01. Meminta Pertolongan

1.8K 74 6
                                    

~Happy reading~
**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Birunya langit sore dengan gumpalan awan putih yang memperindahnya menjadi saksi sebuah pertengkaran sepasang kekasih. Pertengkaran tersebut tidak melibatkan kekerasan, hanya saja lisan mereka yang saling berargumentasi, hingga pertengkaran itupun berakhir ketika salah satu dari mereka pergi meninggalkan.

Lelaki yang kini ditinggalkan sendirian di taman dengan suasana sepi itupun merenggut rambutnya frustrasi. Ia berteriak dengan kencang, setelahnya lelaki itupun menaiki sepeda motornya dan pergi meninggalkan taman tersebut.

✿❀❀✿

Nasya yang saat ini tengah berjalan santai menuju minimarket di luar komplek rumahnya terpaksa harus menghentikan langkah ketika ia mendengar seseorang telah memanggil namanya.

Dicarilah asal suara tersebut, matanya sedikit menyipit melihat seseorang yang memanggilnya ternyata ada di sebuah warkop dengan beberapa teman-temannya.

Nasya tetap diam ditempat hingga seseorang yang memanggilnya itu menghampiri dirinya. Dengan jalan yang sedikit oleng orang tersebut menatap Nasya dari atas hingga bawah.

"Ada apa, Kak?" tanya Nasya pada seseorang yang dikenalnya.

"Lo mau kemana?"

"Aku mau ke minimarket, Kak Andre," jawab Nasya yang memang sudah mengenal jelas orang yang tengah mengajaknya berbicara ini.

Siapa yang tidak kenal dengan Andre? Andrea Putra Gutama, kakak kelas sekaligus atlet taekwondo yang terkenal dengan sejuta pesona di sekolahnya itu.

Lalu bagaimana Andre bisa mengenal Nasya yang hanya seorang gadis tulen? Tentu saja karena ekskul wajib di sekolahnya adalah taekwondo dan kebetulan senior pembimbing kelasannya adalah Andre.

"Ikut gue." Tanpa persetujuan, Andre langsung menarik tangan Nasya begitu saja. Namun, Nasya dengan sigap menahan agar tubuhnya tak bergerak.

Ia mengerutkan alisnya, merasa bingung dengan maksud kakak kelasnya ini.

"Maksudnya kak?" tanya Nasya yang tak digubris oleh Andre, melainkan langsung menarik Nasya dengan kekuatan yang lebih kencang, membuat tubuh Nasya pun tak seimbang yang berakhir tertarik oleh tarikan Andre.

Nasya mencoba menarik kembali tangannya dari cekalan tangan Andre, namun Andre menggenggam pergelangan tangannya begitu kencang hingga kulit putih itu berubah kemerahan.

Ia meringis kesakitan, kembali mencoba melepaskan genggaman tersebut.

"Kak, aku mohon lepasin. Sakit kak," ucap Nasya memohon, tetapi lagi-lagi Andre tak berkomentar apapun hingga mereka sampai di samping warkop tersebut, di mana tempat motor terparkir di sana.

Andre menaiki motornya dengan keadaan masih menggenggam tangan Nasya. Ia memaksa Nasya untuk menaiki motornya, walaupun Nasya menolak Andre tetap bersikeras menyuruh Nasya naik. Seakan tak suka ditolak, Andre pun menggenggam tangan Nasya lebih keras lagi. Sang empu pun meringis kesakitan dan mau tak mau harus menaiki motor tersebut.

Motor sudah dalam keadaan menyala, Nasya mendengar beberapa teriakan heboh dari para pemuda yang sedang nongkrong di warkop tersebut. Ia tak tahu apa maksud dari teriakan tersebut.

Andre pun menjalankan motornya dengan kecepatan yang cukup kencang membuat Nasya ketakutan, hingga akhirnya motor tersebut berhenti di sebuah deretan rumah yang sepertinya kontrakan ataupun kos-kosan.

Nasya semakin dibuat bingung, ia menatap wajah Andre dari belakang yang hanya terdiam, ia memberanikan diri untuk membuka suara.

"Kak, aku mau ke minimarket bukan ke sini," ucap Nasya berani.

Andre menolehkan kepalanya sebentar, ia turun dari motor dan lagi-lagi mencekal tangan Nasya membuat Nasya dengan sigap turun dari motor tersebut.

Keadaan saat ini begitu sepi, tak ada seorang pun di luar rumah. Baru saja Nasya ingin bersuara kembali, tiba-tiba sebuah tangan yang bahkan hampir menutup wajahnya itu membekap mulutnya dengan kuat. Nasya dipeluk dan dipaksa mengikuti langkah Andre entah akan membawanya ke mana.

Sebisa mungkin Nasya berusaha terlepas dari Andre, tapi sangat disayangkan tenaganya tak sekuat Andre. Hingga akhirnya Nasya dihempaskan di sebuah sofa usang di dalam salah satu kamar. Sepertinya ini adalah sebuah kos-kosan tua yang tadi ia lihat.

Nasya batuk-batu seraya menetralkan nafasnya, netranya membulat dikala melihat Andre yang sudah bertelanjang dada. Ia berdiri dan memundurkan langkahnya hingga menyentuh pintu, dikala Andre tengah melepas celana jeans-nya Nasya meraih gagang pintu untuk keluar dari sana, kendati hasilnya pun nihil, pintu tersebut telah di kunci dan ia tak tahu di mana kuncinya.

Andre menatap Nasya dengan senyum yang entah tak bisa dijelaskan, Nasya semakin gencar membuka pintu tersebut walaupun ia tahu pintu itu sudah terkunci.

Langkah Andre semakin mendekat ke Nasya membuat ia ketakutan setengah mati. Apa yang tengah ia lihat bukanlah seniornya yang pandai bela diri, tetapi yang ia lihat saat ini seperti seseorang yang haus akan gairah. Tubuh Andre saat ini hanya dibalut dengan sebuah boxer tipis.

Ini bukanlah Andre yang ia kenal, tatapan lelaki itu begitu berbeda dari biasanya, tatapan yang ia tahu seperti berwibawa mengajarkan-nya bela diri kini tatapan itu berubah menjadi tatapan penuh nafsu.

Nasya ketakutan hingga akhirnya tubuhnya pun meluruh ke lantai. Ia terduduk dengan air mata yang sudah menggenang di pupilnya.

"Tolong!" teriak Nasya membuat Andre dengan cepat menghampirinya dan kembali menyekap mulutnya.

Nasya berontak, ia sesekali menendang dan meninju tangan Andre dalam duduknya. Tak ada pengaruh sama sekali, kekuatan Andre tetaplah unggul dibanding dirinya.

Dengan paksa Nasya digendong seperti karung beras di pundak Andre. Dilemparkan Nasya kembali ke sofa awal. Nasya beringsut takut, memundurkan tubuhnya hingga menyentuh tangan sofa.

Andre menyeringai dan mendekatinya, semakin Nasya berteriak dan meminta pertolongan semakin gencar pula Andre mendekatkan wajahnya pada Nasya.

"Cantik." Satu kata yang keluar dari mulut Andre mampu membuat tubuh Nasya merinding.

Dengan kasar Andre langsung meraup bibir Nasya tanpa seizin sang empu, membuat Nasya memukul dada bidang Andre dengan membabi buta.

Nasya bersikeras memalingkan wajahnya agar tautan itu berakhir, akan tetapi tengkuknya ditahan oleh Andre membuat ia susah untuk menjauhkan wajah. Jangan lupakan kaki Nasya yang sudah meronta tak tentu arah.

Andre begitu kasar, seperti seseorang yang tengah melampiaskan emosinya. Tangis Nasya pun semakin pecah, ia berusaha berontak tetapi tak ada yang berguna, hingga akhirnya ia merasakan punggungnya tengah disentuh oleh sebuah tangan. Nasya makin berontak, tetapi bukannya terlepas ia malah berubah posisi menjadi di bawah Andre akibat tekanan dari pria tersebut.

Nasya semakin susah untuk berontak, kedua tangannya bahkan sudah dicekal hanya dengan satu tangan Andre, dan tangan Andre yang lainnya terus mencari sesuatu di balik punggungnya.

Ia menangis sejadi-jadinya. Jika ditanya kapan hari terburuknya, hari ini adalah hari yang paling buruk bahkan lebih dari kata buruk. Tak ada yang mendengar permintaan tolongnya, bahkan Tuhan pun tak menolongnya.

Bumi seakan menghakiminya yang tak bersalah. Apa yang sudah ia perbuat sampai-sampai mendapat perlakuan keji seperti ini.

Tiba-tiba tautan Andre pun terlepas membuat Nasya kembali berontak dengan beringas, tetapi itu tak bertahan lama hingga sebuah tangan meremas kedua bantalan dadanya. Nasya membeku, merasakan sakit di keduanya.

Ia menatap netra Andre yang kini tengah menatapnya juga. Nasya shock bukan main, air matanya kembali meluruh.

"Brengsek," lirih Nasya dengan suara serak dan tak lama kesadarannya pun hilang.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Jangan lupa tinggalkan jejak kawan ˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵

Kisah Untuk NasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang