BAB TIGA PULUH ENAM

499 85 6
                                    

Open for surprise!

*****

Kamu tau bagaimana rasanya kecewa? Sakit, bukan? Apalagi ketika kamu sudah memberikan seluruh rasa percayamu pada seseorang tetapi semua itu hancur seketika karena satu kebohongan. Satu yang terungkap, tidak tau apa ada kebohongan lainnya atau tidak.

Laura pernah dikecewakan. Ia pernah jatuh pada dasar kekecewaaan hingga berpikir dunianya sudah hancur. Lalu ia bangkit, dan meletakkan kepercayaan pada seseorang untuk kedua kalinya. Tapi sekarang? Ia jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Dan sakitnya bertambah dua kali lipat dari sebelumnya.

Sudah seminggu lamanya ia terkurung disini. Kembali ke dalam kamar yang gelap tanpa cahaya. Duduk meringkuk di sudut ruangan sambil membiarkan air matanya meluncur. Jujur, ia tidak tau mengapa masih saja menangis, padahal perasaanya sudah mati sejak berhari-hari yang lalu. Ia tidak bisa merasakan apa-apa. Bahkan saat kakinya menginjak kaca beberapa hari yang lalu ia tidak sadar, ia baru tersadar ketika Aksa meneriakinya lalu mengatakan ada apa dengan kakinya.

Hidupnya hampa.

Bahkan ia tidak tau apa alasan untuk tetap hidup di dunia. Dalam hati ia terus bertanya-tanya, apa sebodoh itu kah ia sampai harus dibohongi seperti ini? Apa sehina itu sampai ia harus kembali kecewa? Apa tidak ada bahagia dalam hidupnya? Apa takdirnya memang untuk tidak bahagia?

"Ra... Makan dulu," seseorang membuka pintu kamarnya lalu kembali menutupnya. "Ann udah masakin loh."

Ia tidak menjawab.

"Ra..."

Orang itu Aksa, ia menghela napas saat mendapati kondisi Laura yang masih sama. "Laura, jalan-jalan yuk? Tadi Ann bilang kalau deket sini ada pasar malam yang buka malam ini."

Masih tidak menjawab.

Aksa meletakkan nampan yang ia bawa ke atas nakas, lalu ia berjongkok di depan Laura sambil menggenggam tangannya. "Ra, gue tau ini gak mudah. Tapi apa harus lo berlarut dalam kesedihan, sedangkan dia aja gak mikirin lo mungkin."

"Ra, bukan kayak gini caranya," ujarnya. "Gue tau lo kuat. Ann selalu cerita kalau lo pasien paling ajaib yang pernah ia tanganin. Gue harap kakak gue gak bohong."

Laura masih membatu ditempatnya.

Aksa berdeham lalu mengubah posisinya menjadi duduk. "Ra, lo harusnya buktiin kalau lo bisa tanpa dia. Lo kuat. Lo bukan cewek lemah, dan... Lo adalah pemenangnya..."

Laura mengangkat kepalanya, sorot matanya menatap Aksa namun yang terlihat masih sorot kekecewaan.

"Ra, lo itu cewek nyebelin yang pernah gue temuin. Bahkan lo cewek pertama yang berani bantah gue. Lo spesial, Ra..."

"S... Spesi... Al?"

Aksa mengangguk cepat. "Gila, masa lo gak sadar? Lo tuh ya, nyebelin iya, baik juga iya, bego juga iya, sok tau juga iya, mmm... Apalagi, ya? Rendah hati, sabar—"

"—parah lah pokoknya, spesial paket lengkap biar kayak martabak telur."

Laura tersenyum. Untuk pertama kalinya Aksa melihat Laura tersenyum seperti ini, membuatnya hatinya menghangat.

Aksa tersenyum. "Gitu dong senyum, jangan nangis terus," tangannya bergerak menyapu jejak air mata di wajah Laura. "Lo lebih cantik kalau senyum gini, ah hati gue deg-degan jadinya," Aksa berakting sambil memegang dadanya, membuat Laura terkekeh.

"Lebay."

"Heh, lo dipuji sama aktor of the year yang menang tiga tahun berturut-turut loh! Enak aja ngatain gue lebay."

AIDAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang