Tasya dan Rina memutuskan untuk pulang pagi-pagi sekali, padahal eyang sudah meminta mereka untuk sarapan terlebih dahulu tapi sepertinya Rina nampak buru-buru karena ibunya menelpon menyuruhnya untuk menemani belanja sayur di pasar.
Sudah dari beberapa menit yang lalu aku berdiri di depan gerbang rumah eyang, sambil memegang dua mangkok kosong, menunggu mang udin si tukang bubur lewat, biasanya jam segini dia akan datang mengelilingi komplek ku.
Tepat sekali,
suara khas dentingan sendok dengan piring berirama di ujung gang terlihat mang udin dengan gerobak warna coklat nya.
"Mang udin, bubur" Aku berteriak memanggil.
"eh neng Dara, udah nunggu dari tadi ya"
"Iyanih mang, dua ya kaya biasa"
Aku memberi mangkok kosong ku padanya.
Sambil menunggu mang uding menyiapkan bubur kami mengobrol seputar hal-hal ringan, kalian perlu tahu bahwa bubur ayam mang udin ini adalah bubur ter enak seantero Bandung.
"Dua mangkok bubur sudah siap di makan" Mang udin memberikan mangkok nya dengan meniru gaya pegawai restoran."Terima kasih mang, ini duitnya" Aku memberi dua lembar uang lima ribu untuk membayar.
"Eh gausah neng, sudah ada yang membayarnya tadi"
Aku menatap bingung "pasti si asep ya mang? "
"Bukan si asep neng, mamang ga kenal orang nya, pokoknya mah tadi teh dia bayar dua mangkok bubur punya neng dara, sekalian nitipin surat buat neng dara"
Lalu mang udin memberi titipan surat itu pada ku"Oh yasudah kalo gitu, makasih ya mang"
Aku memilih untuk tidak mau merepotkan mang udin lebih lama.
Setelah menghabiskan sarapan pagi bersama eyang aku memilih untuk berdiam diri seharian di kamar, karena ini hari libur asep janji akan mengajak ku berkeliling alun alun bandung sore nanti.
Selamat sarapan gadis cantik
Surat berikut nya setelah kemarin,aku mencoba membolak-balikan sekali lagi demi mendapat petunjuk dari si pengirim, tapi tetap tidak menemukan Jawaban.
Tapi surat kali ini tidak ada alamat rumah eyang di bagian depan amplop nya.
Sebenarnya siapa orang ini?,mengapa dia selalu mengirimi ku pesan singkat?.
•••
"Dara itu si asep udah nungguin di depan" Teriak eyang.
"Iya eyang sebentar"
"Sudah siap, ayo sep keburu kesorean"
"Eyang kami pergi dulu ya" Asep pamit menyalimi tangan eyang.
Kami berdua berangkat dengan motor hitam kesayangan asep menuju alun alun kota Bandung di sana sedang ada pameran musik makanya asep mengajak ku datang untuk melihat.
Setelah setengah jam acara selesei kami berdua sama-sama lapar, akhirnya aku dan asep memutuskan untuk makan soto mie mang ujang di depan masjid raya Bandung.
"Ra makan dulu ya" Sembari memberiku satu mangkok soto.
"Makasih"
"Sebentar lagi kelulusan ya ra, ga kerasa udah selama ini kita kenal"
"Iyaa pasti nanti di SMA ga ada yang kaya kamu lagi sep haha"
"Maksudnya gaada yang seperti aku? "
"Karna ga akan ada yang tingkahnya konyol lagi selain kamu"
"Hahaha ada-ada saja kamu, padahal aku udah kegeeran"
" Sep aku boleh tanya sesuatu? "
"Kenapa ra? "
"Kamu yang membayar bubur ku tadi pagi?"
"Hari ini aku bangun kesiangan ra"
"Kamu yang mengirim pesan-pesan singkat itu? "
"Ngapain juga ngirim pesan ra, kan aku bisa ketemu ngomong langsung sama kamu".
Berarti mang udin benar bukan asep yang mengirim surat untuk ku tadi pagi, bukan asep juga yang menanyakan perihal kabar ku kemarin, kalau bukan asep lalu siapa?
Semesta sedang mengirim orang yang seperti apalagi yang akan masuk dalam cerita ku?
"Ra" Asep memanggil ku, dia telah menghentikan suapan sotonya, tatapannya serius seperti ingin menyampaikan sesuatu
"Dari pertama kali kenal kamu, aku tau kamu ga cuma cantik ra tapi lebih dari itu, aku tau latar belakang semua masalah mu, aku kenal sekali dengan eyang mu, aku mau- "
"Sepp" Aku memotong kalimat nya lebih dulu, karena tahu maksud pembicaraan nya akan mengarah kemana.
"Kita sahabat sejak pertama kali kamu ngenalin namamu di lorong sekolah waktu itu, kamu sudah ku anggap abangku sendiri sep".
aku berbicara, tak tega menatap nya
Tapi dia malah tersenyum lalu megusap kepala ku."oke baik adik kecil, sekarang kita harus cepat pulang karena sudah hampir malam, mari abang antarkan"
Tidak ada kecewa di raut mukanya, dia berbicara seolah semuanya baik-baik saja, padahal jelas sekali aku baru saja menolak nya.
aku tau dia sedih, aku tau dia berusaha menutupi perasaannya sendiri,aku tau dia tidak terima dengan semua ini,dia terlalu pintar menyembunyikan nya rapih-rapih.
Tuhan kenapa engkau mengirim malaikat sebaik dia untuk aku jahati?
Langit bandung murung melihat ku, mengumpulkan semua awan-awan hitam bertanda hujan, pohon-pohon ikut merunduk layu, seolah semuanya sedang berpihak pada asep.
Maaf semesta tapi bukan dia yang ku mau.
Setelah itu kami pulang dengan membawa perasaan masing-masing,
Sepanjang jalan tak ada perbincangan sedikit pun, aku diam, dia diam.Enjoy you Reading
Jangan lupa vote nya
Sekali lagi LOVE YOU ALL ❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
GATA
Teen Fiction"Ta aku ga paham arti dari semua musik-musik mu" "lagu ini ungkapan isi hatiku untukmu ra" "kenapa ga bicara langsung aja ta?kamu kan tau aku buta nada" "karena jika di jelaskan,jawaban mu akan selalu tidak, jadi ku biarkan namamu tetap mengalir dal...