Cokelat Hangat

56 7 0
                                    

Song recommendation : NCT 127 - Angel

"Sasaeng fans? apa itu?" tanyaku mengernyitkan dahi heran. Aku tak pernah mendengar istilah itu sama sekali.

Baru saja pria itu ingin menjawab, pintu lift pun terbuka, menampilkan seorang pelayan disini. "Nanti aku ceritakan" ujarnya pelan.

Aku terdiam paham, aku pun membawa pria ini ke apartment ku, sampai aku tersadar dengan apa yang kulakukan. Ini baru hari keduaku di Korea dan aku sudah membawa seorang pria masuk ke dalam apartment ku malam-malam begini?! Kalau ibuku tahu entah apa yang akan terjadi padaku nanti. Pasti ia akan sangat marah.

Aku menyuruhnya duduk di ruang tamu sementara aku ke dapur mengambilkan minuman, yaa.. dia tamuku kan?

"Rumahmu bagus Dasha" pujinya memandang sekitar.

"Untunglah, sebenarnya aku belum selesai berberes" ucapku.

"Aku baru datang kemarin" tambahku dengan segelas cokelat hangat ditangan, menuju ke arahnya.

"Hah? jadi kau baru di Korea? baru kemarin?" tanyanya kaget sambil menerima coklat hangat itu.

Aku hanya mengangguk.

"Ah maaf ya, kau baru sehari di sini dan aku sudah mengacaukan harimu" sesalnya.

"Tidak apa, justru aku senang" Oh tidak, apa yang kukatakan? senang?

Pria itu hanya tersenyum, "Untunglah" tuturnya dan mulai menyesap coklat hangat buatanku. "Enak sekali" ucapnya.

"Benarkah?" aku saja belum mencoba coklat hangat itu, ibu yang menyiapkannya di dalam koperku.

Ia hanya mengangguk senang. Aku juga senang. Eh?

"Tentang tadi.." pria itu menggantung kalimatnya.

"Maaf telah membuatmu kaget, dan maaf telah lancang menggenggam tanganmu" sesalnya dengan suara pelan, ah pria ini manis sekali.

"Memangnya tadi ada siapa? kenapa takut begitu?" tanyaku berusaha untuk tidak berdebar mengingat tadi ia menggenggam tanganku.

"Sasaeng fans, mereka itu orang jahat.. Ehm bagaimana ya menjelaskannya, pokoknya mereka itu akan melakukan apapun agar bisa 'memiliki' idol nya, kau mengerti? seperti fanatik sampai-sampai berniat menyelakai idolnya untuk kesenangan tersendiri" jelasnya.

Aku tampak berpikir sejenak, kenapa bisa ada orang yang seperti itu? Saking fanatiknya sampai-sampai melukai idolanya hanya untuk kesenangan tersendiri.

"Pernah suatu hari, beberapa dari mereka menginap diluar dorm dan mengawasi kami, mengambil gambar, merekam, bahkan menerobos masuk mengikuti kami sampai toilet dan masih berusaha merekam kami, bukankah itu keterlaluan?"

Aku membelalakan mataku, oh astaga, itu sungguh keterlaluan! Setiap orang punya privasi sendiri yang tidak berhak diusik, apalagi sampai mengikuti ke toilet? astaga apa mereka sudah gila? Bukankah idol juga manusia biasa? apa yang mereka harapkan? hah aku tak habis pikir.

"Lalu, kau tak apa?" tanyaku.

Kulihat dia tersenyum. "Tak apa Dasha, sejauh ini aku baik-baik saja"

"Lain kali hati-hati, di mana pun kau berada" ucapku. Hei apa yang kukatakan? apa aku baru saja mengkhawatirkannya?

"Iya, kamu juga" ucapnya mengelus pucuk rambutku dan mengacaknya sedikit. Astaga dia sudah jelas mengacak rambutku tapi kenapa yang berantakan malah hatiku?

Keheningan terjadi selama beberapa detik, aku menatap obsidian legam yang juga menatapku itu dengan tentram. Tatapannya seperti menusuk, membuat sesuatu di dalam sana berdebar dan berdesir hangat. Perasaan apa ini? Aku ingin menghentikan waktu untuk kali ini saja.

Stuck With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang