𝚖𝚎𝚊𝚗𝚒𝚗𝚐 𝚘𝚏 𝚝𝚑𝚎 𝚙𝚊𝚒𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐

71 14 5
                                    

Vote ya!! Aku tunggu


Jena sedang dicafe tempat Hubi berkerja, wajah lesunya membuat Hubi terus menghela nafas. Laki-laki itu bahkan tidak konsentrasi dengan apa yang ia lakukan.

Dasar Jena Ree, dia selalu membuat seseorang kawatir.

"Bagaimana?" tanya Hubi tiba-tiba. Jena yang sedang melamun itu langsung melotot kearah Hubi yang sedang membersihkan meja.

"Apanya?" Jena juga bingung, ia tidak atu apa yang Hubi bicarakan.

"Jung Hara?"

Jena terhenyak, Hubi berhasil membuat Jena kaget dengan pertanyaannya yang sakral. Dan anehnya bagaimana Hubi bisa mengenal Jung Hara?

"Kau?! Darimana kamu tau? Dasar bocah ingusan" tanya Jena yang seperti ibu-ibu yang marah pada anaknya. Jena juga menunjuk wajah Hubi.

Untung saja keadaan kedai sedang sepi dan hanya ada Hubi dan Jena, jika tidak malu sudah Jena yang terkenal karena novelnya.

"Astaga noona, bukankah aku memberimu alamat dan kamar rumah sakit tempat Jung Hara? Jangan jangan kau lupa?" Jena mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

Dilepaslah kacamata bening yang sedang ia kenakan, Jena mengusap wajahnya kasar.

"Bagaimana aku lupa Hubi.... Maksudku, bagaimana kamu tau Jung Hara?" Jena menekan kata-katanya dan membuat Hubi menyipitkan mata. Laki-laki itu berfikir.

Ia ikut duduk dihadapan Jena, seperti waktu pertama Kim duduk dihadapannya.

"Aku tidak sengaja bertemu dengan suamimu dirumah sakit, saat itu aku mengantar adikku yang sedang demam-"  Jena mendengarkan dengan intens, wanita itu kembali tidak bersemangat, mengapa hari-harinya ia selalu mendengar nama Jung Hara astaga.....

Hubi memotong kalimatnya, dirinya sedang berfikir, jika ia menceritakan semuanya Hubi takut Jena akan sedih.

"Lalu?" ujar Jena dengan sedikit memaksa. Ia sudah menyiapkan hati yang sudah ia buat dari baja sebelum mendengarkan cerita Hubi.

"Dia sedang mendorong kursi roda seorang wanita. Tapi Jena, aku ingin bertanya sesuatu"

"Katakan"

"Apakah kau sudah memiliki anak dengan suamimu? Atau kau mengapdopsi balita?" Tanya Hubi memastikan.

Deg

Jena terlihat sangat marah, dengan wajahnya yang memerah dan ia mengulum bibir dengan kasar.

"Tidak, itu anak mereka" percuma Jena berbohong pada Hubi, laki-laki ini lebih pintar daripada siapapun. Bahkan Hubi juga sudah mengetahui Jung Hara.

"Mwo?" Hubi memekik keras. Jena hanya mengangguk.

"Kau benar-benar gila Jena, sudah akhiri saja pernikahanmu, tidak penting lagi" Hubi sunguh tidak tau apa maksud Jena, yang pasti Jena adalah wanita bodoh dan gila yang pernah ia temui.

"Tidak semudah itu Hubi, lalu aku akan menjadi janda? Ah memalukan" Jena memegang kepalanya.

"Menikahlah denganku Noona, agar kau tidak sakit hati lagi" Jena menahan tawanya, ia seperti disuguhi badut yang sedang melawak.

Jena tertawa dan tidak sanggup membendung tawanya, Hubi hanya memutar bola mata malas.

"Aku sudah memiliki pilihan, dan aku sudah memiliki pilihan untuk Kim" Hubi mengelengkan kepala heran, ia beranjak dari tempat duduk saat Jena berdiri dari kursi.

"Aku akan pulang" ujar Jena singkat dan wanita itu keluar dari kedai dan membunyikan lonceng.

Hubi menghembuskan nafas kasar.

𝑆𝑒𝑐𝑟𝑒𝑡 𝐾𝑖𝑚 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang