Insiden Botol

1.1K 93 31
                                    

🍃

"Good mowning epribadeh!" sapa Dinda sambil menuruni tangga. Ia memasuki ruang makan yang menyatu dengan dapur lalu duduk di samping kakaknya —Arjuna—.

"Eh! Ada mas Juna! Tumben amat bangun pagi," sindir Dinda karena Juna selalu bangun siang dan tidak dimarahi oleh bunda. Itu membuat Dinda iri dan dengki pada kakaknya.

"Suka-suka gue," sahut Juna malas sambil minum.

"Dih! Gaya lu!"

"Sudah-sudah, masih pagi udah berantem." kata ayah menengahi. Jika tidak maka akan ada perang adu mulut disini.

"Adek tu, gangguin mas." adu Juna yang langsung dihadiahi cubitan maut Dinda.

"Adek kan cuman say hi doang yah." bela Dinda dengan melirik Juna tajam sedangkan yang dilirik menjulurkan lidahnya.

"Tuh liat! Dia ngeledek adek! Iihh!"

"Adoohh! Adooh! Sakit bege!" keluh Juna sambil menghindari cubitan karet dua Dinda.

"Heh! Anak perjaka sama perawan pagi-pagi udah berantem aja! Bukannya bantuin bunda!" semprot bunda sambil membawa piring berisi gorengan jagung.

"Sekarang makan!" ucap bunda yang langsung dituruti oleh semua.

"Bun, aku berangkat yaw! Dadaah! Assalamualaikum!" Dinda mencium tangan bunda dan langsung berlari menuju mobil yang sudah ditumpangi oleh ayah.

"Waalaikumussalam! Hati-hati! Kalo ketemu batu lompati aja!" Dinda mengacungi jempolnya dan masuk ke dalam mobil.

"Ayah, adek nanti boleh pulang telat nggak? Mau jalan-jalan sebentar sama temen-temen." Dinda menatap ayah yang tengah memainkan tabnya.

"Pulang jam berapa?"

"Jam tujuh paling lambat."

"Uangnya masih ada? Mau ayah tambah?"

Betapa baiknya ayah Dinda ini guys:(

"Masih kok yah, makasih ya." Dinda memeluk ayah dari samping. Ayah mengusap kepala anaknya pelan dan sekilas mencium pucuk kepala Dinda.

"Udah sampe, mau sampe kapan peluknya?" tegur ayah. Dinda langsung melepas pelukannya dan berpamitan pada ayah.

Ia turun dari mobil dan seperti biasa, selalu disorot oleh orang-orang. Ia sebenarnya risih namun mencoba untuk pede saja. Senyumnya mengembang saat mengetahui pak Arya yang bertugas di depan gerbang.

"Assalamualaikum, calon imam kuuh," Dinda mencium lama tangan pak Arya berniat untuk modus namun segera dilepas oleh pria itu.

"Gak usah modus dan cepat masuk!"

"Siap boskuuhh!"

Dinda berlari menuju kelasnya. Tasnya berguncang seiring dengan larinya yang semakin kencang karena ia belum mengerjakan tugas rumahnya. Karena saking kencangnya ia berlari, botol minumnya yang bergambar Doraemon terjatuh menggelinding sampai masuk ke dalam parit.

"Botol gueeeee!" jerit Dinda yang membuat orang-orang menatapnya.

"Astaga naga ayam bebek angsa! Botol kesayangan gue! Huwaaa bundaaaa!" jerit Dinda tak perduli dengan orang-orang yang berkerumun.

"Eh! Guys! Semuanya! Tolong ambilin botol gue dong!"

"Dimana?" tanya salah satu siswa.

"Di paret sana." tunjuk Dinda yang membuat semua orang bergidik ngeri karena merasa jijik.

"Yaahh, masa nggak ada yang mau nolongin gue sih?" ucap Dinda dengan sedih. Ia mendekati parit tersebut lalu melongok ke dalam dan melihat botolnya yang sudah bercampur air parit.

"Dodo gueee, hiks." tangis Dinda yang membuat semua orang panik. Pasalnya, Dinda jika nangis akan menjadi singa dan semua orang juga tahu jika dirinya cucu pemilik sekolahan ini dan fakta tersebut membuat sebagian orang takut.

"Eh, panggilin pawangnya woi!" teriak salah satu siswi. Dua orang siswa berlari menuju tempat pawang Dinda dan langsung mengajaknya ke tempat dimana botol Dinda jatuh.

"Sudah besar masih menangis. Tidak malu kamu?" ucap pawang Dinda dengan nada sinis.

"Bapak? Pak huwaaaa! Botol saya jatuh kesana dan nggak ada yang mau nolongin saya, hiks," tangis Dinda semakin kencang.

Pak Arya mengerutkan keningnya. Ia menatap parit tersebut dan mulai mengambil botol Dinda tanpa rasa jijik yang tergambar di wajahnya.

"Nih." botol tersebut sudah berada ditangan Dinda sebelumnya, pak Arya meminta tisu salah satu murid dan mengelap botol tersebut hingga bersih meskipun masih meninggalkan bau yang tak sedap.

"Makasih bapak. Nggak salah saya suka bapak. Udah sigap, tanggap, tampan pula." puji Dinda sambil mengusap air matanya yang berbekas.

"Lebay. Sana masuk kelas, bel mau bunyi." kata pak Arya lalu pergi menuju ruang guru meninggalkan Dinda yang tersenyum-senyum sendiri.

"Botol, tidak salah daku menyayangimu dan menangisimu." hampir saja Dinda mencium botolnya jika tak mencium bau busuk yang menguar. Ia segera pergi menuju toilet dan membersihkan botolnya lalu mengisi air di kantin.

🍃

semoga suka💙

KEJAR CINTA PAK GURUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang