Part 2

74 14 3
                                    

Pemandangan yang ada di depannya bagai godam yang terasa menghantam tubuh Clara langsung. Tanpa sadar, air mata bergulir lancar menelusuri pipi gadis berparas cantik itu saat menatap hal menjijikan yang ada di hadapannya kini. Dua insan yang tengah berada di atas ranjang dengan tubuh yang sama-sama tanpa sehelai benang pun itu, terkejut begitu menyadari keberadaan Clara di sana.

"Baby….”

Laki-laki yang baru saja memeluk gadis di sampingnya itu terlihat pias dan langsung melepaskan pelukannya. Raut wajahnya seperti seseorang yang baru saja melihat hantu, hingga tampak kelabakan meraih pakaiannya yang berceceran di lantai.

"Sayang, kapan kamu datang? Se-semua ini nggak seperti yang kamu lihat, baby. A-aku bisa jelasin semuanya. Di-dia.... " Richard mencoba menjelaskan dengan suara terbata sambil melangkah mendekati Clara yang menatapnya kecewa.

"Sayang, aku mohon jangan salah paham. Aku bisa jelasin—"

Selayang tamparan yang teramat keras mendarat ke pipi Richard sebelum dia sempat melanjutkan kalimatnya.

"Nggak ada yang perlu lo jelasin lagi karena bagi gue, apa yang gue lihat saat ini semua sudah sangat cukup jelas, Richard Adriano!" tekan Clara berusaha keras menahan air matanya yang sejak tadi bergulir, menatap Richard dengan pandangan murka.

Apa yang dilihatnya saat ini sudah lebih dari cukup. Clara tidak akan sanggup lagi membiarkan lelaki itu membodohinya terus-terusan.

Richard sendiri terkejut mendengar panggilan Clara yang terlihat begitu membencinya. Lelaki itu tampak menyesal dan berusaha meraih tangan Clara, namun, gadisnya itu langsung memberontak.

"Lepasin tangan gue! Lepasin!" teriak Clara melengking hingga air mata kembali menelusuri pipinya. "Gue benci lo, Richard! Gue benci lo! Tega-teganya lo ngelakuin ini, menghianati kepercayaan gue hingga harus tidur sama pelacur rendahan kayak dia!"

Clara yang begitu murka menunjuk perempuan yang didapatinya berada di ranjang apartement kekasihnya itu. Gadis itu hanya menunduk, menyembunyikan tubuh polosnya dengan selimut tanpa berani membalas tatapan Clara.

"Sayang, please...."

"Lo tahu, Richard! Karena memilih lo, gue harus ninggalin kedua orang tua gue. Kedua orang yang sangat mencintai gue. Karena elo, gue harus nyakitin hati dan perasaan mereka. Tapi sekarang apa yang gue dapet? Yang gue dapet hanya penghianatan lo!" teriak Clara dengan sesak yang sejak tadi berusaha ditahannya. "Gara-gara cowok brengsek seperti lo, gue harus ninggalin Papi dan Mami! Gue benci lo Richard! Gue benci lo!"Clara memukul-mukul dada Richard dengan geram.

"Sayang, aku mohon... Tolong maafin aku, Clara. Aku mohon, sayang. Aku mohon.... " Richard berusaha menahan tangan Clara yang terus menghujaninya dengan pukulan. Namun, Clara tetap tidak berhenti memukuli Richard.

"Apa salah gue sama lo, Rich? Apa salah gue, hah?!"

Richard mencoba meraih tangan Clara dengan raut menyesalnya. "Sayang, aku khilaf. Tolong beri aku kesempatan, Clara. Aku mohon, sayang."

"Bulshit!" Clara menyentak pegangan Richard. "Mulai detik ini kita putus! Gue nggak ada hubungan apa-apa lagi sama lo, Richard. Jadi sebaiknya, jangan pernah lagi lo munculin wajah lo itu di depan gue!"

Richard terdiam tidak berkutik. "Sayang.... "

Clara menghapus kasar air matanya. Sejenak diliriknya perempuan selingkuhan Richard yang sejak tadi hanya tertunduk di atas ranjang Richard. Sebuah ide terlintas di benak Clara. Segelas air yang diambilnya dari nakas, langsung diguyurnya ke tubuh perempuan itu hingga membuat perempuan itu megap-megap dan kini menatap Clara dengan pandangan memusuhi.

KUPU-KUPU CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang