Jam di tangannya menunjukkan pukul sebelas malam, itu berarti sejak tadi, dia sudah menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk menunggu seseorang.
Sementara Malam semakin larut, para pedagang kaki lima di sekitar nya juga sudah mulai bersiap-siap mengemasi barang dagangan. Hanya warung kopi yang sedang ia duduki saat ini yang masih bersedia buka hingga 24 jam.Angin sedikit nakal malam ini, bermain di sela-sela rambut yang lupa ia kuncir, membuat nya beberapa kali menyibakkan anak rambut yang dari tadi menghalangi wajahnya, seolah tak mau kalah, lampu kuning 15 watt dari warung kopi ini juga ikut menyoroti mata coklat jernih miliknya.
Dia nampak sangat cantik,
hanya saja satu yang kurang, penjepit bunga warna putih sudah tidak terlihat lagi di kepalanya.
Sebenarnya bukan karna ada janji saja dia mau mengunjungi warung kopi ini, malam-malam sebelum nya atau lebih tepat nya sebulan ini, dia selalu menyempatkan diri untuk mampir hanya sekedar meminum kopi.Kalian salah mengira, tak ada yang spesial dari kopi disini, bahkan rasanya juga tak kalah lain sama seperti warung pada umumnya. Tapi, dari tempat ini Tuhan mempertemukan dia dengan si istimewanya, dengan pria yang selalu bisa menghangatkan sekeliling nya lewat wajah teduhnya.
Benar, seseorang itu yang sebentar lagi akan ia temui, untuk membahas perkara rindu yang telah larut pada cangkir berikut nya.Ini cerita dia, tentang 376 hari bersama nya, juga tentang pesan-pesannya selama ini
KAMU SEDANG MEMBACA
GATA
Teen Fiction"Ta aku ga paham arti dari semua musik-musik mu" "lagu ini ungkapan isi hatiku untukmu ra" "kenapa ga bicara langsung aja ta?kamu kan tau aku buta nada" "karena jika di jelaskan,jawaban mu akan selalu tidak, jadi ku biarkan namamu tetap mengalir dal...