Act 1

993 126 2
                                        

ᴡᴀʀɴ!

[ʜᴏʀʀᴏʀ, ᴛʜʀɪʟʟᴇʀ, ʟɪʟ ʙɪᴛ ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ ᴄᴏᴢ ɪ ʜᴀᴛᴇ ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ, ᴅʀᴀᴍᴀ, ɢᴏʀᴇ (ᴍᴀʏʙᴇ), ᴇᴛᴄ]

[ᴄᴏɴᴛᴀɪɴ ᴍᴀɴʏ ᴏғ ᴅɪsʀᴇsᴘᴇᴄᴛғᴜʟ ʙᴇʜᴀᴠɪᴏʀ, ʙʟᴏᴏᴅ, ᴍᴜʀᴅᴇʀ sᴄᴇɴᴇs, ᴇᴛᴄ]

|ᴘʟᴇᴀsᴇ ᴜsᴇ ᴛʜᴇ ʙʟᴀᴄᴋ ʙᴀᴄᴋɢʀᴏᴜɴᴅ ᴛᴏ ʀᴇᴀᴅ ᴛʜɪs sᴛᴏʀʏ|

==============================













Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




🄰🄲🅃

1



_______________________________________

"Sudah dengar berita?"

"Berita? Yang mana?"

Jeno yang menangkup kepalanya dengan kedua tangannya di atas meja diam-diam mendengarkan. Ini masih terlalu pagi bagi Jeno untuk bersekolah. Dia ingin tidur sebentar namun percakapan beberapa orang di bangku depan meraih atensinya.

"Nana-kun, seharusnya kau membeli telepon genggam agar tidak ketinggalan," Teman Nana yang Jeno ketahui bernama Haruto itu mendudukkan diri diatas meja Nana.

"Maaf, aku bahkan hanya memiliki satu barang elektronik di rumahku."

"Reiko dibunuh. Itu beritanya." Teman Nana satu lagi, Kenta mengatakan suatu hal yang mengejutkan.

"Yang benar?! Dimana? Aku kasihan padanya. Ini terlalu tiba-tiba." Nana menolehkan wajahnya ke meja Reiko yang sudah terdapat setangkai bunga di atas meja.

"Di jalan 34. Padahal kau sering sekali melewatinya! Dan oh- aku kemarin lewat jalan memutar dan bertemu Yuto-sensei di pertigaan sebelum jalan 34 jam sepuluh malam, entah apa yang dia lakukan selarut itu."

"A-ah... Mungkin aku tak tahu,"

"Tapi kemana kau semalam? Aku ke rumahmu tapi sunyi." Haruto kembali protes. Sepertinya dia memiliki mulut yang awet.

"A-aku sedang keluar,"

Baru saja Haruto ingin menanyakan sesuatu, namun Kenta langsung memotongnya.

"Jalan 34, kalau tidak salah... Emm.. Jeno-kun, bukannya itu dekat dengan apartemenmu?"

闇 [NoMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang