Katanya ikatan persahabatan itu harus diperkuat dengan rasa kepercayaan. Karena rasa kepercayaan lah yang akan membuat ikatan itu menjadi kuat dan tidak akan runtuh walau banyak rintangan yang menghadang.
Terkadang sebagai seorang sahabat kita sadar bahwa jika persahabatan tidak mendapatkan sebuah ujian, maka akan hambar rasanya.
Tapi sebaliknya, jika persahabatan itu mendapatkan masalah untuk diuji. Maka ikatan itu pun ikut merasakan, ah ini kah rasanya memiliki banyak orang yang mendukung kita? Ah, ini kah rasanya ada banyak orang peduli dengan keadaan kita.
Namun akan selalu ada satu sisi kita yang merasa tidak nyaman dengan ikatan persahabatan itu. Karena saking pedulinya sahabat kepada kita. Kadang mereka lupa batasan. Lupa bahwa kita sebagai manusia memiliki privasi yang tidak ingin diganggu, yang tidak ingin orang lain ketahui, meski orang itu dekat dengan kita.
Renggangnya hubungan persahabatan sering terjadi akibat hilangnya rasa percaya satu sama lain. Meski memalukan untuk mengakui, hal itu memang benar adanya.
Ujian itu menghadang. Namun kita terlalu lemah untuk mempertahankan. Lalu pada akhirnya berujung dengan perpisahan.
Bersyukurlah, selama ini persahabatan yang kujalani sejak SMA masih terjalin, meski kami tidak lagi berada disatu tempat. Meski kami tidak lagi bisa bertemu 9 jam, 5 hari lagi seperti dulu.
Mengingat betapa manisnya hubungan kami saat itu membuatku rindu pada waktu-waktu kami saat masih duduk dibangku SMA. Ah, waktu ternyata cepat sekali berlalu. Padahal baru kemarin rasanya aku lulus dari bangku sekolah, namun nyatanya saat ini aku sudah mempunyai buah hati yang gemar makan permen setiap harinya.
Tidak bisa dibiarkan begini!
Rasa rindu ini harus segera terobati. Tapi bagaimana caranya?
Sahabat-sahabatku saat ini bahkan ada yang tinggal di luar negeri, dan aku sendiri pun tidak lagi tinggal di Indonesia. Kisah kami tertinggal jauh di sana, di kota asri, kota kembang, yang sering kami panggil dengan nama ... kota Bandung.
Haruskah aku menelpon mereka? Lalu mengingatkan mereka bagaimana manisnya kenangan kami waktu itu. Setelah itu menyuruh mereka untuk berkumpul lagi seperti dulu.
Akankah mereka menerima panggilan rinduku?
Karena aku tau mereka sudah sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Mereka sibuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarga mereka sendiri. Karena aku pun begitu dengan suamiku.
Tapi setidaknya ... Aku masih bisa mencoba untuk menghubungi mereka dan meminta mereka meluangkan waktunya untuk ikatan persahabatan kami yang semakin kesini pudar di makan waktu.
Aku pun segera mengambil ponsel di meja, lalu mulai menghubungi mereka satu persatu.
"Ehm ... Halo? Ngapain telpon subuh-subuh gini. Lo nggak tau bedanya jam di sana sama di sini?"
Aku seketika menepuk dahiku pelan. Aku benar-benar lupa soal itu. Tapi sudah kepalang telpon, pulsaku tidak boleh terbuang sia-sia.
"Ayo, ketemu!" kataku setengah teriak padanya.
"Hah? Ketemu?"
"Iya! Lo, sama yang lainnya juga."
"I have to work, by the way."
Tuh, kan. Pasti alasannya pekerjaan. Aku sudah menduga ini akan menjadi kendalanya.
"Gue tau. Tapi gimana? Gue baru aja mengenang memori kenangan kita waktu SMA. Terus tiba-tiba jadi kangen kalian. Gimana dong?!"
"Engg.... "
"Seminggu lagi ultah gue! Masa nggak ada lagi sih yang rayain ultah gue! Biasanya kan kalau gue ultah pasti kumpul." Aku berusaha membuat nadanya terdengar separau mungkin.
"Masa sih? Kan ada suami lo. Masa dia nggak rayain?"
"Engg... Rayain sih. Tapi gue maunya tahun ini kita kumpul lagi. Please dong, usahain kek!"
"Hmm ... Ya udah, iya! Entar gue calling yang lain deh."
Mataku tiba-tiba berbinar terang. Akhirnya! Diulang tahunku yang ke 30 ini semua sahabatku akan berkumpul untuk merayakannya. Persis seperti dulu, 14 tahun yang lalu.
Tunggu aku!
Aku akan datang menemuimu ....
Masa laluku.
-----
Don't forget to support my story with like and comment. I'm waiting it ....

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Time
Teen FictionPernah kah kalian mengingat masa-masa muda kalian? Khususnya untuk kalian yang sudah berumur 30 tahun ke atas. Pernah kah kalian berpikir, bahwa masa muda kalian berlalu dengan begitu cepatnya. Tidak terasa, dan tidak dapat terulang kembali. Kenan...