CHAPTER 09

1.9K 239 61
                                    

Now Playing : Stray Kids - Gone Days

*******

Pagi ini pagi yang suram bagi Galen, mamanya tidak membangunkannya hingga ia kebablasan tidur sampai jam sembilan. Galen tidak sekolah, katakan saja kalau ia sedang bolos. Karena ia tidak mengirim surat ke sekolah.

Mamanya menatapnya dengan bibir berkedut menahan tawa. Suka sekali menyiksa anaknya. Biasanya pagi pagi buta mamanya membangunkannya untuk hal yang tidak penting, misalnya memberi makan kucing. Kalau mau tidur lagi, mamanya mengancam tidak akan membangunkan. Galen terpaksa pagi pagi buta menemani mamanya menonton drama Korea.

"Emang enak nggak sekolah?" Tanya mamanya
Enak banget, ma. Kalau Romeo tau, bisa jerit jerit dia

Batin Galen menahan tawa. Namun raut wajahnya saat ini dihadapan mamanya, nampak seperti menyesal. Untung saja mama percaya, pikirnya.

"Sebenernya sih enggak, ma. Galen jadi nggak bisa makan bakso, nggak bisa ketemu temen temen," ucapnya dengan nada yang dibuat penuh penyesalan.

"Kamu mau bakso?" Tanya mamanya.

Mata Galen berbinar, dan tersenyum lebar. Lalu ia kembali merubah raut wajahnya. Ia berdehem pelan.

"Mau, ma," Jawabnya.

"Beresin rumah dulu! Enak aja kamu bolos malah nggak ngebantuin mama! Bantuin dulu nanti abis itu baru boleh beli bakso!" Omel mamanya.

"Emang Galen harus ngapain?" Tanya Galen.

"Nyapu, cuci piring, ngepel, nyuci baju, jemur baju, siram tanaman. Oh ya, jangan lupa kasih makan kucing mama."

Galen mengerjap. "Terus mama ngapain?" Tanya nya.

"Mama mau lanjut nonton drakor."

Rahang Galen nyaris jatuh. Penyiksaan batin dari mamanya membuat Galen ingin berteriak sekeras kerasnya. Coba kalau papanya sudah kembali bekerja, pasti mamanya akan berbaik hati kepadanya.

"Mama ini mama tiri Galen, kan?" Tanya Galen mulai ngawur.

Mama menatap tajam Galen. "Lambemu minta mama tampol, ya Len?"

"Abisnya mama nyiksa aku terus, sih." Galen menyuarakan apa yang ada dipikirannya.

Mamanya tertawa sangat keras. "Mana ada, kamu aja yang lebay."

Galen bungkam. Berdebat dengan mamanya membuatnya darah tinggi. Ia pun pergi menuju kafe dekat rumahnya.

Tangannya ia masukkan ke saku hodienya. Pagi seperti ini masih sejuk. Mungkin karena di kompleknya jarang ada yang menggunakan kendaraan bermotor. Galen masuk ke dalam kafe dan memesan minuman. Ia masih kenyang.

Saat pesanannya datang, ia hanya mengaduk ngaduknya. Ia belum berminat untuk meminumnya. Biarlah, nanti saja.

Matanya menyipit saat melihat Allana di minimarket seberang sana sedang bekerja. Bukankah sekolahnya belum pulang? Atau Allana bolos? Galen rasa tidak, Allana adalah orang yang rajin.

Setelah membayar minumannya, Galen beranjak lalu menghampiri Allana. Allana sedang mengelap jendela minimarket. Galen berdiri disampingnya. Allana menoleh, ia tersentak karena Galen sudah berdiri di sampingnya.

"Nga- ngapain kamu kesini, Len?" Allana terlihat gugup.

"Jalan jalan," Jawab Galen singkat. Ia masih memandang Allana.

"Kamu nggak sekolah?" Tanya Allana lagi.

Galen terkekeh pelan. "Lo sendiri nggak sekolah?" Galen menaikkan sebelah alisnya.

VIRGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang