Bulan dan Pantulannya (4)

17 3 0
                                    

Sudah sekitar 45 menit Radi berputar di blok itu. Ia mengeluarkan ponselnya, melihat kembali detail alamat rumah Chandrika yang biasa menjadi alamat pengiriman surat Ranu.

"Apa Ranu salah menuliskan alamat?" gumam Radi melihat bingung rumah yang dituju adalah rumah yang sepertinya sudah lama tidak ditinggali. Ilalang tinggi menghiasi, bahkan sebagian atapnya ada yang ambruk.

"Permisi pak," tegur sebuah suara pria memecahkan perhatian Radi kepada rumah itu. Seorang pria paruh baya mengenakan seragam satpam menghampirinya. "Saya dapat telpon dari warga tentang pria yang bolak-balik lewat blok ini. Bapak ada keperluan apa, ya?"

Radi membuka helm full face-nya. "Maaf pak, saya bukan orang jahat kok! Saya sedang mencari rumah adik calon isteri saya. Tapi kok rumahnya seperti rumah tidak berpenghuni begini, ya?" papar Radi seraya menunjukkan WA Ranu yang menuliskan alamat Chandrika.

"Kalau alamat ini ya memang benar rumah itu, pak! Memang yang dicari namanya siapa?" tanya satpam itu kembali.

"Chandrika Amurti. Usianya 27 tahun. Perempuan dengan tinggi 160 cm, kulitnya kuning langsat, rambutnya panjang berwarna hitam keunguan," jelas Radi.

"Sepertinya bapak salah alamat. Disini gak ada yang namanya itu atau wanita seperti yang Bapak sebutkan ciri-cirinya," jawab satpam.

"Tapi...waktu itu saya sempat melihat KTP-nya Pak dan alamatnya memang ini," ucap Radi meyakinkan.

"Saya sudah jadi satpam disini 25 tahun dan kenal baik sama semua penghuni di sektor ini. Saya yakin yang bapak cari gak ada disini. Ada fotonya gak, Pak? Biar benar-benar bisa saya pastikan," ujar satpam.

Radi menggeleng. "Saya cuma ketemu sebentar dan gak foto bersama. Calon isteri saya juga gak punya foto Chandrika. Calon isteri saya, selalu surat-suratan sama wanita ini dan dikirim ke alamat ini lho Pak! Terus siapa yang nerima?"

"Pak, rumah ini sudah kosong sekitar 15 tahun dan sepengetahuan saya, gak ada tukang pos atau kurir mengantar surat ke rumah ini. Kan saya kalau patrol keliling dan memperhatikan tiap rumah. Saya yakin banget! Gak ada surat yang ditujukan ke rumah ini," jelas satpam bersungguh-sungguh.

Radi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bagaimana bisa seperti ini?" batinnya. Ia tidak bisa menghubungi Ranu saat itu juga karena calon isterinya bilang bahwa hari ini ia akan menghabiskan waktu ke salon untuk treatment calon pengantin.

"Ya udah deh Pak, gini aja, kalau ada wanita bernama Chandrika Amurti atau wanita dengan ciri-ciri yang saya sebutin, tolong kasi kartu nama saya ke dia," ujar Radi sambil menyerahkan kartu nama bisnisnya.

Dalam perjalanan pulang, Radi kembali memikirkan skenario yang mungkin terjadi. Walau Radi tidak ingat persis alamat yang ia lihat di KTP Chandrika saat itu, tapi begitu melihat WA alamat dari Ranu, ia tahu bahwa alamat itu sama. Bahkan saat ia dan Chandrika selesai berbincang di Kafe malam itu, Radi mengantarkannya ke Pasar Rebo dan melihat wanita itu naik bis ke arah Bintaro.

Masih penasaran dengan keberadaan sebenarnya dari Chandrika, Radi memacu motornya ke Taman Mini, tempat mereka pertama kali bertemu.

Setelah sekitar 30 menit mengelilingi Terrace, Radi memutuskan untuk mencoba masuk ke dalam Taman Mini. Di akhir pekan, tentu kawasan wisata seperti Taman Mini dipenuhi pengunjung. Namun sepertinya hari itu lebih penuh dibanding biasanya karena sedang ada beberapa acara di anjungan. Walaupun tampaknya mustahil, entah mengapa firasatnya membawa Radi untuk mengelilingi Taman Mini.

***

Anjungan Sumatera Utara.

Tepuk tangan penonton riuh menutup akhir tarian yang dibawakan sepasang wanita, yang dilihat dari bangku penonton terlihat sangat serupa walaupun kedua wanita itu tidak memiliki hubungan darah. Dari ujung matanya, Chandrika tahu bahwa ketiga juri itu masih selalu terpesona dengan penampilannya. Begitu turun panggung, wanita 27 tahun itu terkejut, sesosok lelaki telah menyambutnya dan sorot matanya menunjukkan rasa kagum.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang