Besok adalah hari pertamaku di universitas. Untuk itu, aku akan menikmati hari ini sebagai hari libur terakhirku. Aku sudah selesai berberes tadi. Sekarang apartment ku sudah cantik dan nyaman untuk ditempati.
Ah aku lapar sekali, tapi di kulkasku hanya ada makanan cepat saji dan aku tak selera untuk itu. Aku pun memutuskan untuk makan di luar sembari berkeliling menjelajah kota Seoul. Mumpung masih pagi menjelang siang, aku punya waktu sampai nanti malam.
Ting! ada sebuah pesan masuk di notifikasi ponselku.
Mom💜
|dasha, sedang apa? sudah sarapan?Dasha🥀
aku akan keluar cari makan ma, hehe|.
.Dan disinilah aku, duduk di salah satu kursi subway dengan satu telinga tersumbat earphone, mendengarkan lagu kesukaan ku "Raindrops" dari Ariana Grande.
Aku memejamkan mataku dan bersandar saat tiba-tiba saja tanganku merasakan sentuhan hangat.
Aku membuka mata, Oh, seorang laki-laki yang sepertinya seusia denganku berpenampilan tertutup—menggunakan masker dan topi— rupanya baru saja duduk di sebelahku, sepertinya ia tak sengaja menyentuh tanganku tadi. Baiklah, tak apa, aku pun melanjutkan tidurku.
"Hey, where you wanna go?"
Aku membuka mataku lagi dan membetulkan posisi dudukku. Dia bicara padaku?
"Me?" tanyaku memastikan.
"Yeah you of course" jawabnya.
Ah pasti dia menggunakan bahasa Inggris karena melihat wajahku yang western ini. Padahal aku bisa bahasa Korea juga kan.
"Ehm i just looking for a restaurant here, for lunch" ucapku seadanya, karena aku memang hanya ingin mencari makan.
Ku lihat ia mengangguk paham. Apakah orang Korea memang seperti itu? ku kira mereka sangat cuek dan tidak peduli akan apa yang dilakukan orang lain. Sepertinya aku salah.
Laki-laki itu terlihat berpikir sejenak.
"By the way, where do you from?" tanyanya mulai membuka masker dan topinya.
Astaga, seperti ini kah pemuda di Korea? Tampan dan manis hanya dengan sekali lihat saja.
Aku pun melepaskan earphoneku, mulai tertarik pada perbincangan laki-laki di hadapanku ini yang bahkan aku pun tak tahu namanya.
"Amsterdam, Netherland"
Kulihat wajahnya sedikit terkejut.
"Wow, it's too far"
Aku hanya mengangguk. "and you?" akhirnya aku balik bertanya.
"Eumm, i'm from Vancouver, Canada, but i had lived here for like a.. maybe 10 years"
Lagi-lagi, aku hanya mengangguk, tak tahu harus merespon apa.
Kulihat laki-laki itu tersenyum. Ia menyibakkan rambutnya ke belakang.
"You really don't know who i am?"
Oh hell, kenapa dia bertanya seperti itu? apakah aku harus mengetahui identitas setiap orang disini? ataukah dia ini sebenarnya artis terkenal yang tak aku ketahui sama sekali? jika iya, betapa beruntungnya aku kan?
"Sorry, but i don't" jawabku.
Laki-laki berambut hitam kecoklatan itu memberikanku tangan kanannya. Mengajakku bersalaman. "I'm Mark Lee, that's good if you don't know who i am"
Kurasakan tangannya yang hangat di cuaca dingin seperti ini terasa lembut dan pas dalam genggamanku. Oh god, aku tidak mau melepasnya.
"My name is Dasha"
Jabat tangan kami pun terlepas.
"Wow Dasha, what a beautiful name" ucapnya diikuti dengan tawa renyahnya.
Oke, laki-laki di sampingku ini sepertinya agak lebay. Apa yang bagus dari nama Dasha? biasa saja menurutku.
Subway pun berhenti. Aku akhirnya bangkit dari dudukku. "I'm leaving" ucapku pada pria itu dan langsung pergi keluar.
Kulihat dia hanya mengangguk tersenyum. Oh tidak, aku salah, ia ikut berdiri dan turun. Ah dia punya tujuan yang sama denganku rupanya, aku tak tahu.
Mark terlihat tergesa saat memakai kembali masker dan topinya, Hmm sepertinya benar dugaanku jika ia adalah artis terkenal. Well, sedang apa dia disini? bukankah seorang artis seharusnya sibuk?
Tak mau pusing memikirkan pria itu, aku pun lanjut melangkahkan kaki keliling mencari restoran yang sudah ku tandai di aplikasi ponselku. Di aplikasi itu disebut bahwa restoran ini sangat bagus dan memiliki makanan yang best seller. Aku tidak yakin, semoga saja lidahku cocok dengan makanan disini.
Aku memasang kembali earphone yang sempat ku lepas tadi saat diajak ngobrol oleh Mark, betul kan seperti itu namanya? Mark Lee, ah iya, ada marga Lee pada pria itu.
Aku menoleh ke belakang untuk mencari sosoknya. Dan ya, ia sudah tidak ada disana. Agak sedih rupanya karena tidak bisa lagi mengobrol dengan pria itu. Semoga saja suatu saat bisa bertemu lagi.
Ah, karena sibuk memikirkan Mark, rupanya aku sudah sampai di depan restoran yang aku tuju. Tanpa berlama-lama aku segera masuk dan memesan makanan.