1

15 0 0
                                    

[Jangan Lupa Vote dan Komen ya! Vote dan komentar kalian sangat berharga bagiku!]
(≧▽≦)

"Apa katamu?" Aku memekik saking terkejutnya.

Namja didepan ku hanya mengangguk semangat. Aku menatapnya lesu.

"Kau gila? Aku tak mau!!" Ujarku lantas melipat tangan didada dan memalingkan badanku darinya.

Apa dia gila? Menyarankan agar kami berpacaran untuk menyelesaikan suatu masalah? Justru akan timbul masalah baru ke depannya.

Dia membalikkan tubuhku agar menatapnya, tapi aku tetap memalingkan muka.

"Ini adalah cara agar hidupmu dan hidupku kembali tenang, Kyung... Apa kau tak mau? Hm?" Tanyanya sambil mengguncang pelan tubuh ku. Aku melepaskan kedua tangannya yang bertengger di bahuku.

"Aku tidak mau, Sehun. Sungguh, biarkan saja dia bertindak sesukanya. Toh aku pun tak perduli. Lagi pula kau tahu kan dia suka dengan kau, sedangkan kau? Meminta kita pura-pura berpacaran agar dia menjauhi kita dan semua masalah selesai? Tidak semudah itu, Ferguso. Justru karena dia suka dengan kau dan kau dekat dengan ku lah alasannya dia menganggu ku." Ucapku panjang lebar.

Sehun tampak tak percaya dengan apa yang baru saja ku bilang. Dia menghela nafasnya,

"T-tapi aku tak tega bila kau terus di ganggu oleh dia dan ke empat temannya." Ucapnya sambil menggenggam tanganku.

Aku tersenyum, "kau tak perlu khawatir. Aku tahu harus melakukan apa. Aku adalah Strong Woman Do Bong Son dengan wujud Choi Sang Kyung. Kau tak perlu khawatir kan itu oke?"

Sehun tersenyum dan mengacak rambut ku, "kau ini, selalu saja begitu."

Aku terkekeh.

"Aku tak mau jika kita harus membuat jarak karena ini." Kata Sehun lagi.

"Heiii... Siapa dia beraninya mementangkan jarak antara kedua sahabat yang tak pernah terpisah sejak dalam kandungan ini? Tak perlu! Bila dia yang memaksanya sekalipun, akan sentil dia sampai Sungai Gangga di India."

Sehun tergelak, bahkan matanya tak terlihat.

"Wanita gila!" Ujarnya sambil tertawa.

"Ohhh!!! Jadi kau bilang aku wanita gila?!!!" Aku memasang wajah marah dan berkacak pinggang, "kemari kau! Biar ku tunjukkan bagaimana bila wanita gila ini sedang marah!!!"

Sepersekian detik Sehun pun sudah berlari, tak mau kalah aku mengejarnya sampai dapat. Walaupun lelah, aku tak akan menyerah. Salahkan kakinya yang panjang sehingga mempermudah dia berlari menjauh sambil menjulurkan lidahnya kepadaku. Orang ini memang perlu diberi pelajaran!

***

"Sayang, kamu mau tambah lagi sup nya?" Tanya oemma pada Kai. Kai tersenyum, "boleh. Sup ini sangat enak..."

Eommaa tertawa bahagia sambil menuang sup ayam ke mangkuk milik Kai.

"Kamu mau juga?" Tanyanya padaku, aku tersenyum dan menggeleng.

Ponselku berdering, sebuah panggilan masuk.

Appa yang sedang makan melirik kepadaku, "kau tak angkat?" Tanyanya ketika melihat aku memencet tombol merah.

Aku menggeleng.

"Aigoo... Kenapa tidak kau angkat saja Kyungi-aa... Kali aja penting."

"Anii... Kalau dia yang menelepon pasti tidak penting." Ucapku lalu menyuap nasi ke mulutku.

"Itu pasti dari Cha Eun Woo kan?" Kai menebak sambil menggoda.

Aku langsung mengambil sehelai tisu, menggumpalnya lalu melemparkannya tepat ke wajah pria itu. Dia tampak menghindar dan makin mengejekku.

"Appa, Eomma... Lihat! Adikku sudah besar! Dia sedang di gilai kakak kelas di sekolah kami. Aiigoo... Aku tak menyangka bahwa kau secantik itu." Ujarnya seolah penasaran sambil menangkup wajahnya dengan kedua tangan yang berada diatas meja.

"Aigoo... Aiigooo... Urusi saja hubungan mu dengan noona gak jelas itu. Ih.. menjijikkan!" Ucapku tak perduli

"Aish!!! Tak sadar huh? Kau juga berhubungan dengan Cha Eun Woo saat istirahat, kalian mengobrol, bercanda asik sekali huh?" Ujarnya tak mau kalah.

Eomma dan Appa tampak pusing dengan kedua anaknya ini.

"Kai! Kyung! Berhenti!" Ucapnya tegas membuat aku dan Kai bungkam.

"Kalian ini, selalu saja bertengkar. Tak pernah akur." Lanjut Appa

"Isshh!! Dia yang mulai duluu!!" Aku tak mau kalah.

"Sudah-sudah... Kai... Kyung... Eomma pusing mendengarnya." Eomma memegang kepalanya sambil menggeleng.

Akhirnya kami berdua diam.

Tak lama bel rumah kami berbunyi, menandakan ada yang datang. "Biar aku saja." Ucap Eomma lantas berdiri menuju ke pintu depan. Kami melanjutkan makan malam kami dalam diam dengan tatapan tajam antara aku dan Kai. Appa hanya bisa memijat kepalanya pusing dengan tingkah kami. Eomma datang membawa seseorang sambil mengobrol ringan. Ternyata itu adalah Sehun, dan Eomma mempersilahkan dia duduk dekat Kai untuk makan bersama.

"Sebenarnya saya sudah makan, eomma..." Ucap Sehun.

"Ooohh.. kalau begitu kau makan dessert ini saja ya? Puding ini Sang Kyung sendiri loh yang buat." Ucap eomma sambil memotong puding cheesecake dan memberinya ke Sehun.

"Wah... Jinjja?" Ucap Sehun tak percaya sambil memegang sendoknya, tak sabar mencicipi. Tapi sebelum itu, Kai berbisik.

"Hati-hati, bisa saja dia menuangkan obat pencahar didalam pudingnya." Bisik Kai yang masih bisa terdengar.

"Kim Jong In..." Panggil appa tegas. Kai dan Sehun terkekeh.

"Mmhnn... Ini rasanya enak..." Puji Sehun.

"Tentu!" Aku menyombongkan diri.

"Kau kalah Kim Jong In!" Ujarku.

Kai mendengus.

[TBC ಡ ͜ ʖ ಡ]

Livin' In LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang