Act 2

713 97 4
                                        

ᴡᴀʀɴ!

[ʜᴏʀʀᴏʀ, ᴛʜʀɪʟʟᴇʀ, ʟɪʟ ʙɪᴛ ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ ᴄᴏᴢ ɪ ʜᴀᴛᴇ ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ, ᴅʀᴀᴍᴀ, ɢᴏʀᴇ (ᴍᴀʏʙᴇ), ᴇᴛᴄ]

[ᴄᴏɴᴛᴀɪɴ ᴍᴀɴʏ ᴏғ ᴅɪsʀᴇsᴘᴇᴄᴛғᴜʟ ʙᴇʜᴀᴠɪᴏʀ, ʙʟᴏᴏᴅ, ᴍᴜʀᴅᴇʀ sᴄᴇɴᴇs, ᴇᴛᴄ]

|ᴘʟᴇᴀsᴇ ᴜsᴇ ᴛʜᴇ ʙʟᴀᴄᴋ ʙᴀᴄᴋɢʀᴏᴜɴᴅ ᴛᴏ ʀᴇᴀᴅ ᴛʜɪs sᴛᴏʀʏ|

==============================






















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









🄰🄲🅃

1







_______________________________________

Jeno masih berjalan menuju rumahnya. Dia baru saja keluar dari sebuah toko kelontong untuk membeli sedikit bahan makanan. Mengambil telepon genggam yang bergetar di sakunya. Lalu menerima panggilan yang masuk

"Tenang, aku akan memberikan upah yang sepadan."

[...]

"Ya ya ya... Kau cukup kreatif untuk mematahkan tulang ekornya sebelum menghabisi perempuan menjijikkan itu,"

[...]

"Akan ku kirimkan ke rekeningmu. Dan.. kerja bagus, Yuto-sensei"

Jeno tersenyum, lalu ia berjalan santai sambil memainkan ponsel barunya. Ia masih memainkannya hingga ia melihat seekor? Terlalu besar untuk seekor. Sesosok?

Jeno tertegun. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Kantung plastik berisi beberapa bahan makanan itu sudah terjatuh dari genggamannya. Mengakibatkan beberapa butir telur di dalamnya tak berbentuk lagi.

Otaknya tiba-tiba memutar kembali ucapan Haruto di kelas pagi tadi.

Bakemono

Jeno memandang terbelalak dari tempatnya berdiri. Bunyi belanjaan yang terjatuh tadi rupanya masuk ke pendengaran makhluk tak masuk akal itu.

闇 [NoMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang