1

77 13 1
                                    

Suatu malam di sebuah rumah mewah terlihat satu lampu yang masih menyala, padahal jarum jam telah sampai di angka satu. Di dalam kamar bernuansa biru tosca tersebut ada seorang gadis cantik yang tengah duduk sendiri di atas kursi meja belajarnya. Gadis cantik bermata bulat itu bernama Nayara sukma santoso. Putri sulung keluarga kaya raya bapak Agam santoso.Berkali-kali aya -nama panggilan nayara- menghela nafas dan membuangnya kasar.

Di tempat lain di sebuah kamar yang sederhana, ada juga gadis lain yang tengah terjaga. Bedanya, ia tidak sedang duduk di atas kursi belajar seperti nayara, tapi ia sedang duduk di atas kasurnya sambil memainkan ponselnya dengan malas. Gadis itu bernama Arabella putri prameswari, atau lebih sering dipanggil Ara.

Tanpa keduanya sadari, di luar jendala kamar masing-masing, ada dua orang peri usil yang sedang mengintip mereka.

Keesokan paginya..

"Non aya..bangun non sudah pagi, hari ini kan non aya mau ke butik untuk fitting baju. Ayo non banguun.. tumben non aya bangunnya siang begini." Perempuan berseragam asisten rumah tangga itu tampak kebingungan, pasalnya baru kali ini nona mudanya bangun terlambat. Untungnya beberapa detik kemudian ia terbangun. Bi esih sudah tersenyum merasa lega salah satu majikannya itu akhirnya bangun hingga..

"Heh siapa kamu?" Bi esih kembali dibuat bingung dengan majikannya itu.

"Ini saya non, bi esih, masa non lupa?"

"Bi esih??"
Gadis berwujud nayara putri susanto itu hanya mengerutkan keningnya lalu melihat ke sekelilingnya, hingga tatapannya tertuju pada sebuah cermin di sisi kanan tempat tidurnya.

"Astaga, kenapa aku berubah? Ini dimana?"
Ara berbicara dalam hati sambil terus memperhatikan sekitarnya.

Gadis yang pagi ini dibangunkan bi esih memang benar adalah Nayara, hanya saja jiwanya kini tengah tertukar atau lebih tepatnya di tukar oleh dua peri usil tadi malam. Sehingga yang kini orang-orang lihat sebagai Nayara sebenarnya adalah Ara.

Kehebohan terjadi di rumah besar milik keluarga susanto setelah bi esih ketakutan sendiri melihat tingkah aneh nayara hingga memutuskan lari keluar dari kamarnya. Apalagi saat ini tuan agam santoso dan istrinya sedang pergi ke luar negeri untuk menengok putri bungsunya yang bersekolah di sana.

Lain di rumah Aya lain pula di rumah Ara. Tidak ada teriakan ataupun kehebohan para asisten rumah tangga. Sejak pagi, Aya yang kini menempati tubuh milik Ara sudah terbangun dan mematung di depan cermin di kamar mandinya. Ia mengenali wajah ini. Nayara kenal betul dengan rupa gadis yang jiwanya kini ia tempati.

Beberapa jam kemudian..

Aya keluar dari rumah kecilnya perlahan, berusaha terlihat tenang terutama di hadapan laki-laki yang kini menatapnya dengan heran. Laki-laki itu pula lah yang akhirnya membuat aya keluar dari kamarnya saat ia sedang melihat-lihat isi kamar ara. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, laki-laki dengan kontak nama 'ceker ayam' di ponsel Ara itu menghubunginya dan mengatakan bahwa ia telah menunggu di depan tempat kost nya untuk berangkat bersama ke kafe. Walaupun Aya tidak mengerti dengan siapa dan akan kemana ia pergi, aya memutuskan untuk mengikuti perkataan laki-laki itu.

"Ra, tumben kamu pake celana itu? Katanya ga suka, tapi dipake juga, hmm. Udahlah ayo naik, nanti telat lagi."

Si ceker ayam yang masih tidak aya ketahui namanya itu kemudian naik ke atas motor matic merahnya setelah sebelumnya menyerahkan helm berwarna kuning kepada aya. Demi menghilangkan kecurigaan, aya pun bergegas naik ke atas motor mengikuti pria itu.

Di kediaman susanto..

Ara kini tengah duduk di sofa ruang tv bersama seorang laki-laki tampan yang sejak kedatangannya tadi hanya diam memperhatikannya. Sesekali laki-laki itu menyesap kopinya dan tersenyum kecut. Laki-laki itu adalah Raden bagas radhitya atau bagas, calon tunangan Nayara.

Satu jam yang lalu Bagas datang ke rumah itu bermaksud untuk menjemput Nayara karena mereka memiliki janji dengan pemilik butik yang akan merancang baju untuk acara pertunangan mereka. Namun karena kehebohan yang terjadi atau yang lebih tepatnya di ceritakan bi esih sesaat setelah Bagas datang, akhirnya iapun memutuskan untuk mengundur waktu fitting baju mereka.

Dan kini sudah satu jam mereka duduk bersama yang artinya sudah satu jam juga Ara tetap tutup mulut tak mau berbicara dengan siapapun di rumah ini termasuk Bagas, hingga membuat laki-laki jangkung itu kebingungan.

"Kayanya kemarin kita baik-baik aja ya ay? Kok kamu tiba-tiba ngambek gini? Ada apa sih?" Bagas benar-benar dibuat bingung dengan sikap calon tunangannya yang tiba-tiba berubah ini.

"Ya udah, kalau kamu emang ga mau pergi hari ini ga apa-apa, kita bisa pergi besok. Nanti biar aku yang hubungi tante shelvi. Kamu istirahat aja ya. Besok aku ke sini lagi."

Setelah mengatakan kalimat itu Bagas memutuskan untuk pergi. Membuat Ara akhirnya bisa bernafas lega.

Kalau boleh jujur, Ara sangat senang saat ia melihat Bagas yang datang ke rumahnya, tapi ketika ia sadar bahwa laki-laki itu bukan datang untuk menemuinya hatinya terasa sakit. Karena laki-laki yang selama ini tanpa sadar selalu ia tunggu ternyata telah memiliki perempuan lain bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan dan pasti akhirnya akan menikah. Ironisnya, perempuan itu kini tengah Ara pinjam raganya.

Setelah masuk ke dalam kamar, Ara pun tak kuasa menahan air matanya.











Gimana gimana???
Next
Or
Stop??

I think I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang