Bab 4 : Oh My God!

14 4 6
                                        


Satu persatu temannya mulai berpamitan keluar kelas. Sementara Ali dan ketiga temannya yang lain masih menyelesaikan masalah yang lain yang lebih terpenting dibandingkan dengan mencari nama, yaitu membahas war yang baru saja terjadi di game online mereka.

Dari ketiga temannya, ada Angga yang tidak ikut-ikutan membahas apalagi bermain game online seperti itu. Jika ia memilih, lebih baik waktu senggangnya dipakainya menonton drama korea daripada main permainan yang membosankan seperti itu.

Jadi ralat saja, hanya dua teman Ali yang hobi main game online di sana.

Bian yang lebih dulu selesai pun menutup ponselnya dan memasukkannya ke kantong. Sementara Ali dan Agung masih dalam keadaan online dan duduk berendengan. Angga pun melihat mereka berulang kali menghembuskan napasnya pelan.

"Eh? Kalian nggak mau cari nama? Kok masih santai di sini?" tanya penjaga gugus pada mereka.

Mereka semua pun menoleh. Angga melihat kesempatan emas untuk membuat para pecandu game ini berhenti sejenak dari aktivitasnya.

Angga menimpali. "Iya, Kak. Sekarang mau cari kok."

"Iya, Kak." Bian ikut membalas.

Mau tak mau, Agung dan Ali menutup permainan mereka yang tengah berlangsung sengit. Mau bagaimana lagi? Ini juga salah mereka yang main permainan seperti itu di waktu yang tidak tepat. Angga pun terlihat senang ketika keduanya bangkit dari kursi.

"Ayo! Kita cari nama!" Angga bersemangat sembari merangkul pundak Ali. Menyeret tubuh temannya itu keluar, diikuti juga oleh Bian dan Agung dibelakangnya.

"Kelas kita pertengahan euy. Gimana kalau pencar aja?" saran Agung saat tiba di ambang pintu.

"Oh, oke kalau begitu. Gue sama Angga ke arah kanan ya. Lo berdua ke kiri. Kalau udah nemu langsung chat aja di grup."

Agung mengacungkan jempolnya. "Wokeh!"

"Oh, iya, satu lagi." Angga tiba-tiba bersuara. Hal itu sontak menahan Agung dan Bian pergi.

"Jangan sad ya kalau ternyata kita nggak sekelas. Terima aja, mungkin bukan takdirnya kita bareng lagi."

Ketiganya pun terperanjat ngeri.

"Kebalik lo, Sarap! Yang ada kita yang harusnya bilang gitu sama lo," kata Agung padanya.

"Tau tuh, yang gue khawatirkan tuh sebenernya elo. Gimana kalau ternyata kita kepisah semua? Ya gue sih fine-fine aja. Nggak tau tuh kalau lo, Ga. Nengok kanan-kiri aja masih malu-malu. Gimana kalau ngobrol sama yang lain?"

Perkataan Bian tadi ada benarnya juga sih.

Sepertinya Angga tidak bisa lepas dari teman-teman barunya itu. Berpikiran seperti itu saja sudah membuat hatinya sakit.

"Nggak usah dipikirin! Nggak sekelas juga kita masih satu sekolah kok! Nggak usah lebay dah!" Ali menepuk pundak anak manja itu dengan keras.

"Yodah sana!" Angga mengusir mereka pergi.

Agung dan Bian pun berlalu dan hilang dari penglihatan mereka.

----

"Lo yakin mau cek ipa satu?" tanya Ali saat dirinya dan si anak manja itu berada di ipa dua.

Ali bertanya karena ia sudah mengecek kelas itu dan hasilnya nihil. Ia tidak menemukan nama siapa-siapa di lembaran kertas itu. Shit memang, kedua temannya yang sedang mengecek di lain kelas pun tidak ada yang mengabari di grup chat.

"Yakin nama kita ada di sana? Ah nggak-- Maksud gue, yakin gue, seorang Aliandra Ramadhan bisa masuk di kelas kayak begitu?"

"Harapan terakhir, Li. Kalau ternyata ada, lo harus janji sama gue buat berhenti main game online ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang