Lithium in Ocean (1)

14 1 0
                                    


Aku tak tahan dengan suara kencang! Suara yang kencang selalu menstimulus kelenjar adrenalku untuk melepaskan hormon adrenalin dengan deras; meningkatkan enzim kortisol, memacu detak jantungku dengan sangat cepat, membuat rasa takut berkembang dalam diriku, dan membuat tubuhku kaku tak bergeming.

Hari ini pun tak ubahnya dengan hari-hariku yang lain. Ayah kembali berteriak dengan kencang, seolah suaranya dapat membelah isi bumi, sedang Bunda menahan isak tangisnya agar tidak terdengar. Sepertinya hari ini suasana hati Ayah sedang baik. Itu terbukti dari tidak ada suara barang pecah belah yang berserakan.

Walau hal itu sudah biasa terjadi, namun nafasku masih selalu tersekat dan membuatku tidak bisa berfikir. Aku hanya bisa menatap kosong buku pelajaran yang telah ku buka, tanpa bisa ku baca kata-katanya. Padahal aku selalu tahu, setelah Bunda...aku akan menjadi sasaran Ayah berikutnya!

Keesokan pagi menuju sekolah

"Nad-chan...Ohayooo..." sapa ramah sesosok lelaki mungil berkaca mata tebal dengan rambut ikalnya yang masih berantakan.

"Selamat pagi Avi..." sahut remaja putri itu dengan suara pelan. Wajahnya memerah malu melihat anak lelaki itu.

"He....pagi-pagi sudah lemas saja, kau harus ceria agar harimu indah," ujar remaja laki itu sambil menepuk pundak gadis yang ia panggil Nad-chan itu.

Dengan malu-malu, anak gadis itu menatap wajah teman lelakinya dan tersenyum.

"Matamu...gelap dan sembab. Kau kurang tidur lagi?" tanyanya perhatian.

Gadis muda itu membenarkan posisi kacamatanya, berusaha untuk menutupi matanya yang menghitam. "Aku membaca buku IPA kita semalam sampai habis."

"Hhhee...Nad-chan curang!!! Buku itu kan baru dibagikan kemarin, masa kau sudah membacanya sampai habis dalam waktu semalam. Bagaimana aku bisa mengejar kemampuanmu? Kau curang!" protes anak laki itu sambil memasang wajah cemberut.

"Maafkan aku. Aku hanya membacanya karena tidak bisa tidur..."

"Kau masih tidak bisa tidur nyenyak di malam hari? Itu tidak baik untuk kesehatanmu, Nad-chan. Kau tahu kan, orang yang tidak tidur selama seminggu berturut-turut akan mati lebih dahulu dibanding orang yang tidak makan selama sebulan?"

"Aku akan menambah waktu tidurku lagi..."

Anak lelaki itu menepuk kepala Nad-chan, rivalnya dalam prestasi sekaligus pacarnya itu. "Kau harus menjaga kesehatanmu. Kita sudah bertekad untuk masuk SMAN 8 dan menjuarai OSN kan!!!"

Gadis muda itu tersenyum dan mengangguk. Keceriaan dan semangat Avicenna, kekasihnya, selalu membuat dada Lithia terasa hangat dan membuatnya percaya akan harapan yang indah untuk masa depannya.

Waktu berlalu dengan cepat selama 1 tahun itu dan membawa harapan menjadi nyata. Hari pertama peserta didik baru SMA Negeri 8 Jakarta.

Lithia dan Avicenna otomatis berada di kelas yang sama sesuai dengan hasil jurnal; Lithia menempati ranking 1 dan Avicenna ranking 2. Ada 2 teman laki-laki lainnya yang satu SMP dengan mereka di kelas X-A, selebihnya adalah teman-teman baru.

Walau mereka satu kelas, Lithia dan Avi memutuskan untuk tidak duduk bersama. Seperti biasa, Lithia duduk di kursi terdepan, persis di hadapan meja guru. Tempat duduk yang biasanya dijauhi oleh sebagian besar siswa. Sedangkan Avi, duduk di deret kedua dekat dengan pintu kelas, dengan teman SMP-nya.

Lithia tidak mengenal satu pun anak perempuan di kelasnya itu dan ia selalu mengalami kesulitan dalam memulai perkenalan. Bangku di sebelahnya pun masih kosong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang