1

41 14 5
                                    


Malam ini ayah pulang dalam keadaan mabuk, ibu yang mengetahui hal itu marah besar, mereka mulai beradu mulut,lebih parahnya lagi ayah menampar ibu hingga tubuhnya terbentur meja makan. Ini pertengkaran yang hebat, lebih serius dari biasanya. Kalau saja waktu itu aku tidak berlari untuk melerai, mungkin sekarang ibu sudah tak sadarkan diri karna banyak nya pukulan dari ayah. Tangan kecil ku berusaha menahan tangan ayah yang mengambang di udara,bersiap-siap memberi pukulan lagi.

  Aku bersusah payah mencoba menghalangi agar tak terjadi hal-hal buruk yang tidak di inginkan, tapi keadaannya terlanjur semakin parah, bukannya mengenai ibu, satu tamparan keras malah mendarat di pipiku. Tubuh mungil ku terjatuh ke lantai, ayah kaget begitu juga dengan ibu. Untuk pertama kalinya dalam hidup, ayah menampar ku.

"DARAAA!! " ayah panik, mencoba membantu ku untuk berdiri. Sedangkan ibu masih di tempat nya yang sama sambil menangis melihat ku.

"Daraa, maafin ayah" Tangannya berusaha mengusap pipi ku yang merah, aku menepis, sekuat tenaga mendorong badan ayah.

"AKU BENCI AYAH!! "
Menangis,Lalu berlari keluar rumah, mencoba mencari pembelaan pada semesta, tapi yang ketemukan hanya pekat malam juga lampu jalan yang setia menyala di ujung gang, Aku duduk di bawahnya.

Dunia rasanya ga adil banget, orang yang selama ini ku jadikan tokoh super di cerita ku adalah sosok yang sangat menyeramkan. Ayah seorang  pekerja keras yang baik. Setiap harinya sibuk, selalu pulang setelah aku tertidur dan pergi sebelum aku terbangun. Benar-benar panutan yang hebat. Tapi semua citra baik nya hancur karna ulahnya sendiri.

Kenapa Tuhan pemilih dalam menurunkan kebahagiaan?, kenapa aku tak boleh ikut merasakan senang? Kenapa?!

Aku menangis, menutup wajah ku dengan kedua tangan, mengeluarkan semua air mata yang ku punya. Di umurku yang masih lima tahun,sudah harus menghadapi kejadian pahit ini. Benar-benar Menyedihkan.

GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang