Chapter 7

41 31 4
                                    

Hai gae......s
Akhirnya, ketemu lagi.
Kangen gak, ama cerita gak jelas fersi gua?
Happy reading gae....s :)


Buliran air mata setia mengalir di pipi, menemani sakit yang kian mendalam.

"Sudahlah, kalo emang bosen sama Anjani, gak niat untuk benar-benar membangun keluarga, gak perlu dipertahankan lagi, cerai aja."

Mudah banget mereka mengatakan itu semua bagaikan membalikkan telapak tangan saja.

"Mai," panggil Azzam, mendekatkan wajahnya untuk melihat keadaan gue.

"Zam, kita ke rumah Pak Hilman yuk" ajak gue sebari mengusap bekas air mata di wajah.

Sunyi, tak ada satupun dari dua insan yang berlawanan jenis ini mengeluarkan suara, keduanya sibuk akan dunia masing-masing, sejak mereka berjalan bahkan sampai di rumah pak Hilman pun mereka masih setia akan kebisuan.

Setelah sekian lama mereka tak tahan lagi dengan keheningan yang melanda, kepala yang terus menunduk, hingga memutuskan mengangkatnya dan bersiap menoleh melihat teman di sampingnya.

Bola mata Azzam bertabrakan dengan Mai, jarak antara keduanya hanya satu jengkal saja. Perlahan-lahan mereka terbawa oleh pesona lawan.
Seakan telah ditetapkan sebelumnya kelopak mereka tertutup sempurna, wajah mereka saling menghapus jarak.

HUAAA teriakan Mai menggema di ruangan memberikan efek samping berupa tatapan Azzam dan pak Hilman. "Are you oke?" tanya Azzam, tatapan matanya menimbulkan rasa ngeri tersendiri, tanpa sadar pikiran Mai kembali pada mimpi yang baru ia lalui, di mana kedua bibir manusia berjenis kelamin berbeda HAMPIR bersatu.

Anggukan kepala sudah lebih dari cukup bagi Mai untuk menjawab pertanyaan cowok gila yang telah masuk dalam mimpinya, dan menghapus perasaan sedih, kecewa yang sebelumnya mampir dalam hidup.

Udah jangan heran sama si Mai, namanya juga manusia triplek yang selalu hidup bodoamat penting bahagia, makanya waktu mimpi buruk bokap nyokap cerai plus hampir ciuman pasti yang dipikirkan hanya ciuman aja, lainnya buang ke tempatnya.

Tangan kiri Mai reflek memegang bibir dengan tatapan kosong, mengingat moment saat huaa pokoknya gitu deh, gua gak bisa bayangin lagi takut dosa.

"Mai," teriak Azzam, berjalan mendekat menuju Mai.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang