"Kalau kau tidak menyukaiku dengan cara seperti ini, baik. Aku akan diam seperti biasa dan tidak akan memperdulikanmu lagi!"
"Anio, anio. Kau tidak boleh begini, hyung. Aku sayang kepadamu namun aku tidak bisa kalau kau—"
"Sudah! Kalian berdua kalau mau menyelesaikan masalah, jangan seperti ini. Aku pusing, hyung! Masuk saja kedalam kamar, dan selesaikan dengan kepala dingin!"
Kemarin, sudah sampai Seoul, Tae Hyung memberikan pesan kepada Seok Jin mengenai ketidak jadiannya untuk masuk kedalam kantor di Gangnam-gu. Sudah masuk, lalu keluar dengan berlari kecil.
Sampai di apartment setelah satu hari menginap di dorm, Yoon Gi bersikap dingin lalu ingin tidak mau perduli lagi dengan Tae Hyung—yang tidak menghargai usahanya di Seoul kemarin.
Jung Kook datang, Yoon Gi bernada tinggi dan menatap Tae Hyung penuh penegasan. Duduk bersamaan dengan Jung Kook, tangan Tae Hyung terulur untuk menepuknya dan menggelengkan kepala kepadanya.
Mungkin, Tae Hyung berpikir bahwa Jung Kook tidak perlu untuk mengambil jalan tengah mengenai permasalahan dirinya bersama dengan Yoon Gi. Sifatnya ingin tertutup dan berusaha untuk menyelesaikan sendiri—tanpa orang lain ikut campur untuk menyelesaikannya juga.
Dari sudut pandang yang sulit ditebak, Tae Hyung bangkit dari sofa lalu menarik tangan Yoon Gi masuk kedalam kamarnya. Dan sebelum benar-benar ingin melangkah pergi, Yoon Gi lebih dulu berhenti lalu menatap Jung Kook.
"Kau pergilah ke Seoul. Bilang kepada Jhope, bahwa makanan di dorm habis lalu aku ingin dia berbelanja agar aku tidak kelaparan ketika tidur disana."
Jung Kook menganggukkan kepala. "Nee, aku mengerti. Hubungi aku jika Taehyung-ssi belum baik-baik juga!"
"Aku selalu baik. Kalian saja yang menanggapi ku seperti itu! Ga!" tegas Tae Hyung menatap Jung Kook sinis, lalu menyuruhnya untuk segera pergi. "Aaa... kau galak sekali!" balas Jung Kook yang langsung bergegas pergi.
Melihat Jung Kook sudah pergi, Tae Hyung kembali menarik pergelangan tangan Yoon Gi dan terhenti untuk berhadapan dengannya. Dari sudut pandang Yoon Gi menatap sang adik, Tae Hyung mengusap wajahnya dan membalas tatapan hyungnim itu datar.
"Aku hanya merindukan Yeon A," ucap Tae Hyung yang memberikan penjelasan langsung terhadap Yoon Gi. "Kau jangan marah kepadaku, apalagi menganggapku yang tidak tidak seperti kejadian lalu."
Yoon Gi bangkit, berjalan menuju sudut ruangan dan menatap tanaman Eucalyptus Biru milik adiknya ini. Ia tahu, tanaman ini mengapa sulit untuk dilupakan dan juga enggan untuk dipindahkan diruangan lain.
Ia juga tahu, mengapa adiknya itu protektif sekali dengan sebuah tanaman hias—dan tidak memberikan orang lain untuk memindahkannya apalagi menyentuhnya dengan cara yang tidak baik-baik saja.
Kalaupun ia sendiri diperbolehkan oleh pria itu menyentuh tanaman ini, mungkin... kejadian masalalu yang membuatnya kaku akan terjadi lagi dan membuat pria itu marah besar terhadapnya. Dan, ia masih ingat betul dengan kejadian yang menimpa dirinya bersama dengan Tae Hyung, adik laki-lakinya itu.
"Kalau kau menyentuh—"
"Aku masih ingat dan tidak akan pernah melupakannya. Jadi, jangan khawatir."
Ada alasan besar yang membuat Tae Hyung enggan untuk menyimpan tanaman hias ini diluar kamarnya, apalagi disudut tempat yang membuat kesehariannya tidak bisa tenang.
Memperingati hyungnim dengan terus-menerus, Tae Hyung merebahkan tubuhnya dan menatap atap-atap langit kamarnya. "Hyung, mianhae. Aku tidak bermaksud untuk mengkhianatimu dan aku—"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BS] YOUR CRUSH (HIATUS)
FanfictionPameran Seni, Kamera Vintage, juga dengan Festival yang ada di kota Seoul. Dengan seorang gadis yang bekerja sebagai juru Voice-over di studio milik pak Jung So Min, sejak menginjakan kaki di Kota Cheonan, Chungcheong Selatan pada Seoul. Bertemu d...