Chapter 4

5.5K 570 96
                                    

Minho masih disini, didalam kamar Bang Chan selama dua minggu ini. Pria itu tidak membiarkannya keluar. Jangankan keluar, untuk mencari angin dengan berdiri di balkon saja Minho harus ditemani Bang Chan.
Benar-benar.

Pagi ini pun tidak berbeda, Minho terbangun dalam dekapan Bang Chan dengan keadaan... telanjang.
Sebenarnya, hampir tidak ada hari dimana Minho terbangun dengan keadaan berpakaian. Tidak. Bukan hampir tidak ada. Tapi memang tidak pernah. Kegiatan rutin Minho disini hanyalah makan, mandi, seks dengan Bang Chan, tidur, dan mengulanginya lagi.

Sebenarnya, disini sangat menyenangkan. Minho bisa melihat langit dari balkon, tidak seperti saat dirinya dikurung dalam kamar putih yang hanya ada ranjang dan sebuah meja kursi, Dia tidak menyadari waktu sudah berlalu berapa lama disana. Jika disuruh memilih, Minho akan memilih untuk tetap berada di kamar Bang Chan selama sisa hidupnya, daripada kembali ke ruangan putihnya dulu.

Walaupun seks dengan Bang Chan terkadang membuat lubang anusnya terasa sangat nyeri, bahkan terlalu nyeri saat dirinya akan buang air, tapi jujur... Minho menikmatinya.
Perut dan dadanya berdebar setiap rasa aneh di lubang anusnya muncul, menjadi penanda bahwa Bang Chan menyentuhnya dengan intens, setiap hari.

Minho mendongakkan sedikit wajahnya, menemukan wajah Bang Chan yang masih memejamkan mata dengan damai.
Satu tangannya terulur, jari telunjuknya menyentuh pangkal hidung Bang Chan, mengelusnya lembut lalu menyapukan ujung jemarinya hingga ke atas bibir pria itu. Minho terkikik. Entah apa yang lucu.

Minho memekik kecil saat ujung jemarinya digigit Bang Chan, pria itu membuka matanya perlahan.

"Suka dengan pemandangan pagimu, Sweet?"

Aih. Panggilan itu. Minho lupa menceritakannya. Bang Chan memanggilnya seperti itu sejak beberapa hari lalu. Membuat pipi Minho memerah bak memakai pewarna bibir disana, dan membuat bibirnya mengulas lengkungan indah malu-malu.

"Ya, Kau tampan" ujar Minho setelah mengatasi 'sedikit' debaran kencang di dadanya. Dia takut Bang Chan mendengarnya karena suara debarannya begitu kencang.

"Nghh"
Ahh, ada yang bergerak dibawah sana. Membuahkan desahan pelan dari bibir Minho. Dia baru ingat, kejantanan Bang Chan yang memang benar-benar jantan masih disana, didalam dirinya. Semalaman.

"Aku libur hari ini. Haruskah kita seperti ini hingga malam nanti, Sweet?"

"Nghh Ahh, tidakhh, aku lapar"
Pria itu tidak berhenti menggerakkan kejantanannya, membuat Minho menggigit punggung tangannya untuk sedikit meredam desahannya yang tidak senonoh.

Bang Chan tersenyum... dengan seksi, tentu saja seksi dalam pandangan Minho. Pria itu meraih tangannya, menggenggam lalu menyatukan jemari Minho dengan jemari miliknya. Wajahnya mendekat ke arah Minho, meraih bibir merah pemuda itu dan membawanya dalam lumatan panas.

Minho balas melumat bibirnya, sebelum kemudian menggigit dengan keras.

Bang Chan memekik, siap meluncurkan protes. Namun Minho bangun dari tidurnya, membuat kejantanan Bang Chan yang berada dalam anusnya keluar dengan paksa, yang tentu membuahkan ringisan dari bibir Minho. Pemuda cantik itu tidak peduli, Dia berdiri dan turun dari ranjang. Berlari dalam keadaan telanjang untuk masuk ke kamar mandi.

Tanpa menutup pintu kamar mandi, Minho berjongkok di depan kloset, memuntahkan isi perutnya yang bergejolak.

"Hoekk"

"Hoekk... Akh"

Kerongkongannya panas. Perutnya serasa diaduk dengan mesin cuci. Minho menangis dalam rengekannya, tubuhnya terasa sangat tidak nyaman.

Bang Chan mengampirinya tidak lama kemudian, sudah mengenakan celana pendek untuk menutupi kejantanannya. Pria itu berjongkok di sebelah Minho, kemudian mengurut tengkuknya dengan lembut.

LOST IN YOU [BANGINHO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang