kemungkinan. Hana yang menang karena memang ia pemenangnya, dan Hana yang kalah karena ia mengalah.

"Iya, Ra. Iya," Hana mengakhiri perdebatan dengan mengalah.

*****

"Hai, Ra."

AIDAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang