Chapter 10

5.5K 595 269
                                    

"Anakku… itu anakku"

"Xerena, Kau kenapa?"

"Dahyun, kau dengar suaranya? Itu… itu anakku. Demi tuhan, itu putraku"

Wanita yang dipanggil Xerena mulai menangis sambil meratap, menangisi takdirnya yang sungguh teramat menyiksa.

"Hei, dengarkan Aku"

"Tidak. Anakku… Hiks, anakku"

"Ratuku, jangan tangisi Dia lagi."

"Aku… Aku merindukannya, Dahyun. Tolong, dadaku sakit sekali. Aku rindu putraku. Dia… Indah sekali"

"Ya. Suaranya sangat indah. Aku mendengarnya. Tapi kau tidak bisa menemuinya. Anakmu yang malang akan dibunuh pria brengsek itu, Xerena"

"Hiks… Aku merindukan putraku. Apa Dia hidup dengan baik?"

Dahyun memeluk wanita itu, mengelus punggung ringkihnya berharap dapat sedikit menenangkan walau kenyataannya tidak banyak membantu. Xerena tetap meraung sambil terus menyebut putranya yang bahkan tidak Ia ketahui siapa namanya.

"Tidak. Aku akan menemukan putraku apapun yang terjadi"

"Xerena"

"Aku tidak peduli. Aku akan melindungi putraku kali ini. Sudah cukup Dia mengancamku selama 25 tahun."

.

.

.

"Ngh…"

Sudah pagi rupanya.
Minho tertidur di sofa dengan kepalanya yang bersandar ke jendela semalaman.

CKLEK

Bang Chan.
Disana benar-benar Bang Chan.

Minho ingin memanggil pria itu, tapi bibirnya kelu. Tenggorokannya kering, kepalanya juga sedikit berkunang-kunang.

Bang Chan menghampirinya, mengangkat tubuhnya ke ranjang lalu memasangkan selimut tebal hingga sebatas leher.

"Kau demam, Minho"

Bang Chan menyentuh keningnya, menyingkirkan helaian rambut Minho lalu mengelus lembut disana.

Pria ini… Sungguh, Minho sangat merindukannya.

"Chan… Uhuk"

Bang Chan mengambil gelas berisi air diatas nakas saat melihat pemuda kecil dihadapannya tersedak ludahnya sendiri. Dia membantu Minho untuk duduk, lalu dengan pelan mengarahkan gelas ke mulut pemuda itu.

Asisten rumah tangga Bang Chan datang tidak lama kemudian. Meletakkan nampan berisi semangkuk bubur dan beberapa piring kecil lauk disampingnya.

Bang Chan duduk disamping Minho, lalu mengambil nampan makanan dan diletakkan diatas pahanya sendiri.

Pria itu mengambil sendok lalu mengicip sedikit untuk mengecek rasanya.

"Hmm, hambar. Kau mau Aku menambahkan kecap kesini, Minho?"

Minho menatap pria dihadapannya dengan sendu, lalu mengangguk sekilas.

Bang Chan. Ini Bang Chan kan?
Kenapa pria ini cepat sekali berubah?
Mengapa mudah sekali bagi Bang Chan untuk meluluhkan hatinya setelah menggores luka sedemikian dalam?

Hatinya sakit sekali. Tapi Minho tidak bisa berbohong jika Dia bahagia melihat Bang Chan kembali seperti ini.

"Apa lagi?"

"Lada" Sahut Minho dengan pelan.

"Lagi?"

"W-Wortel"

LOST IN YOU [BANGINHO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang