SRAKK SRAKKK
Tubuh Hina menegang, ketika mendengar sebuah suara dibalik pintu. Dia penasaran suara apa itu sebenarnya perlahan tapi pasti kakinya melangkah mendekati pintu, semakin dekat suara itu semakin terdengar jelas.
Tangannya terulur untuk membuka knop pintu tersebut seketika badanya terasa kaku, matanya membulat sempurna ketika ruangan itu terbuka.
.
.
.“Gak ada apa-apa,” ucapnya bermonolog.
Dia melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut. Gelap, satu kata yang menggambarkan keadaan ruangan itu sekarang.
Hina meraba dinding untuk mencari saklar supaya ruangan itu bisa dilihat jelas.!“Nah kan terang,” ucapnya setelah menghidupkan saklar lampu.
“Horor banget sih ni ruangan, lampu remang-remang banyak lukisan, dingin lagi.”
KRIEET
Pintu tertutup dengan sendirinya menampilkan seseorang bermasker sedang menatapnya tajam. Seseorang itu memegang besi yang ujungnya runcing.
“Lo siapa?!”
Orang itu mendekati Hina diiringi suara ngilu dari besi yang diseret dibelakangnya, “Siapa gue? gak penting.”
“Mata lo?! Gue pernah liat mata lo?!"
Hina menghembuskan nafasnya kasar, "Lo ..."ucap Hina tajam, wajahnya berubah kebas.
Orang itu melepaskan masker yang dipakai dan mengembangkan senyumnya membuat Hina bergidik ngeri, “Gue gak percaya apa yang gue lihat sekarang.”
Orang itu semakin mendekat mebuat Hina mundur beberapa langkah.
"Gue akan buka kedok lo!!"
Orang itu tetap berjalan mendekati Hina tanpa menggubris perkataannya, “It's time you die,” ucapnya dengan senyuman terpatri diwajahnya.
“Ja-jangan,”
Hina merintih kesakitan ketika besi dingin menembus kulitnya, cairan kental berwarna merah mulai menetes dari perut bagian kirinya. Tangannya bergetar memegang besi yang tertancap di perutnya. Hina sudah tidak tahan menahan sakit lagi, badannya merosot terduduk di lantai yang kotor.
Orang itu mengeluarkan belati yang ada disakunya, tangannya mulai memainkan belati itu di wajah mulus Hina mengukir sayatan-sayatan yang menurutnya indah. Darah mengucur, jeritan menggema sungguh pemandangan yang indah.
“Aws, Ara tolong.” teriak Hina.
Orang itu tersenyum remeh, “Percuma teriak gak akan ada yang denger, Lo pernah denger kan rumah ini kedap suara hm?”
Dia kembali melanjutkan lukisannya yang tertunda, dia menyayat pipi gadis itu diiringi irama siulan dari mulutnya sendiri.
Hina terus merintih kesakitan, darah dan keringat yang bercampur kembali mengucur deras ketika orang itu mulai merobek telinganya. Jeritan kesakitan dari sang korban membuat jiwa orang berparas tampan itu merasa senang, tak ada hal yang menyenangkan selain mendengar orang lain merintih kesakitan dan meminta ampun.
"Gue mohon berhenti."
Orang itu menyeringai, "No, lo mati gue berhenti."
Orang itu membantingkan kepala Hina ke meja tua disebelahnya, "Makanya jangan curigain gue tadi! Kalo ketauan sekarangkan gak seru hhh," ucapnya diiringi tawa mengerikan.
Gila memang.
“Udah ah, capek gue. Dah mati juga.” dia tersenyum puas ketika melihat hasil karyanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLUICHE | 99l-05l ✔
Mystery / Thriller"ᴅᴇᴀᴅ ᴏʀ ᴋɪʟʟ??" ©ꜰᴀɴꜰɪɴᴄᴛɪᴏɴ ©ɴᴄᴛ ᴅʀᴇᴀᴍ ©ᴛʀᴇᴀꜱᴜʀᴇ ©ᴛxᴛ ©ꜱᴛʀᴀʏᴋɪᴅꜱ ©start 7Mei ©end ----