'Liat kamu senyum aja udah ambyar. Apalagi kamu ketawa gitu? Manis banget tau, hati ini gak kuat.'
///
Aufa kini tengah berada di belakang gedung lama untuk menunggu Anan yang akan menyusulnya.
"Ini si Anan mana si elah?????"
Aufa terus terusan menggerutu sambil mengerucutkan bibir karena kebosanan sedang melanda dirinya.
Aufa tiba tiba mendapat sebuah ide, dirinya memfokuskan pikirannya pada Anan dengan cara memejamkan matanya dan menaruh jari telunjuk dan jari tengah di keningnya seakan tengah menerawang.
Cowok itu mulai mengeluarkan suara suara aneh yang benar benar membuat pusing siapapun yang mendengarnya.
"3"
Aufa mulai menghitung mundur.
"2"
...
"Sa...."
"he bego".
Aufa tersenyum lebar setelah mendengar ucapan dari cewek berambut sepinggang itu, dirinya merasa telah berhasil melakukan telepati dengan Anan.
"YEAYYY LO-"
Anan segera membekap mulut Aufa dengan telapak tangannya yang sebelah kanan, lalu tangan yang sebelah kiri ia gunakan untuk mencekek leher cowok itu dari belakang.
"Kamu diem, jangan berisik, nanti ketauan".
Aufa menepuk lengan Anan yang sudah hampir membuatnya kehabisan nafas, mungkin kedengarannya lebay, tapi ini serius, ANAN MENCEKIKNYA TAK MAIN MAIN!
"Lo mau bunuh gue hah?!". Kata Aufa sambil mengelus dada seperti tengah mencoba sabar untuk menghadapi cewek yang sama tak warasnya seperti dirinya.
"Ayo manjat".
Aufa mencibir dalam hati, Anan tuh makannya apasi???? Kalo ngomong singkat padat dan jelas, dia ngomong panjang kali lebar kalo rencana untuk bolos aja, untung Aufa sabar banget ngadepin Anan.
____
Cowok berahang tegas dengan sorot mata yang selalu memancarkan kebahagiaan itu kini tengah berada di ruang tamu milik Anan, sambil sesekali berdecak kagum karena keindahan yang disuguhkan oleh rumah besar dengan nuansa eropa itu. Walaupun rumahnya sendiri pun tak kalah besarnya dengan rumah ini. Tapi siapa sih yang tidak kagum melihat rumah yang modelnya bak istana di cerita dongeng??????
Tap
Tap
Tap
Langkah kaki Anan memecahkan keheningan di ruangan itu, dan membuat Aufa tersadar dari lamunannya.
"Mau maen di mana nih?", Aufa bertanya sambil ingin tiduran di sofa tempatnya duduk
"Heh! Mau ngapain kamu tiduran di sini?!". Anan menarik tangan Aufa paksa lalu menggeretnya menuju tangga.
"Gue bisa jalan sendiri hadoh!!!" .
"Yaudah sana".
"Kita mau kemana ini?".
"Kamar".
"Anjir".
PLAKK.
"SAKIT ANYING!".
Aufa mengelus kepalanya yang terkena geplakan keras dari cewek berambut sepinggang di sebelahnya.
"Kotor".
"Apanya yang kotor Nan?".
"Pikiran kamu".
"Anj-".
"Diem".
Mereka akhirnya sampai di kamarnya Anan yang bernuansa feminim itu.
Anan beranjak menuju rak yang berisi koleksi boneka yang sangat banyak.
"Kamu bawa Ken gak?".
"Bawa lah". Jawab Aufa lalu menunjukkan Ken yang sedari tadi ia gendong.
Anan mengambil boneka monyet berwarna pink yang memakai kalung dengan bandul bertuliskan 'Lisa'.
"Kenalin, ini namanya Lisa".
Aufa menatap Lisa berbinar, lalu mendekatkan Ken pada Lisa dan berpura pura menjabat tangan.
"Hai Lisa! Nama aku Kenneth Alvaro, panggil aku Ken ya!" Ucap Aufa dengan suara yang di buat berbeda saat mengenalkan Ken.
"Kepala kamu masih sakit gak?".
"Masihlah". Jawab Aufa jujur, karena tadi Anan memang sangat keras menabok kepalanya.
Anan mendudukan dirinya di sofa, lalu memindahkan Lisa ke sebelahnya.
"Sini".
Aufa melangkahkan kakinya untuk menuju Anan lalu ikut mendudukkan diri di samping gadis itu.
Aufa melebarkan mata terkejut saat tiba tiba tangan Anan meraih kepalanya lembut dan menempatkannya di paha Anan.
Tangan Anan perlahan mengelus kepala Aufa yang tadi sempat di tabok olehnya.
"Kita jadi main boneka gak, Nan?". Tanya Aufa sambil membalikkan tubuhnya menghadap perut rata gadis berambut sepinggang itu.
"hm".
Aufa memeluk tubuh Anan lalu menenggelamkan kepalanya dalam perut gadis itu sambil menghirup dalam dalam aroma Anan yang sangat memabukkan baginya.
Tubuh Anan terasa bergetar dan tersetrum, jutaan kupu kupu seakan terbang dalam perutnya, jantungnya juga berdegup kencang karena Aufa semakin mengeratkan pelukannya.
"Pergi sana, nyesel saya mangku pala kamu!".
Anan kembali memasang topeng judes andalannya untuk menutupi kegugupannya.
Aufa terjatuh dari sofa dengan posisi yang bisa dibilang... Sangat sangat sangat tidak elit, karena kepalanya jatuh ke lantai sedangkan setengah tubuhnya masih berada di sofa dan itu membuat posisinya seperti sedang menungging.
"Aaa... AAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHAH"
Aufa tertegun saat melihat raut wajah Anan begitu bahagia dengan tawanya yang semakin melebar, gadis itu benar benar terlihat lepas, raut datar yang biasanya gadis itu berikan sudah berganti menjadi keceriaan hingga lesung pipitnya terlihat dan kedua matanya menjadi menyipit sempurna.
Perlahan Anan menghentikan tawanya, dan itu membuat Aufa tersadar dari keterpesonaannya dengan gadis cantik itu.
Aufa mulai memperbaiki posisinya kembali menjadi duduk.
"Ini jadi gak mainnya????"
"hm".
"Anjir".
"Kenapa?".
"HM-NYA ELO TUH ARTINYA APA SEH?!?!?!".
"Iya".
"Oke ayo".
_____
Klik Vote ahay
-PacarnyaHideyoshiNagachika:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
General FictionAufa itu ganteng. Tapi Aufa beda, Aufa tak seperti cowok ganteng kebanyakan. Aufa bukan cowok yang sok cool, bukan cowok tipe penindas, bukan cowok yang sukanya tebar pesona sana sini, bukan cowok bad boy yang suka cari masalah dimana mana. Aufa...