Bab 1. Yeongdeungpo

25 4 0
                                    


7 April 2018.
Seoul, Yeongdeungpo Yeouido Spring Flower Festival.

Musim semi telah datang. Membuat mereka yang melihatnya, terpampang jelas wajah kebahagiaan ketika bunga Sakura bermekaran dengan indahnya. Semua menantikan musim semi ini. Suara burung merpati yang hinggap di dahan, semilir angin yang membuat sebagian dari bunga itu gugur ke atas jalan berlapis aspal.

Kamera ponsel yang tersimpan di sebuah saku cardigan, hoodie besar juga dengan kantung celana jeans, mereka mengeluarkannya dan memotret disetiap spot yang menurutnya indah untuk diunggah ke sosial media.

Ada yang menarik dari sebagian mereka. Seorang pria tengah ikut ke pinggir jalan dengan membawa sebuah kamera vintage dikedua tangannya. Sibuk mengamati disetiap pergerakan tangan, memfokuskan satu titik dimana lensa akan memotret deretan pohon Sakura yang tengah tumbuh perlahan-lahan.

Bibirnya menarik kedua sudut sehingga terukir senyuman indah ketika ia berhasil melihat potretnya dilayar kamera. "Bangga sama kebanggan itu... hal yang membuat saya hidup ketika Sakura mulai bermekaran. Inilah, Yeongdeungpo. Yang selalu saya sukai dari dulu," ucapannya mulai memuji pohon Sakura sepanjang jalan.

Sebentar, ia duduk. Di sebuah kursi yang berada dibawah pohon Sakura, dengan secangkir espresso panas ia mulai menyeruputnya sedikit dikit. "Yeongdeungpo..."

"Permisi. Boleh duduk disini?" seorang gadis datang dengan ransel juga kamera yang menggantung di lehernya. Menatap balas wajahnya, begitu cantik dan membuat pria ini langsung tergiur untuk menganggukkan kepala seraya menggeser tubuhnya. "Silahkan," katanya mempersilakan.

Tring, tring, tring...

Ponsel berdering. Kedua remaja ini sama-sama mengecek saku mantel dan  saku cardigan dengan bersamaan. "Ponsel saya yang bunyi," kata gadis ini dengan menarik kedua sudut bibirnya, dan memperlihatkan bahwa ponselnya yang berdering.

"Halo?"

"Ah, paman! Maaf banget... nanti Yura akan segera kesana, naik KTX. Baik-baik. Yura berangkat sekarang! Dahhh paman!"

Gadis dengan sebutan Yura tadi bergegas mengambil ranselnya dan berlari sedikit menuju utara. Meninggalkan pameran pohon bunga Sakura yang baru saja bermekaran, gadis tersebut mulai pergi jauh dan masih terlihat rambutnya berkibar ke segala arah.

"Gwiyeobda," gumam pria yang masih memegang secangkir espresso panas. Tertegun dengan seorang gadis sudah meninggalkan tempat duduk, pandangannya mulai teralih ketika sebuah kamera tertinggal di sebelah ia duduk.

Mengambil kamera yang sangat ia mengetahui jenisnya, tangannya mulai mengusap lensa, layar—serta strap yang menggantung dikedua sisi gantungan kamera. "Choi Yoo Ra, 41 Dongsan-dong."

Membaca dengan nama aksara Hangeul, pria ini mengangguk-anggukkan kepalanya seraya menyeruput secangkir espresso lagi. Sebuah kamera gadis tadi membuat pikirannya terus kemana-mana.

Disimpannya di sebuah ransel berukuran mini, ia mulai memotret spot lain dan berjalan kearah yang lain.

Tring.

"Yeoboseyo?"

"A, seonbaenim. Wae? A... gwaenchanh-a, seonbaenim. Ahahahahaha!"

🌸🌸🌸

"Selamat siang paman! Maaf kalau Yura datangnya terlambat. Tadi harus menunggu bus dan baru Yura naik KTX. Maaf ya paman..." gadis bernama Choi Yoo Ra ini membungkukkan setengah tubuhnya dengan memberi salam, kepada paman yang tengah mengatur studio rekaman miliknya.

[BS] YOUR CRUSH (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang