Chapter 1 - Gratitude (Prologue)

10 1 0
                                    

Orang-orang seakan tidak acuh dengan keadaan sekitar mereka, harapan dan impian orang lain mungkin hanyalah seperti polisi tidur. Bukan nihilist, namun perbedaan masa yang kita rasakan dulu, berbeda dengan apa yang kita rasakan sekarang. Bak Putri manis menunggu Pangeran impiannya datang, menyelamatkan dia dari Naga yang jahat, bila Naga memakan Putri itu, apakah Pangeran akan menangisi gadis impiannya itu? Masihkah cerita tersebut menjadi kisah bahagia?

***

1 Minggu yang lalu, aku bertemu dengan orang ini, keterbatasannya yang banyak membuatnya tak bisa melakukan hal seperti orang normal pada umumnya, kubopoh dia menuju Apotek yang sering ia datangi. Bisa kulihat dengan jelas berapa banyak jenis obat yang ia beli, aku hanya bisa tertegun kaget melihatnya, badan serentan itu masih saja menggunakan banyak sekali obat. Karena kasihan aku lalu mengantarkan ia pulang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga rumahnya, ia tinggal disitu bersama kedua Istrinya dan 2 anaknya.

Istri pertama sedang memasak di dapur, dan Istri kedua lumpuh. Anak-anak mereka sedang berada di kamar mereka masing-masing. Orang ini menawarkanku untuk makan malam disini, aku merasa tak enak hati, namun dia memaksaku untuk tinggal.

Bisa kudengar batuk dari mulut pria itu, Istri kedua hanya bisa terdiam kaku, meneteskan air mata dan melihat dari kejauhan. Anak-anak mereka sedari tadi belum turun kebawah juga untuk makan, aku sangat penasaran dengan keduanya, mungkin saja aku bisa berteman dengan mereka. Pria itu dengan ringkihnya lalu menyuapi Istri keduanya itu, dan Istri pertama pergi ke atas untuk memanggil anak mereka.

Makanan yang dihidangkan sangat lezat, sup hangat dengan segelas air putih terasa sangat nikmat di tenggorokanku. Sudah saatnya aku untuk pergi, aku tidak ingin merepotkan mereka lebih dari ini, walaupun aku sedikit kecewa belum bertemu anak mereka, namun itu tidak masalah, mungkin lain kali saja aku bisa berkenalan dengan mereka.

3 Hari kemudian, muncul berita di TV, pria itu beserta kedua anak dan Istri meninggal, terlihat bekas tusukan jarum di Istri kedua, diduga mati karena overdosis obat dan anak-anak mereka ditemukan mati di kamar mereka dalam keadaan hipotermia, Istri pertama ditemukan gantung diri di dapurnya, dan pria itu ditemukan di basemennya dalam keadaan membusuk.

"Iblis apa yang membunuh mereka?", tanyaku dalam hati. Betapa kejamnya ia bisa tega melakukan hal tersebut di keluarga yang kesusahan itu. Hampir beberapa hari aku cukup bersedih, walaupun aku tidak kenal lama dengan mereka, namun kesedihan yang kurasakan ini membuatku menangis, baru beberapa saat aku bertemu, namun mengapa ini bisa terjadi.

***

"Singkirkan seringai itu dari wajahmu, dasar orang aneh, kembali ke selmu sekarang, waktu istirahat sebentar lagi selesai!".



Hell-ish | Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang