Tragedi Tempel Hidung

61 13 2
                                    

"Hai salam kenal! Gue Aufa Immanuel Ezra, panggil aja Aufa," Aufa tersenyum dengan kedua mata menyipit dan lesung pipi menghiasi wajahnya, membuat kadar ketampanannya meningkat drastis.

Anan menatap cowok itu dengan mulut sedikit terbuka, terpesona. Walau selanjutnya, gadis itu buru buru menetralkan kembali raut wajahnya menjadi datar, hingga Aufa tak menyadari Anan yang baru saja dibuat terpesona oleh cowok aneh itu.


Gadis dengan rambut sepinggang itu hanya menatap datar uluran tangan Aufa dengan ekspresi yang tak bisa Aufa mengerti.

Tangan Aufa masih menggantung di udara, menunggu Anan membalas uluran tangannya.

1 menit.

2 menit.

3 menit.

4 menit.

"Ck ah! Lo gak ngerti caranya kenalan ya?!" Tangan Aufa yang terjulur menarik paksa salah satu tangan Anan untuk berjabat tangan dengannya.

"Nah, kalo orang kenalan tuh gini caranya!" Aufa menaik turunkan jabatan tangannya, awalnya tidak terlalu cepat, sampai lama kelamaan semakin kencang hingga membuat tubuh Anan berguncang.

Aufa berhenti menggerakkan tangan Anan dan melepasnya, ketika gadis itu menatapnya tajam seakan menyuruhnya menghentikan kegiatannya itu.

"Oke oke gue berenti, Betewe oh beteweee.... Siapa nama lo murid baru yang gak kenal sama Ken?" Tanya Aufa lalu mencondongkan diri ke arah Anan, membuat gadis itu tersentak dan refleks mundur, sialnya kaki kiri Anan menginjak tali sepatunya yang tak terikat hingga membuatnya terjengkang kebelakang.
Aufa yang saat itu berada di dekat Anan, bukannya memegangi gadis itu malah refleks tertawa keras.

"BUAHAHAH, JATOH DIA, HAHAHAHAHAH," Aufa masih tertawa ke-setan-an sambil memegangi perutnya yang terasa sedikit sakit karena terlalu banyak tertawa.

Anan mendengus sebal diposisinya yang masih terduduk dengan lutut ditekuk ke depan tubuh, walau berikutnya gadis itu tersentak lagi ketika Aufa mendekat kearahnya dan mengikatkan tali sepatu Anan yang sempat terlepas, dengan posisi kaki merentang lebar di sisi kanan dan sisi kiri gadis itu, seakan mengurung Anan lalu menunduk menatap sepatu hitam yang barusan membuat Anan terjengkang.

Aufa sudah selesai mengikatkan tali sepatu Anan, kemudian mendongak lagi dan menatap Anan tepat, lalu tertawa ringan dengan posisi masih mengurung Anan yang masih terduduk, menggunakan kaki panjangnya yang melebar seperti anak kecil sedang bermain.

Cowok tengil itu benar benar seperti anak kecil, kontras sekali dengan tubuhnya yang tegap dan gagah.

Aufa hendak berdiri untuk mengambil alat tulis dan boneka anjingnya yang tadi ia taruh di lantai saat ingin menolong Anan. Walau berikutnya tak jadi berdiri ketika Anan mengambil telapak tangannya yang tergantung di sisi tubuhnya, lalu anan membentuk kedua tangan seperti tengah menjabat tangan.

"Kenapa?" Tanya Aufa heran, mengapa gadis ini menjabat tangannya lagi.

"Na-"

"Na? "

Entah mendapat keberanian dari mana, Anan memajukan wajah dan menempelkan hidungnya dengan hidung Aufa.

"Ha?" Aufa terkejut, sangat sangat terkejut dengan gerakan tiba tiba cewek ini.

Gerakan menempelkan hidung itu membuat jarak wajah di antara keduanya semakin terkikis, untung saja koridor ini sedari tadi sepi sehingga tak membuat gerakan Anan barusan mendapat banyak perhatian.

Di jarak yang masih sedekat itu membuat Aufa merasakan deru nafas Anan yang memburu. Mata Aufa melirik bibir Anan yang berada tepat di depan bibirnya. Hanya berjarak beberapa centi.

Anan membuka mulutnya dan berbicara di depan bibir Aufa dengan suara yang sangat pelan namun masih terdengar jelas di telinga Aufa karna jarak keduanya yang masih sempit.

"Nama saya Anan, Ananqisa Permata"

•••

Aufa berlari riang dengan kedua tangan yang sibuk menggendong alat tulis dan sebuah boneka anjing yang tadi sempat membuatnya kewalahan.

"WOIIIII KAWAN KUH SMUAH YANG TERCINTAHHHH, AUFA YANG SEDANG SENANG INI KAMBEK GAESSSSSSS!"

Orang orang yang berada di kelas itu sempat terkejut dan menolehkan kepala mendengar teriakan menggelegar Aufa barusan, walau berikutnya melengos tak peduli karena memang kebiasaan cowok itu ketika sedang berbahagia.

Di antara orang orang yang tak ambil peduli itu, ternyata masih ada ke-tiga sahabat Aufa yang malah ikut ikutan heboh tak berarah.

"NAPA FA NAPA????" Pemuda berkacamata itu tak kalah hebohnya dengan Aufa yang seperti sedang kesetanan barusan.

Hideyoshi Arya namanya, cowok keturunan jepang yang mempunyai wajah di atas rata rata, yang sukanya tebar pesona, yang kalo udah ulangan BEUHHH nilainya sempurna semua, yang... Apalagi ya? Sok sokan playboy tapi nyatanya kejebak friendzone sama sahabatnya sendiri??? Mungkin.

"WUIH, NAPA NIH PAGI PAGI DAH SENENG AJA LU?" Ini teriakan cewek cantik dan anggun tapi nyatanya punya sifat meledak ledak tak tertahankan.

Cewek heboh itu bernama Nanda, lengkapnya Ananda Rasfara Pertiwi. Nanda itu gadis heboh yang punya wajah anggun namun disegani para adik kelas maupun teman teman seangkatannya karena aura dingin menindas yang ia punya. Nanda bersikap dingin pada orang yang tak ia kenal atau orang yang menurut dirinya layak dibasmi, namun jika bersama sahabatnya, bobroknya tiada tanding.

"Kenapa lu Au?" Cowok ini satu satunya yang merespon santai ketimbang ikut ikutan berteriak seperti sahabat sahabatnya itu.

Dia satu satunya yang kalem diantara Aufa, Arya dan Nanda. Wajah tampan dan sifat normal itu yang membuatnya hampir digilai seluruh gadis di SMA Bintang Bulan ini.

Namanya Taehyung Joko Exelle. Anehkan namanya? Ibunya yang memberi nama Taehyung, karena beliau pernah bilang begini, 'dulu waktu hamil dia, saya mimpi ketemu cowok ganteng dari korea yang namanya Taehyung, yaudah saya kasih nama itu aja biar punya anak ganteng yekannn?????'  Kalau nama Joko itu dari penggalan nama ayahnya, dan Exelle ini yang paling tak jelas asal usulnya darimana, tapi dari kabar burung yang menyebar seantero sekolah, katanya nama itu dari kakeknya kakek dia yang punya nama Exelle. Tapi yang sama sekali tak ada nyambung nyambungnya itu nama panggilannya, dari yang namanya Taehyung Joko Exelle, dia dipanggil,

Radit.

WHAT THE????????

KENAPA JADI RADIT SIH?????

Sebenarnya ada alasan dibalik nama Radit itu, namun alangkah baiknya kita tidak membongkar itu di sini.

Kembali ke topik.

Di saat Aufa ingin menceritakan perihal kejadian mengejutkan barusan kepada teman temannya, Aufa malah terkejut bukan main karena melihat Bu Yani memasuki kelas, bukan bukan, bukan karena Bu Yaninya, tapi karena seorang gadis di belakang punggung Bu Yani.

Aufa tiba tiba menjerit alay.

"ANANQUUUUUUUUUUU"

/////

Mohon bantuan dan bimbingannya ya!

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang