BAB EMPAT

696 118 11
                                    

Aidan masuk ke dalam mobilnya, bersiap untuk pulang setelah seharian di sekolah. Namun, saat ia hendak menyalakan mobilnya tiba-tiba saja seseorang masuk ke dalam mobilnya dengan napas tersengal-sengal.

"Lo ngapain?" tanya Aidan terheran-heran.

Laura mengatur napasnya yang tersengal-sengal, setelah tenang ia baru membuka bibir. "Sekali ini aja, tolong banget anterin aku pulang."

"Gak bisa. Gue ada urusan."

"Aidan, tolong. Tolong banget. Aku mohon, aku harus udah di rumah sekarang juga," ucapnya dengan nada yang bergetar.

Aidan sempat mencair mendengar getaran dalam setiap kata yang keluar dari bibir Laura, tetapi ia kembali bersikukuh pada pendiriannya. "Gak. Gue ada urusan."

"Aidan... Tolong... Aku mohon sekali ini aja," ucapnya beserta air mata yang mengalir.

Biasanya Aidan akan mendecih dan tertawa sinis jika dalam keadaan seperti ini. Tapi entah kenapa sekarang ia tidak sanggup mengatakannya.

Laura memegang pergelangan tangan Aidan dengan mata yang basah. "Tolong, sekali ini aja."

Aidan terpaku selama beberapa saat lalu ia segera memalingkan pandangan ke arah lain. Ia tidak bisa dalam keadaan seperti ini.

"Buat kali ini aja. Lain kali gue gak bakal mau."

Laura mengangguk antusias sambil tersenyum. "Makasih Aidan."

*****

Laura membuka sealt belt yang terpasang lalu turun dengan tergesa-gesa. "Makasih," ucapnya setelah di depan pagar.

Aidan memperhatikan rumah megah dengan pagar menjulang tinggi. Tidak jauh berbeda dengan rumahnya, pikirnya. Ia menjalankan mobilnya untuk segera pergi dari rumah Laura.

Di sisi lain, Laura terkejut dengan mobil berwarna hitam yang sangat ia kenali. Jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.

Langkahnya memelan. Perlahan ia memasuki rumah dengan pandangan tertuju pada lantai. Langkahnya tiba-tiba mundur beberapa langkah setelah pecahan vas hampir mengenai kakinya.

"ANAK KURANG AJAR!" teriak seseorang yang pastinya tertuju pada dirinya.

Laura tidak bergeming di tempatnya. Tubuhnya terasa kaku, tidak bisa bergerak kemanapun. Ketakutan menyelimuti dirinya.

"KAMU BICARA APA DENGAN ISTRI SAYA?!"

"DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI."

"SAMA SAJA DENGAN IBUMU!"

Laura mengangkat kepalanya. "Anda bicara tentang ibu saya? Ibu saya wanita baik-baik, tolong camkan itu!" ucapnya setelah mengumpulkan keberanian.

"Baik-baik? Setelah kamu melihat dengan mata kepala mu sendiri kejadian itu kamu masih bisa bilang wanita itu wanita baik-baik? Cih."

Laura tersenyum getir. "Lalu apa bedanya dengan Anda? Anda juga sama tidak baiknya, bukan? Berhubungan dengan wanita murahan yang sekarang Anda panggil istri."

Plakk

Lelaki itu memegang erat vas bunga di sampingnya. Laura tahu semua akan tidak baik-baik saja. Mimpi buruknya akan di mulai kembali...

*****

Dengan tangan gemetar Hana membuka masker yang menutupi hampir separuh dari wajah Laura. Setelah terbuka dengan sempurna, ia membekap mulutnya dengan kedua tangannya.

AIDAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang