Di sebuah kamar bernuansa coklat yang hening, seorang gadis tengah bersiap memulai harinya dengan menyiapkan dua buah pulpen, satu buah buku ke dalam tasnya yang berbentuk teddy bear berwarna coklat muda.Gadis itu bernama Olivia Putri Cassandra. Seorang gadis sederhana yang baru saja menginjak umur 16 tahun sebulan yang lalu, yaitu pada bulan Mei. Rambutnya panjang lurus berwarna hitam legam, wajahnya kecil dan tirus, menambah kecantikan alami dalam dirinya. Membuat banyak orang merasa cemburu akan wajahnya yang imut dan manis.
Setelah selesai memasukkan barang yang ia perlukan, ia pun kembali memeriksa penampilannya. Seragam putih abu-abu lengkap dengan dasi polos yang nampak di setrika dengan rapi hingga tak ada satu pun lipatan yang terlihat walau dilihat oleh mata sejeli apapun.
Gadis itu pun kemudian tersenyum puas melihat pantulan dirinya di cermin. "Selesai. Tinggal sarapan."
Dia pun keluar dari kamar menuju dapur yang mana sebuah piring yang berisikan nasi goreng lengkap dengan telor ceplok di atasnya telah menyambutnya di sana. Semerbak harum itu menusuk ke lubang hidungnya, membuatnya ingin segera melahap semua nasi goreng yang dibuat oleh ibunya itu.
"Bian mana, Mah?" tanyanya pada sang ibu yang masih bergelut dengan alat masaknya. Sang ibu pun menoleh sejenak.
"Masih di kamarnya kali. Mamah juga belum liat dia keluar kamar." Saat menjawabnya wanita paruh baya itu mengedikkan bahunya. Lalu kembali membalikkan tubuhnya.
"Dia nggak ke sekolah? Bisa telat loh kalau sekarang dia belum bangun juga," katanya sambil melihat ke arah pintu kamar Bian, adiknya.
"Paling bentaran juga bangun. Udah! Kamu cepet selesain makannya. Nggak usah peduliin adek kamu. Biar nanti Mamah yang urus."
Perkataan ibunya ada benarnya juga sih, kalau dia mengurusi adiknya terlebih dahulu pasti ia akan terlambat. Biar saja adiknya itu terlambat datang ke sekolah, toh ujungnya paling kena hukuman.
"Ya udah deh, Mah. Oliv berangkat dulu ya. Assalamualaikum," ucapnya setelah menyelesaikan sarapannya dengan cepat.
"Waalaikumsalam! Hati-hati di jalan, Oliv!" kata Ibunya sebelum Olivia benar-benar menghilang dari balik dinding.
----
"Ayo, Adik-adik! Berbaris! Materinya mau dimulai. Dipercepat jalannya!" teriak seorang Osis sembari terus menggiring calon adik kelasnya ke ruangan tempat materi pendidikan akan dilaksanakan. Lengannya tak henti bergerak bak tukang parkir yang tengah memarkir mobil di parkiran Mall. Persis seperti itu.
Saat itu hari sudah mulai siang. Jam sembilan lewat, matahari mulai menancapkan taringnya hingga membuat silau pandangan ketika menatapnya langsung. Hawa panas berkerumun menjadi satu, para calon siswa dan siswi itu digiring bagai kambing yang akan segera di sembelih dan di bakar dagingnya.
Desak-desakkan pun tak terelakan. Dari siswa-siswi yang harum memakai parfum hingga ke siswa-siswi yang mandi saja tidak jelas kebenarannya, kini berkumpul menjadi satu. Terbayang seberapa sesaknya ruangan yang hanya sebesar tiga kali luas kelas kecil itu oleh siswa-siswi yang jumlahnya mencapai 500 orang. Sungguh menyesakkan!
Cacian dan makian terus terlontar tanpa terdengar oleh para OSIS yang bertugas. Mereka merasa sesak akan keadaan ruangan yang super sempit itu, tapi tak ada yang mendengarkan jeritan mereka. Karena pikir kakak OSIS adalah toh cuman sekali seumur hidup merasakan kesesakan di SMA selama MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) berlangsung. Ada benarnya juga sih.
"Asli, disebelah gue badannya bau banget, Liv. Gue nggak tahan. Tukeran tempat yuk," pinta seorang gadis cantik pada Olivia. Gadis itu ternyata merupakan teman sebangkunya selama mereka menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Time
Teen FictionPernah kah kalian mengingat masa-masa muda kalian? Khususnya untuk kalian yang sudah berumur 30 tahun ke atas. Pernah kah kalian berpikir, bahwa masa muda kalian berlalu dengan begitu cepatnya. Tidak terasa, dan tidak dapat terulang kembali. Kenan...