Di jalan Andalas, ada satu rumah yang selalu menjadi perhatian setiap orang yang melewatinya.
Selain karena rumahnya besar, penampilan luarnya juga bagus dan asri. Membuat siapa saja yang melihatnya pasti tertarik untuk bertamu.
Sayangnya penampilan luar tidak selalu menjamin apa yang ada di dalamnya. Seperti kata pepatah "Jangan menilai buku dari sampulnya."
"SIAPA YANG MAKAN YOGURT GUE, NJING?!"
Baru aja jam enam pagi, tapi keadaan di dalam rumah udah ricuh.
"Suara lo bisa dikecilin nggak? Sakit banget kuping gue." Angga datang menghampiri Jeka yang sedang berdiri di depan kulkas sambil meratapi yogurtnya yang raib tak bersisa.
"NGGAK BISA! Keadaan gue udah genting parah, status darurat!"
Angga mengambil beberapa bahan dari dalam kulkas, kemudian melewati Jeka begitu saja menuju kompor. "Serah lo."
Masih di depan kulkas, Jeka berteriak-teriak lagi. "WOY ANJING! SIAPA YANG NGABISIN YOGURT GUE? PADA NGAKU LO!"
Terdengar sahutan dari lantai dua. "BERISIIIK!"
Belum sempat Jeka menjawab sahutan Dhika, Awan muncul dengan wajah yang sudah segar. "Ikhlasin aja, Jek."
"NGGAK BISA! Itu tuh yogurt kesukaan gue."
"Yogurt doang, di Indomaret juga banyak." Angga yang sedang sibuk dengan masakannya ikut menyahut.
"NGGAK BISA! Gue beli kemaren udah stock tera--"
Hoekk
"ANJEENG! BANGSAT! KAMPRET LO! SEPREI GUE, BANGKE!"
Suara Yogi yang berasal dari lantai dua terdengar memenuhi seisi rumah. Bisa dipastikan setelah ini kekacauan akan segera terjadi.
"PERGI SANA LO!"
Awan dan Jeka yang ada di bawah bisa melihat Yogi menyeret tubuh besar Jef keluar dari kamarnya.
Tubuh Jef terhuyung-huyung hendak jatuh, tapi kemudian bersandar di tembok.
"Noh! Di sebelah noh kamar lo." Yogi masih berusaha menyeret Jef.
Tapi Jef justru ambruk ke tubuh Yogi dan membuatnya hampir jatuh. "Anjing lo berat banget woy!"
Angga yang tadinya sibuk memasak akhirnya ikut menonton kejadian tersebut dari bawah bersama Awan dan Jeka.
"Mereka ngapain?" tanya Angga sambil menyaksikan Yogi yang masih berusaha keras membuat Jef berdiri.
Jeka memalingkan wajah. "Tau dah tuh! Pokoknya gue masih kesel karna yogurt gue ilang."
"Sepertinya Jef hangover lagi dan salah masuk ke kamarnya Yogi." Awan yang menjawab.
"Yaelah, kirain apaan." Angga kembali ke kompornya, menganggap hal tersebut sudah sangat biasa terjadi.
Akhirnya setelah usaha keras disertai umpatan, Jef berhasil Yogi bawa masuk ke kamarnya Jef sendiri.
Yogi kemudian turun sambil membawa sepreinya.
"Iyuuh. Apaan tuh lengket-lengket?" Dhika yang kebetulan turun bersamaan dengan Yogi mengomentari noda yang ada di sprei Yogi.
"Ini? Prasasti dari goa Jepri."
"Jijik banget lo ngoleksi gituan."
Bukannya menjawab ledekan Dhika, Yogi justru mendekatkan sepreinya tersebut ke wajah Dhika yang otomatis membuat Dhika berteriak histeris.
"HWAAAA! JIJIK YOGI JIJIIIIK!"
Mendengar teriakan Dhika, jiwa jail Yogi semakin keluar. Dia berniat mengejar Dhika dengan sepreinya sebagai senjata.
Dengan buru-buru Dhika menuruni tangga karena sudah paham dengan rencana Yogi. Yogi pun mengejar Dhika.
"YOGIII! PERGIII! JANGAN MACEM-MACEM LO! SANA LO!"
Seringai Yogi muncul, malah semakin gencar mendekatkan sepreinya yang terkena noda ke tubuh Dhika.
"YOGI! ANJING YA LO?! YOGI! JIJIK YOGI!"
Dhika berniat mendorong tubuh Yogi dengan kedua tangannya, tapi justru hal yang tidak diinginkan terjadi.
"WHAT THE-- HWAAA! APAAN NIH LENGKET-LENGKET!"
Tangan kanan Dhika tidak sengaja menyentuh bekas muntahan Jef. Spontan Dhika berlari menuju tembok dan mengusap-usapkan tangan kanannya ke tembok sambil berteriak histeris.
"AAAAAAAAAAAA!"
Teriakannya terdengar di seluruh penjuru rumah.
Bukannya menolong Dhika, teman-temannya justru menertawakan Dhika. Bahkan Jeka yang tadi uring-uringan karena yogurtnya hilang sekarang ikut tertawa melihat tingkah Dhika.
Angga pun berinisiatif merekam kejadian tersebut.
***
Keadaan rumah menjadi kondusif ketika mereka--minus Jef karena dia masih teler--berkumpul di meja makan untuk sarapan.Tentunya setelah Dhika membersihkan tangannya dan Yogi mengajaknya untuk berdamai.
Ya meskipun Dhika masih kesal, dia tetap memaafkan Yogi. Dhika memang begitu, nggak pernah bisa marah ke temannya lama-lama. Apalagi ini Yogi, orang yang dari bangun tidur sampai tidur lagi selalu ketemu.
Jeka juga sudah tenang setelah Awan janji mau belikan dia yogurt rasa anggur 10 botol. Meski sampai esok harinya misteri hilangnya yogurt Jeka belum diketahui.
"Hari ini jadwalnya siapa yang cuci piring?" Angga bertanya setelah sarapannya habis.
Masih dengan mulut yang penuh dengan makanan, Jeka menunjuk ke atas. Maksudnya tuh si Jef.
Mereka paham kalo Jef sudah terlanjur hangover dia nggak mungkin bisa dibangunkan.
"Gue aja yang nyuci, kebetulan hari ini nggak ada kelas," ucap Awan menawarkan dirinya sebagai sukarelawan.
Setelah menemukan orang yang bersedia mencuci piring, Angga, Dhika, dan Yogi beranjak dari meja makan untuk bersiap-siap berangkat ke kampus.
Sedangkan Jeka justru pergi ke halaman belakang kemudian menyalakan rokok yang daritadi sudah ada di saku celana pendeknya.
Pagi mereka berakhir dengan damai, tapi bisa dipastikan esok paginya pasti ada lagi kericuhan yang terjadi di rumah besar tersebut.
Selalu saja seperti itu siklus harian mereka selama hampir 4 tahun tinggal serumah.
***
Masef's Note:Carat pasti tau funny moment-nya DK yang dia gosok-gosokkin tangannya ke tembok.
Wkwkwkk... Mau ditonton berapa kali pun itu tetep buat ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Home || 97'L
FanfictionTempat bagi mereka yang mencari pelarian dan jati diri. Disclaimer: cerita ini hanya sekedar snack time, bisa dibilang seperti slice of life. Updatenya juga nggak tentu.