[5]

96 22 24
                                    

"Jadi, bagaimana? Kau sudah baikan dengan teman- eh maksudku kekasihmu, si Haiba itu? "

Aku menatap Furui dengan tatapan datar.

Ia menggeser tempat duduknya agar sejajar dan bersebelahan denganku, alasannya tadi saat ku tanya katanya agar lebih mudah kalau mau mengobrolkan sesuatu dan menghabiskan bento.

"Kamu tau sendiri, kan, si kucing Rusia jelek itu susah sekali diberi penjelasan. "

Aku menggerutu kesal, sambil mengeluarkan kotak bento dari laci meja dengan agak kasar.

"Kalian ini sudah saling mengenal lama, loh, jadian saja sudah lebih lama daripada aku dengan pacarku."

Furui duduk di tempat duduk yang sudah ia geser tadi, tepat di sampingku.

"Dengan otak kecil seperti dia mana paham kalau dijelasin. Kalaupun udah dijelasin berkali-kali kalau dia ga mau open mind, aku si loss aja. "

Aku memberikan penekanan pada kata 'open mind', sambil membuka kotak bento ku sembarangan sampai terdengar bunyinya.

"Eh, benar juga, dia itu emang otaknya kecil~ kecil banget, tapi bagaimanapun juga Haiba kan anak yang ba- uhk! "

Satu suapan tempura berhasil ku masukkan ke dalam mulut Furui yang menyebalkan.

"Hei, jangan memasukkan sembarangan makanan ke mulutku! Untung saja aku nggak tersedak! Hergh- tapi rasanya enak juga ya hehe, bagi dong~ aku lupa bawa bento. "

Aku menatapnya dengan tatapan datar. Dasar anak orang, dikasih hati minta jantung- haihhh.
Furui meringis dengan wajah polos- wajah tanpa dosa. Menyebalkan sekali.

"Oh iya, dengar-dengar, kemarin katanya kau kencan dengan pacarmu, ya? "

Aku mencomot sembarang topik. Se-absurd apapun tak apa, asalkan tidak perlu membahas si kucing Rusia jelek itu lebih lanjut.

Sambil menunggu jawaban dari temanku ini, aku ikut melahap bento- seperti yang di lakukannya pada bento ku.

"Uhk! Darimana kau tau?! "

Furui tersedak.

"Oh tidaakkkk kenapa kau tauuu?? "

Mukanya sedikit memerah.

Oh? Apakah sesuatu yang lucu terjadi kemarin?

Aku mendekati telinga kecilnya dan berbisik pelan, " apakah kemarin Bokuto-san berteriak 'hey heyy! Aku mencintaimu, Ruru-chan!' begitu, ya? Di tengah taman bermain-"

Oke, kali ini wajahnya merah total seperti stroberi ranum yang matang sempurna.

"Reiii- kenapa kau bisa tau hal ini jugaa?? " Furui menutupi sebagian wajah kecilnya dengan telapak tangannya.

"Tentu saja itu hanya tebakan, baka. "

Aku tertawa tipis melihatnya malu-malu. Akhirnya topik pembicaraan benar-benar berhasil berganti arah.

"Argh, itu memang sangat benar. Akurat sekali huhu. Entah harus senang atau sedih-"

Aku masih tersenyum, lalu mengeluarkan suara dengan volume kecil.

"Pasti menyenangkan, ya, hidup tanpa beban dan tekanan sepertimu, bebas."

Furui mendongakkan kepalanya setelah melahap tempura terakhir.

"Are? Rei-chan? Kau tadi bilang sesuatu? Atau aku salah dengar? Eh apakah pendengaran ku terlalu bermasalah? "

Aku tersenyum kaku. Memikirkan jawaban yang tepat untuk diutarakan.

(r/m)iddle | Fukurodani x InarizakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang