☁️Happy Reading☁️
DEAR YOU || KIM DOYOUNG
TERLIHAT seorang perempuan masih tertidur lelap, ia bermimpi mempunyai sebuah keluarga kecil yang harmonis. Jika bisa memilih, ia sangat ingin hidup dalam dunia mimpi. Dalam kehidupan nyata, dunia sangatlah kejam. Semua hanya mementingkan ego masing-masing, tanpa mau memikirkan orang lain.Byurr...
Minha merasa ada seseorang yang menyiramnya dengan air, mimpinya sekarang harus berhenti sampai disini.
"Jadi anak cewek itu jangan pemalas, kamu itu mending gak usah sekolah deh, lebih baik cari kerja biar dapet duit. DUIT!! Kamu sekolah cuma buang-buang duit saya doang tau ga? Untung orang tua kamu udah mati." bentak seorang wanita bernama Kang Yena, orang merawat Minha sedari kecil sampai saat ini.
"Kak Yena bisa gak sih kalo bangunin aku nggak usah pake nyiram-nyiram segala? Lagian, mau aku sekolah atau engga, itu urusan aku. Toh, dulu aja kakak sering minta uang puluhan, bahkan ratusan juta ke papa aku!!" mendengar teriakan di akhir kalimatnya membuat Yena sedikit tersentak, bagaimana tidak? Minha sudah sangat kesal akan semuanya, ia sudah sangat muak.
"BERANI-BERANI NYA KAMU YA! BARU UMUR 15 TAHUN AJA BERLAGAK SOK TAU!" Yena menarik rambut indah Minha dengan kuat, membuat sang empu-nya meringis kesakitan.
"Emangnya kali aku baru umur 15 tahun ken--"
"Sekali lagi kamu berani ngelawan saya, saya gak akan segan-segan lebih keras lagi sama kamu. Dasar anak gak berguna, mati aja sana!" teriak Yena seraya menekankan kalimat terakhirnya.
Yena meninggalkan Minha di dalam kamar, kamar yang bernuansakan hitam dan putih.
Gelap, sunyi, itulah yang sekarang Minha rasakan. Air matanya mulai mengalir, setetes demi setetes, memojokkan diri dalam kesunyian. Mulai menela'ah kata-kata yang ia dengar dari Yena, berpikir seolah dunia sangat tidak adil padanya.
"Dunia ini gak adil. Kenapa dalam dua belas tahun ini aku selalu menderita? Kenapa aku terjebak dalam drama hidup ini? Mah, pah, Minha kangen. Kenapa kalian pergi disaat aku belum tau apa itu arti kehidupan? Aku mau ngerasain gimana rasanya punya orang tua yang sayang sama anaknya, aku mau ngerasain gimana rasanya dipeluk sama kalian. Kalo gak ada kalian, buat apa aku hidup? Gak berguna." ucapan Minha masih di iringi dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.
"Apa kalian tau gimana rasanya hidup tanpa orang yang Minha sayang? Apa mama sama papa tau gimana ka Yena yang selalu melampiaskan amarahnya ke aku? Aku yang terus di caci maki seolah olah aku adalah anak yang gak pantas untuk hidup di dunia ini." lanjutnya lagi.
Perempuan itu terbangun dari tempat ia menangis tadi, menghapus air mata-nya secara perlahan. Lalu mendudukkan diri di atas ranjang yang empuk, merebahkan diri dan berharap bengkak pada kedua mata nya itu hilang. Sesekali ia memejamkan mata dan menatap langit-langit kamarnya yang gelap.
Di detik selanjutnya, Minha melihat se sosok wanita paruh baya di langit langit kamarnya, "MAMA!!!" Minha langsung berteriak dan kembali meneteskan air mata-nya lagi, dan lagi.
"Minha, kamu jangan sedih dong, kalo kamu sedih mama juga ikut sedih. Sekarang kamu sekolah yang rajin, jangan malas. Mama sama papa sayang Minha." ucap perempuan itu seraya tersenyum, lalu menghilang dari pandangan Minha.
Minha mengerjapkan mata nya beberapa kali, namun tak ada siapapun disana. Ia kembali menangis, tangisnya sekarang semakin menjadi-jadi.
***
12.00PM
Tanggal enam Februari, hari ini adalah hari dimana Minha lulus Sekolah Menengah Pertama.
Dan kini acara wisuda Minha telah selesai, namun tak ada rasa sedih ataupun bahagia pada diri Minha.
Ia bingung, bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Mau lanjut sekolah? Tapi tidak mempunyai uang sepeserpun. Mau bekerja? Tapi siapa yang mau menerima anak umur 15 tahun? Apa harus, Minha menjadi gelandangan? Ahh, entahlah.
Drrttt...
Handphone Minha berdering, entah siapa yang ingin menghubungi Minha saat ini.
"Nomor tak dikenal, siapa?" ucap Minha pada telepon genggam-nya.
Entah bisikan dari mana, ia segera menjawab panggilan itu.
"Kamar Yena, laci putih. Dompet warna ungu password 71**** bawa semua baju kamu, saya tunggu didepan sekolah kamu pukul 14.00 siang." ujar seseorang dari seberang sana.
Tuttt...
Minha mematung, dan seketika ia mengerti apa yang dikatakan oleh lelaki tadi. Dengan cepat, perempuan tersebut berlari secepat yang ia bisa.
"K-kak Jisung?" Minha mundur beberapa langkah dengan wajah yang mulai menegang.
"Saya mau, kamu pergi ke Daejeon. Saya sama sekali gak mau Yena malah makin menjadi-jadi. Kamu udah ambil uangnya 5 juta kan?" Minha sedikit tersentak, ia tidak tahu apa yang harus di lakukannya.
"Ini uang 15 juta untuk kamu, kamu masuk sekolah di Daejeon lalu sewa apartemen disana. Kalau uangnya udah abis, kamu bisa hubungi teman saya. Nanti akan saya transfer melalui rekeningnya lalu teman saya akan memberikannya pada kamu, Minha." ucap Jisung sembari memberikan tas pada Minha.
Wanita itu sedikit tak percaya, oh ayolah, ini bukan waktunya untuk bercanda.
Pernyataannya tak di gubris oleh Minha, Minha masih terdiam melihat isi dari plastik itu.
"Minha? Hey, sadar. Ayo saya antar kamu ke stasiun, nanti teman saya akan jemput kamu di Daejeon." Minha tersadar, iapun segera mengangguk dan mengikuti Jisung dari belakang.
⭐⭐⭐
hai, gimana tanggapan kalian untuk part ini?
jujur ini adalah cerita pertama yang baru aku buat, tapi aku ga berani untuk publish, dan pada akhirnya aku publish cerita KEMBALI terlebih dahulu.terima kasih untuk kalian yang udah baca dan support aku dengan cara vote serta comment. semoga kalian sehat selalu, have a nice day!
don't forget to follow my instagram
@renjuniexzl
@katabiruuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU || KIM DOYOUNG ✓
Teen FictionIni, cerita tentangku dan dia. Seorang lelaki yang mampu membuatku tersenyum, dengan sebuah cara yang tak seorangpun bisa melakukannya. Start 22-10-20 End 11-11-20 ©copyright yunisamnd