Sebisa mungkin Man menghindari Sarawat yang tengah membawa sebuah kamus tebal, sahabat satunya kali ini tidak main-main akan memukul, dan Man tidak ingin menjadi korban kedua kalinya saat ini.
"Ai Wat! Tenang! Ceritakan dulu sebelum memukulku!" sedetik kemudian Man kembali menghindar kamus tebal yang melayang kearahnya, dan kamus itu berakhir mendarat menabrak dinding tepat di belakang, "Sial! Kau benar-benar ingin membunuhku?!"
Kini Sarawat mengangkat sebuah vas bunga yang berada di atas meja di dekatnya, menatap marah dan ingin melampiaskan semuanya pada sosok yang telah memberikan informasi tidak lengkap padanya- Man.
"Ai Wat! Hentikan!" Man menjerti histeris, sikap Sarawat sudah di luar akal kali ini. Tapi, saat detik kemudian Sarawat berniat melemparnya, Man kembali menjerit, "baik! Baik! Aku akan bersedia di pukuli olehmu! Asal jangan vas itu .. itu vas kesayangan ibuku .."
Man pasrah, saat Sarawat meletakkan vas bunga itu kembali. Menghela napas pelan, akhirnya Man memilih untuk mengikuti perintah Sarawat dan menyerahkan diri pasrah, tanpa ada perlawanan ataupun berlarian seperti sebelumnya.
'Brak'
'Bruk'
'Bugh'
"Ampun!!!"
Butuh waktu 30 menit akhirnya Sarawat menghentikan pukulannya, dan tersenyum puas. Memilih unuk duduk dan meminum tehnya dengan tenang.
Man menatap kearah Sarawat dengan tatapan kesal. Manusia tidak berprasaan! Batinnya penuh dendam. Dirinya kembali meringis kesakita sambil mengusap darah di sudut bibirnya.
"Kau datang lalu mengamuk padaku tepat saat keluargaku keluar. Maumu apa sih?!" sedetik setelah mengatakannya, Man langsung memasang gestur menlindungi diri agar tidak kembali dipukuli.
Sarawat memandangnya kesal, "informasimu sama sekali tidak akurat!"
Man hanya dapat tertawa canggung, dirinya sendiri tidak tau apa yang dimaksus dengan Sarawat, sementara informasi yang dia berikan pada Sarawat bukan hanya 1 atau 2, "informasi ma-"
"Kakak Tine, P'Type. Bodohnya aku mempercayaimu begitu saja!" Sarawat menendang kaki Man kesal, "kau hanya memberitahuku jika dia mempunyai kakak! Dan tidak memberitahu nama ataupun foto!"
Mulut Man terbuka dengan tatapan bodoh, Sarawat mempermasalahkan informasi mengenai Tine yang ia dapat. Seingat dirinya, sudah memberitahu Sarawat tentang informasi kakak Tine yang sangat minim karna tidak berada di Thailand.
Man sangat yakin betul, saat itu Sarawat tidak memperhatikannya, dan hanya fokus melihat beberapa foto Tine semasa sekolah menengah. Man semakin jengah dan lelah bersahabat dengan Sarawat.
"Baiklah .. maafkan aku. Kau tau sendiri, kakaknya saat itu sedang tidak berada di Thailand!" Man memilih mengalah, meminta maaf dibanding harus kembali berdebat dengan Sarawat yang tidak kenal kalah.
Sarawat menunduk lalu mengusap wajah kasar dan menghela napas berat, "aku pikir ini tidak akan berjalan bagus," Sarawat mendesah pasrah, jika memang nantinya Type berhasil menggagalkan pertunangan dirinya dan Tine.
"Lalu .." Man menatap ragu, bertanya hati-hati agar tidak kena sasaran amuk Sarawat lagi, "apa rencanamu sekarang?"
Sarawat menatap kearah Man, lalu kembali menunduk kearah bawah, dan kembali menatap kearah Man serius, "tentu saja aku akan tetap mendekati Tine!" Sarawat memustukan tidak lagi ingin melepaskan Tine begitu saja.
Walaupun Tine terus memberikan saran agar dirinya bergabung untuk membatalkan pertunangan itu, Sarawat tidak habis pikir, dari mana sikap keras kepala yang di dapat dari Tine?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay For Me ✅
FanfictionSaat itu, seharusnya Tine tidak mengikuti taruhan bersama temannya. Taruhan, yang justru mengantarkan dirinya pada Sarawat, seorang laki-laki populer yang di sukai oleh banyak siswi di kampusnya. Update : setiap hari Jum'at