Part 4

107 14 3
                                    

💕💕💕

"Enak aja dia bilang pakaian gue kayak pakaian nista! Dasar cowok kolot! Kuno!"

Clara yang masih begitu kesal atas ucapan Irwan, sejak tadi terus mencak-mencak merasa tidak terima dengan apa yang dikatakan cowok itu. Gadis itu juga merasa tidak nyaman dengan daster yang dikenakannya saat ini. Jika saja kalau bukan karena terpaksa, Clara tidak akan mau memakainya. Apalagi ancaman yang diberikan lelaki itu terlihat tidak main-main sama sekali.

Clara akhirnya memilih kembali ke kamar, tepat saat itu suara dehaman seseorang yang begitu membuat moodnya buruk sejak tadi, menginterupsi langkah Clara. Gadis berparas cantik itu langsung berbalik, menatap lelaki berpostur tinggi tegap itu dengan datar.

"Ada apa? Elo manggil gue?"

"Segeralah bersiap-siap. Karena saya akan mengantar kamu pulang sekarang."

Clara tertegun. Ekspresi angkuh yang sejak tadi ditunjukkannya langsung berubah gugup. Clara tentu tidak ingin pulang. Selain merasa bersalah pada kedua orang tuanya, gadis berparas cantik itu juga tidak ingin menerima perjodohan yang harus diterimanya itu. Dia tidak pernah ingin sama sekali dijodohkan, meski saat ini dia juga tidak akan pernah kembali pada Richard.

"Gue nggak punya tempat tinggal," ucap Clara  memelas, menghentikan langkah Irwan yang akan beranjak pergi. "Tolong, izinkan gue tinggal di sini. Karena... Karena gue nggak punya rumah sama sekali...."

"Tidak bisa!" tegas Irwan lalu berbalik menghadap Clara yang saat itu hanya menunduk memilin-milin daster yang dikenakannya dengan wajahnya yang sendu. "Silahkan tinggalkan rumah saya. Kamu bisa mencari tempat tinggal lain setelah ini."

"Tapi, gue nggak tahu harus pergi kemana lagi. Karena gue nggak tahu daerah ini, dan gue juga nggak punya keluarga di sini. Tolong, izinin gue tinggal di sini, Irwan. Cuma sebulan ini doang kok. Setelah ini, gue janji, gue bakal cari pekerjaan. Kalau perlu, gue bersedia jadi pembantu lo tanpa harus dibayar. Please, tolong Irwan. Tolong biarin gue tinggal di sini." Clara memohon dengan kedua matanya yang berkaca-kaca sambil menangkup kedua tangannya, menatap Irwan dengan pandangan memohon.

"Maaf, saya tidak bisa melakukannya. Mau tidak mau, kamu harus sesegera mungkin meninggalkan rumah saya. Saya tidak ingin menimbulkan fitnah jika kamu masih berada di sini. Lagipula, saya sudah memiliki Mbok Marni yang sudah cukup baik mengerjakan semua pekerjaan rumah. Jadi, saya tidak membutuhkan jasa asistant baru lagi," ujar Irwan, mengabaikan tangisan Clara yang terus memohon. "Bersiap-siaplah sekarang. Setelah salat ashar, saya akan mengantar kamu."

Usai berkata begitu, Irwan langsung berlalu dari hadapan Clara yang hanya menangis tersedu. Mbok Marni yang sejak tadi menyaksikan semua itu, hanya menatap ke arah Clara yang sedang menangis dengan tatapan ibanya. Perempuan paruh baya itu sampai menitikkan air matanya melihat gadis malang itu menangis, karena dia sendiri juga tidak bisa melakukan apa-apa untuk menahan gadis yang sudah di sukainya itu untuk bertahan di rumah ini.

💕💕💕

Clara hanya diam, tanpa berniat untuk beranjak dari posisinya. Gadis berparas cantik itu terus duduk di emperan terminal, sambil sesekali memperhatikan orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya. Sudah hampir satu jam lebih, Clara masih belum beranjak dari situ.

Dirogohnya, isi tas kecil yang tadi diberikan Mbok Marni sebelum dia pergi. Ada sekotak cemilan di dalamnya. Lalu perhatian Clara tertuju ke sebuah amplop putih yang ada di dalam tas. Sepuluh lembar uang seratus ribuan yang diberikan lelaki itu sebagai ongkosnya untuk sampai ke Jakarta hari ini, setelah Clara dengan terpaksa meminta Irwan mengantarnya menuju terminal, meski sebenarnya dia sendiri tidak berniat untuk kembali ke Jakarta.

KUPU-KUPU CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang